Tidak terpikirkan sebelumnya. Tetapi, sudah dirasakan. Maksudnya itu, setelah memberikan argumentasi, dan kemudian diambil keputusan, rasa-rasanya ada satu hal yang mengganjal, dan harus saya lakukan seketika itu. Tindakan yang saya maksudkan itu, adalah minta maaf, terhadap seluruh argumentasi yang sudah disampaikan sebelumnya. Karena, saya pikir, argumentasi itu, tentunya dapat menyakinkan bagi sebagian orang, tetapi dapat pula memberikan sayatan yang menyakitkan pada sebagian yang lainnya. Itulah yang terasa dan dirasakan, dan kemudian terpikirkan. Khususnya, selepas keluar dari ruang perbincangan.
Pasalnya, siang kemarin, sudah terjadi rapat keputusan, untuk menetapkan nasib seorang peserta didik. Seperti biasanya, bagi seorang tenaga pendidik, di setiap akhir tahunnya, ada momen evaluasi terhadap peserta didik yang sudah menjalani proses belajar dalam satu tahun terakhir. Termasuk, kepada dua orang peserta didik yang menjadi bahan pembicaraan kali ini. Dalam rapat itulah, sikap tanggapan, pemikiran dan pendapat, sangat potensial dan sering terjadi. Sulit dihindari.
Karena perbedaan sudut pandang, atau perbedaan kepentingan, atau perbedaan teori dan pemikiran yang digunakan, maka akan melahirkan argumentasi yang bebeda dalam mendukung, membela atau menolak pandangan. Namun demikian, bagi mereka yang terbiasa dengan budaya akademik, dinamika serupa ini, sangatlah bisa dinikmati.
Informasinya sangat jelas. Ada pengakuan dari orangtuanya, bahwa anak itu tidak berminat sekolah di tempat ini, dan bermaksud belajar di sekolah kejuruan. Namun, orangtuanya, sedikit memaksa untuk belajar di sekolah agama, dengan harapan mendapat siraman ruhani yang cukup demi masa depan perilaku anaknya. Namun impian orangtua itu, ternyata tidak sejalan dengan mint, bakat atau kemampuan sang anak. Singkat kata, dalam satu tahun terakhir ini, sang anak menunjukkan kinerja belajar yang kurang maksimal, bahkwan jumlah ketidakhadirannya pun relatif sangat tinggi.
Sehingga pada akhirnya, sejumlah tenaga pendidik, tidak memberikan apresiasi pembelajaran yang positif terhadapnya. Dan, karena alasan itu jugalah, maka kemudian ditetapkan oleh rapat sekolah untuk mengkomunikasikan kembali dengan orangtuanya, supaya memberikan tempat belajar yang cocok dengan keinginan dan kebutuhan peserta didiknya dimaksud.
Terkait dengan alasan itulah, kemudian, ada seorang rekan yang merasa tidak setuju dengan keputusan itu. Alasannya, sangat ekonomi, yaitu akan muncul biaya mutasi yang harus dibayar oleh orangtua siswa dimaksud. Dengan alasan itulah, kemudian terjadilan perdebatan yang cukup panjang dan alot dalam menemukan putusan tepat dalam menghadapi kasus serupa ini.
Sekali lagi, terkait dengan hal ini, saya sendiri tidak menyadari persoalan yang menguat dalam pembicaraan itu. Namun, semalam datang seorang lelaki, dan mengaku sebagai suami dari rekan seprofesi tadi. Sang Suami ini, datang dengan maksud untuk meminta klarifikasi terhadap ucapan, sikap dan tindakan yang menimpa sang Istrinya, di sekolahan tadi.
"saya datang ke sini, untuk 3 tujuan. Shilaturahmi, tabayyun, dan minta maaf.." ungkapnya dengan nada gemeteran, seolah menyimpan luapan emosi yang sangat kuat. "bagaimana perasaan Bapak. kalau, seorang istri di buli, apa yang akan dilakukan. Saya datang ke sini, untuk membicarakan masalah itu. Kita selesaikan dengan cara laki-laki.." tuturnya lagi.
Secara pribadi, saya tidak mengerti dengan ucapannya itu. Entah, apa yang dimaksudkannya dengan kalimat itu. Namun, alhamdulillah, dengan obrolan yang cukup panjang, kami mendapat kesepakatan untuk saling memaafkan, terhadap segala khilaf yang terjadi tempo hari itu.
"waduh, lega rasanya..." ungkapku selepas, mereka (sekeluarga dengan kendaraan pribadi yang terparkir agak jauh dari rumahku), membalikkan kendaraannya menuju ke rumahnya. Di parkiran itu, sempat bertemu dengan keluarganya, dan kemudian berbincang sebentar, dan saling memaafkan. Sampai kembali ke monitorku, tampak di sana, waktu menunjukkan pukul 20.30-an.
Inilah, resiko jadi bagian dari pimpinan lembaga, yang harus mengambil keputusan, dengan menyampaikan beberapa argumentasi pendukungnya, yang tak selamanya, bisa memuaskan semua pihak !
0 comments:
Posting Komentar