Just another free Blogger theme

Jumat, 24 Oktober 2025

 


Islam sangat memperhatikan aspek praktis. Tidak sekedar teoritis, atau kognisi. Islam, sebagaimana yang ditunjukkan dalam informasi ilahiah dalam Kitab Suci al_Qur’an, menunjukkan adanya peran penting dalam penguatan aspek praktis dalam kehidupan di dunia ini. Kesan ini, setidaknya dapat dipelajari dari firman Allah Swt :

﴿ وَلِكُلٍّ دَرَجٰتٌ مِّمَّا عَمِلُوْاۗ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ ١٣٢ ﴾ ( الانعام/6: 132)

Masing-masing orang ada tingkatannya, (sesuai) dengan apa yang mereka kerjakan. Tuhanmu tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.  (Al-An'am/6:132)

﴿ وَلِكُلٍّ دَرَجٰتٌ مِّمَّا عَمِلُوْاۚ وَلِيُوَفِّيَهُمْ اَعْمَالَهُمْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ ١٩ ﴾ ( الاحقاف/46: 19)

Setiap orang memperoleh tingkatan sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah menyempurnakan balasan amal mereka serta mereka tidak dizalimi.  (Al-Ahqaf/46:19)

 Dengan dua ayat ini, jelas bahwa manusia akan memiliki derajat kehidupan yang berbeda, baik selama di dunia maupun di akhirat kelak. Informasi ini, bukan dimaksudkan untuk diskriminasi, melaikan informasi formal terkait dengan inklusivitas-proporsional dalam menilai kinerja manusia.

Lantas persoalannya, bagaimana Islam menyajikan informasi mengenai keragaman atau variasi kualitas amal perbuatan manusia ? ditemukan, setidaknya ada empat kualitas perbuatan manusia.

Kamis, 09 Oktober 2025

Beberapa tahun lalu, kadang mendapat komentar yang miring, saat memberikan jawaban, terkait motto hidup. Sudah beberapa tahun sebelumnya, jika ditanya, mengenai moto hidup, dijawab dengan kalimat, “berbuat baiklah, semaksimalmu, karena semua itu akan kembali pada diri sendiri”. Beberapa teman, menilainya, sebagai sesuatu yang egois, dan mereka menyarankan, mengapa tidak menggunakan kalimat, “berbuat baik dan mengabdi kepada Masyarakat?”


Ah, mungkin, sekedar salah paham, atau belum mendapat penjelasan lebih lanjut saja, sehingga mereka melakukan komentar serupa itu. Karena sejatinya, bisa jadi, motivasi intrinsic, atau dorongan utama dalam diri seseorang, tentunya adalah karena dirinya ingin mendapat keuntungan, kebahagiaan, atau kebaikan itu sendiri.  Artinya, kebaikan apapun yang dilakukan seseorang untuk orang lain, sejatinya adalah untuk kebaikan diri kita sendiri.

Sabtu, 02 Agustus 2025

Unik  memang, kalau hidup di Indonesia. Setidaknya, seperti untuk minggu ini. Di media sosial, ada berita, bahwa tanggal 18 Agustus akan ditetapkan sebagai hari libur. Istilahnya hari libur tambahan. Bagi sebagian orang, hal itu, akan menjadi berita gembira. Tetapi, bagi sebagian orang,  tidak (atau belum) memberikan dampak nyata dari kebijakan tersebut. 

Lha kok bisa ?


Istilah  libur, pada dasarnya, hanya bermakna libur bagi sebagian orang, atau, bagian  kegiatan tertentu.  Libur, bukan atau tidak sama dengan kegiatan luang yang leluasa, yang bisa digunakan seseorang, atau sekelompok orang untuk menikmati waktu dengan santai.


Dalam tradisi kita, kerap muncul pertanyaan, iman dulu, atau paham dulu ? akankah, kita bisa mengimani sesuatu, bila kita tidak memahaminya ? ataukah, dapatkah kita bisa memahami sesuatu, sebelum mengimaninya ? Dua pertanyaan itu, seakan filosofis, dan masuk dalam tradisi ilmu kalam, dan terus menjadi bahan narasi yang cukup mengganggu pikiran kita.

Namun, bila ditelaah secara seksama, ada satu aspek keberagamaan yang masih belum banyak terungkap. Aspek yang kita maksudkan ini, yakni merujuk pada firman Allah Swt yang berbunyi :

﴿ وَمَا لَكُمْ لَا تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۚوَالرَّسُوْلُ يَدْعُوْكُمْ لِتُؤْمِنُوْا بِرَبِّكُمْ وَقَدْ اَخَذَ مِيْثَاقَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ ٨ ﴾ ( الحديد/57: 8)

Mengapa kamu tidak beriman kepada Allah, padahal Rasul mengajakmu beriman kepada Tuhanmu? Sungguh, Dia telah mengambil janji (setia)-mu jika kamu adalah orang-orang mukmin.  (Al-Hadid/57:8)

Khitab ayat ini ditujukan kepada orang-orang kafir. Menurut Jalalain  (J. A.- Syuyuthi and Mahalliy 2009), kalimat awal dalam ayat ini, memberi kesan, tidak ada halangan untuk beriman, karena sudah ada Rasul yang hadir di tengah orang kafir. Hanya saja, mengapa mereka tidak beriman ? dalam hal ini, Ibnu Katsir  (Dimasqy 2015) memberi penjelasan bahwa kesan ayat ini dimaksudkan untuk menggali alasan atau faktor penyebab orang kafir tidak mau beriman, padahal ada Rasul menyeru kepada Allah.

Jumat, 01 Agustus 2025

Mencuat sebuah pertanyaan, saat orang-orang menyaksikan adanya pembagian Makanan Bergizi Gratis (MBG) dari Pemerintah. Rakyat yang ada di bawah, khususnya orangtua siswa yang memiliki kemampuan ekonomi yang terbatas, mengajukan pertanyaan, "mengapa tidak dikirimkan saja, uangnya kepada oranangtua, biar kami yang mengatur dan bahkan turut merasakannya?" ujarnya.



Harapan itu, setidaknya disandarkan pada pemikiran, jika anggaran makanan bergizi gratis itu, sebesar (misalnya) 10K, maka satu keluarga Indonesia yang memiliki anak, akan mendapatkan bantuan dari Pemerintah sebesar 300K perbulan. Bila dia memiliki anak sekolah, sebanyak 3 orang (misalnya, ada yang di SD, SMP dan SMA),  maka setidaknya dalam satu bulan satu keluarga akan mendapat subsidi pendidikan sebesar 900K / bulan untuk perbaikan gizi keluarganya. Tentunya, jika di masak di rumah, maka makanan bergizi itu, bukan hanya dinikmati oleh 3 anaknya, tetapi dengan kedua orangtuanya sendiri.

Minggu, 27 Juli 2025

 


Minggu kemarin, tepatnya hari kamis, kami dengan beberapa orang menyengaja melakukan survey. Lokasi yang dituju, didapat dari media sosial. Lagi viral. Merujuk berita di media sosial itu, lokasinya indah. Ada Sungai yang bisa digunakan body rafting. Ada air terjunnya, ada Lokasi bumi perkemahan. Tentunya, ada yang jualan makanan instan di kawasan wisata perkemahan. Hutan yang indah, dengan tetanaman yang beragam, enak di dipandang, dan indah. Instagramable, menurut anak gaul saat ini.

Bisa dibayangkan. Dari Lokasi tempat tinggal kami ini, jaraknya kurang lebih 30 km atau menghabiskan waktu kurang lebih 1,15 menitan. Tentunya, dengan laju kendaraan yang standar. Bila macet, dan laju kendaraannya lambat bisa lebih lama dari itu, apalagi kalau bannya bocor, di tambah jajan-jajan dulu ditengah jalannya. Sedangkan bila laju kecepatannya tinggi, bisa melaju lebih cepat dari yang diduga oleh google maps.

Jumat, 25 Juli 2025

Kadang kita, umat Islam, merasa berpikiran maju. Walau memang, ada sejumlah pikiran maju dan kemajuan yang dilahir di zaman kita, namun pengakuan serupa itu, kadang tidak seluruhnya benar. Sekali lagi, tidak seluruhnya benar, walau ada hal-hal orisinal yang lahir di zaman modern ini. Hal itu, disebabkan, karena sejumlah ide dan gagasan modern, ternyata sudah lahir juga dalam  khazanah pemikiran pemikir kita di masa lampau.


Tanpa bermaksud menafikan pemikiran-pemikiran modern. tetapi, dalam dunia keilmuan pun, sudah terbiasa adanya. Misalnya, sejumlah kajian modern kerap kali mengutip satu atau sejumlah pendapat dari pemikir-pemikir klasik, bahkan pemikir yang lahir pada tahun-tahun sebelum masehi, misalnya ke pemikir-pemikir dari kebangsaan Yunani. Hal itu menunjukkan bahwa kualitas pemikiran dan orisinalitas pemikiran itu, kerap kali berkesinambungan (bersanad) terhadap pemikiran pemikir masa silam.