Hari ini. Mendengar sebuah kisah yang memilukan lagi. Kejadian ini terulang lagi. Walaupun kemudian, saya harus berfikir, apakah ini menunjukkan bahwa Tuhan masih memberikan keringanan buatku, untuk tidak berbuat salah atau berbuat sewenang-wenang ?
Pikiranku waktu itu, Ok ! setuju.
Lho kok Bisa ?!
Hari ini. Terjadi lagi. Kasus tak sejenis, tetapi spiritnya seolah mirip. Saya merasa bahwa jatah studi tourku ke Pangandaran, tidak bisa dimanfaatkan. Usulku, meminta seorang sahabat untuk mengisinya, biar saya bertugas mengajar siswa kelasnya, mata pelajarannya SKI (Sejarah Kebudayaan Islam). Ide ini pun ditolak. Mengapa ?
"Ya, ga apa-apa" pikirku. Tetapi, pikiran ini tetap tidak mau berhenti. Karena dalam waktu yang bersamaan, ada guru yang ikut ke Pangandaran, semenatra jam ngajarnya digantikan oleh "mahasiswanya" (tanda kutip), dan dalam waktu yang bersamaan pula, ada pelajaran geografi yang selama satu tahun dipegang oleh guru ekonomi. ada juga pelajaran sebagaimana dicontohkan sebelumnya. Dimana yang tepat ? dimana yang tidak tepat ? apakah yang hanya mengganti sekali (sehari itu saja) akan berakibat fatal bagi pendidikan, atau yang satu tahun akan berdampak baik ?
Dulu. tahun 2011-an. Saya mengajukan usul, supaya pemenuhan salah satu rekan guru mengenai jam tatap muka, bisa ditambah dengan pelajaran lain. Guru dimaksud adalah guru pendidikan jasmani (olahraga). pelajaran tambahannya adalah bahasa Indonesia. Usulan itu ditolak, dengan alasan TIDAK SATU RUMPUN.
Pikiranku waktu itu, Ok ! setuju.
Tetapi, pikiran ini tetap saja, tidak ridlo. Karena dalam waktu yang sama, pimpinan tersebut, sudah menetapkan dengan argumentasi yang terasa benar baginya, yaitu memberi jam tambahan guru Biologi dengan pelajaran bahasa Sunda. Guru Kimia dengan pelajaran keterampilan. Guru pelajaran Sosiologi dengan keterampilan. Semua itu, argumentasi sama, yaitu untuk memenuhi jam tatap muka. Maklum, di tengah ruang kerja guru waktu dan sekarang, mengalami demam 24 JAM.
Lho kok Bisa ?!
Entahlah. Cuma pikirku, dan ini pernah disampaikan kepada rekan seprofesi lainnnya, mungkin saya masih diselamatkan Tuhan untuk menyumbangkan ide keliru, jika benar itu keliru, dan atau untuk menyumbang ide benar, jika itu adalah benar. Tetapi, mana posisi yang tepat ?
Hari ini. Terjadi lagi. Kasus tak sejenis, tetapi spiritnya seolah mirip. Saya merasa bahwa jatah studi tourku ke Pangandaran, tidak bisa dimanfaatkan. Usulku, meminta seorang sahabat untuk mengisinya, biar saya bertugas mengajar siswa kelasnya, mata pelajarannya SKI (Sejarah Kebudayaan Islam). Ide ini pun ditolak. Mengapa ?
Alasannya, masa pelajaran SKI diganti oleh guru Geografi ? itu tidak tepat. Tidak boleh, Katanya
"Ya, ga apa-apa" pikirku. Tetapi, pikiran ini tetap tidak mau berhenti. Karena dalam waktu yang bersamaan, ada guru yang ikut ke Pangandaran, semenatra jam ngajarnya digantikan oleh "mahasiswanya" (tanda kutip), dan dalam waktu yang bersamaan pula, ada pelajaran geografi yang selama satu tahun dipegang oleh guru ekonomi. ada juga pelajaran sebagaimana dicontohkan sebelumnya. Dimana yang tepat ? dimana yang tidak tepat ? apakah yang hanya mengganti sekali (sehari itu saja) akan berakibat fatal bagi pendidikan, atau yang satu tahun akan berdampak baik ?
Agak sedikit SOMBONG. Sampai saat ini, memang ijazahku adalah geografi. Tetapi, aku pernah menyuusun karya ilmiah buku PAI SMA, kajian mengenai Ramadhan (dua buah buku), Insya Allah diterbitkan oleh Penerbit Pesantren di Jogjakarta (MoU sudah ditandatangani), dan bahkan Metodologi Penelitian Qur'an, dipakai oleh rekan seprofesi di sebuah Pascasarjana perguruan Islam di Kota Bandung. Itulah alasan, berani ngisi SKI di hari itu, dan lagi pula, hanya sekali, hari itu SAJA!"kami melarang guru ikut ke Pangandaran, karena alasan, ada jam pelajaran?" argumentasi yang menarik, dan baik.
tetapi tetap, pikiran ini, tidak mau berhenti. Habis, waktu kemarin Ke Jogjakarta pun, bukan sehari yang dilibiurkan, bahkan hampir dua hari anak-anak menerima kebijakan tidak belajar di sekolah. Nah...lho..?
Ini fakta. Akhirnya saya pun, berfikir lagi. Mungkin, saya diselamatkan Tuhan untuk tidak melakukan sesuatu yang bukan kompetensi-ijazahku. tetapi, kesimpulan ini pun, saya gak paham....!
0 comments:
Posting Komentar