Just another free Blogger theme

Sabtu, 23 November 2024

Paparan ini menjelaskan mengenai tahapan perubahan pengaruh, mulai dari membaca, merasa, berpikir, bertindak sampai pada karakter. Dengan merujuk pada pertanyaan, mengapa ayat 1-5 surat al-Alaq, menjadi firman Allah Swt pertama dan utama dihadirkan dalam perjalanan keadaban umat Islam ?


Bahan Renungan

Apa yang kita rasakan, saat melihat bencana ? sebelum memikirkan sesuatu, setidaknya hal pertama, akan muncul dalam emosi kita rasa kasihan, atau sedih, empati yang mendalam kepada  korban bencana. Rasa itu, bisa jadi,  tidak begitu kuat, manakala kita tidak melihat fakta di lapangan. Dengan mengamati fakta di lapangan, kita bisa merasakan pengaruh hasil penglihatan.

Bahan renungan

Pada setiap Ramadhan, setiap muslim diajak untuk melaksanakan ibadah shaum, sebulan penuh lamanya. Saat melaksanakan shaum, selama hampir 12 jam (di Indonesia), setiap muslim akan merasakan lapar, dahaga, dan tuntutan serius untuk menjaga hawa nafsu. Hikmah yang penting dari pengalaman ini, setidaknya, dari pengalaman emosional atau subjektif tentang shaum itu, akan mampu mendorong sikap empati dan peduli kepada orang tak beruntung, fakir miskin, atau lingkungan sekitarnya.


Narasi ini merupakan bahan yang disampaikan dalam pengajian di Majlis Ta'lim Masjid Manunggal Palasari VIjayakusuma Cibiru, kota Bandung.   



Selasa, 19 November 2024

Mungkin ini, sekedar komentar pinggiran. Tak bermaksud untuk mengulas sejarah atau konsep mengenai deep learning. Tersebab, konsep deep learning itu, bukan hal yang baru dalam dunia pendidikan, pemikiran atau sejarah intelektualitas. Setidaknya, itulah yang dapat kita simpulkan dari pemikiran Ian Goodfelow, dkk (2016). Dalam pandangannya itu, pemikiran mengenai deep learning sudah berevolusi, setidaknya sejak 1940-an.



Saat ini, masyarakat kita, khususnya dunia pendidikan, sedang diramaikan dengan bincangan mengenai rencana baru Kementerian pendidikan dasar dan menengah. Mereka sedang menggodok rancangan kurikulum deep  learning, yang diharapkan akan meningkatkan kualitas dan layanan pendidikan di Indonesia.

Minggu, 17 November 2024

Salah satu dari khazanah ilmu manajemen, yakni mengenai dimensi kompetensi.  Aspek ini, mungkin kurang mendapat perhatian serius dalam dunia pendidikan, karena kerap  kali tenaga pendidik atau kependidikan  lebih  memperhatikan domain kompetensi, yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan keterampilan (skills).   Selain gagasan itu, kita masih jarang untuk mengulasnya.



Dalam konteks inilah, kita mencoba menelaah dan menerapkan konsep dimensi kompetensi ke dalam praktek pendidikan. Ulasan yang akan kita sampaikan di sini, lebih  merupakan implementasi konsep dimensi kompetensi ke dalam praktek pendidikan. Oleh karena itu, penguatan konsep dan teorinya, penulis sarankan dapat dirujuk kembali ke sumber yang  lebih adekuat.

Sudah menjadi pengalaman rutin. Ritual lima tahunan, dunia pendidikan kita, akan dihadapkan dengan situasi transisi. Isu perubahan kurikulum,  kerap menghampiri, bersamaan dengan perubahan rezim di tingkat nasional. Seperti yang terjadi hari ini.



Apa soalan yang kerap ada di lapangan ? 

Satu diantara soalan yang kita maksudkan itu, adalah proses pembelajaran atau penguatan kompetensi bersifat on-going, sedangkan kurikulum sudah berubah, dan berubah lagi. Seperti yang terjadi dalam lima tahun terakhir.

Kamis, 31 Oktober 2024



Bila dalam paparan sebelumnya, kita menemukan gejala rasionalitas ekonomi alamiah (natural economic rationality), maka tentunya, akan menuntun kepada kita untuk menelaah tindakan ekonomi dalam kategori yang lain. Hal ini, tentunya berkaitan erat dengan perilaku ekonomi atau perilaku pasar itu sendiri.

Pada akhir-akhir ini (2024), ditemukan ada indikasi perilaku ekonomi yang unik, tetapi mengkhawatirkan Masyarakat dunia, khususnya di negara maju seperti Amerika Serikat. Perilaku yang ditunjukkan anak-anak milenial ini, yaitu dome spending. Meminjam penjelasan di dunia maya (Sider Fusion, 20/10/2024), dome spending merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan pengeluaran yang berlebihan yang dipicu oleh berbagai faktor, termasuk stres dan tekanan sosial, seperti yang sering ditampilkan di media sosial. Hal ini merujuk pada pembelanjaan impulsif yang dapat memengaruhi keuangan seseorang.

Senin, 28 Oktober 2024

 Eta budak. Beunceuh. Tina dedegan, paripolah tur laku lampahna, tacan manjing sakola. Eh, aya oge cenah mah, nu tos sakola di SD. Aya nu kelas 1, nu lain-lainna deui mah di PAUD atawa Raudhatul Athfal,  sakola agama nu di ayakeunna di masjid, tajug atau langgar.



Eta ku resep, ningal barudak beunceuh kitu. Ngariung limaan dihareupeun golodog. Sakapeng mah, sasapedaan, sakapeung ngan ukur ngariung cinuntrung bari gutreng. Lain ngawangkong, da nu puguh mah gutreng gaya budak  jaman kiwari. Naon deui coba ? nya kitu tea, taya lian, ngariung ngobrol sabulangbentor bari nyenyekel hape nu keur maenkeun game kameumeutna sewang-sewangan.

Selasa, 22 Oktober 2024

Apakah pertanyaan ini, masuk kategori lebay ? atau, phobia ? tentunya, tidak demikian. Dengan ajuan pertanyaan seperti ini saja, menunjukkan bahwa pencarian kesadaran dan pengetahuan, khususnya mengenai arah peradaban manusia ini, memberikan indiaksi adanya kesadaran kolektif yang harus disikapi bersama.

Bagi sebagian orang, persoalan agama, bisa jadi dianggap, sebagai sesuau yang sifatnya privacy atau subjektif, dan urusan personal. Tetapi, bagian sebagian orang, persoalan itu justru adalah persolan publik yang harus dinarasikan bersama, sehingga terjalin sebuah komunikasi harmini antar kelompok dan lintas kelompok.