Salah satu dari khazanah ilmu manajemen, yakni mengenai dimensi kompetensi. Aspek ini, mungkin kurang mendapat perhatian serius dalam dunia pendidikan, karena kerap kali tenaga pendidik atau kependidikan lebih memperhatikan domain kompetensi, yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan keterampilan (skills). Selain gagasan itu, kita masih jarang untuk mengulasnya.
Dalam konteks inilah, kita mencoba menelaah dan menerapkan konsep dimensi kompetensi ke dalam praktek pendidikan. Ulasan yang akan kita sampaikan di sini, lebih merupakan implementasi konsep dimensi kompetensi ke dalam praktek pendidikan. Oleh karena itu, penguatan konsep dan teorinya, penulis sarankan dapat dirujuk kembali ke sumber yang lebih adekuat.
Sebagaimana diketahui bersama, bahwa ada 5 dimensi kompetensi. Setidaknya, demikianlah salah satu pendapat yang popular dalam kepustakaan manajemen. Kelima itu, secara konseptual bisa dibedakan, namun dalam prakteknya, bisa terjadi dalam satu konteks.Pertama, keterampilan-keterampilan pokok (task skills). Pada dimensi ini, seorang guru dituntut untuk memiliki keterampilan praktis dan rutin, yang biasa dilakukannya. Keterampilan untuk level ini, lebih merujuk pada kemampuan dalam melaksanakan satu tugas pokok yang terkait dengan profesinya, misalnya mengajar, melatih, membimbing atau melakukan penilaian.
Kedua, keterampilan manajemen tugas (task management skills). Adalah hal yang wajar, dan sangat mudah dipahami, bila kemudian dalam prakteknya kita akan dihadapkan pada beberapa tugas dalam waktu yang bersamaan. Misalnya, saat mengajar, seorang guru harus pula membimbing, dan melakukan penilaian autentik. Tugas pokok ini, membutuhkan keterampilan manajerial dalam mengelola tugas-tugas pokok. Batasan konseptualnya, yaitu kemampuan mengelola tugas yang datang secara bersamaan (lebih dari satu tugas), dalam waktu yang sama.
Ketiga, keterampilan mengambil tindakan yang cepat dan tepat (contingency management skills). Dunia pendidikan, adalah praktek sosial yang sarat dengan tantangan untuk mengambil keputusan. Seorang guru, dalam melaksanakan tugasnya, akan dihadapkan pada tantangan untuk pengambilan keputusan. Misalnya, ada anak yang datang kesiangan, kurang semangat belajar, melakukan kecurangan dalam belajar, atau ada yang sering bolos belajar. Masalah-masalah itu, adalah masalah harian, yang perlu mendapat respon cepat dan tepat dari seorang tenaga pendidik. Keterampilan mengambil keputusan, merupakan keterampilan pokok dalam penguatan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan.
Keempat, keterampilan kerjasama dalam kelompok (job role environment skills). Sekolah atau madrasah, termasuk juga ruang kelas perkuliahan, adalah miniatur sosial. Di tengah praktek pembelajaran itulah, setiap orang dituntut untuk bisa memainkan peran, sesuai dengan status sosial atau konteks sosialnya masing-masing.
Kegagalan kita dalam memainkan peran, masuk dalam problema organisasi, atau budaya organisasi. Misalnya, seorang istri pejabat bukanlah pejabat. Karena itu, peran dan posisi dia itu, tidak lebih dari sekedar anggota masyarakat. Namun, manakala ada percampuran status sosial dan peran sosial, maka akan terjadi kerusakan dalam membangun budaya organisasi tersebut.
Terakhir, keterampilan beradaptasi dengan situasi atau lingkungan yang baru (transfer skills). Sekali lagi, dunia pendidikan sarat dengan perubahan situasi dan lingkungan. Bukan soal perubahan kurikulum yang terjadi dalam 5 tahunan saja, namun, perubahan lingkungan kelas dalam siklus tahunannya. Seorang guru atau wali kelas, akan berhadapan dengan lingkungan yang baru, potensi baru, dan juga tantangan baru. Sehubungan hal ini, maka keterampilan beradaptasi dengan situasi dan lingkungan baru, akan menjadi kompetensi penting dalam pelaksanaan tugas profesinya di dunia pendidikan.
0 comments:
Posting Komentar