Just another free Blogger theme

Minggu, 01 September 2013




Tidak mengeluh dengan bahan dasar, dengan kreativitas dan keberanian melakukan pengolahan, seorang master chef berupaya maksimal untuk mengolah bahan-bahan menjadi makanan yang paling enak, baik di rasa maupun di pandang. 


Sore ini, dan setiap minggunya, setiap sabtu dan minggu, televisi di rumah dikuasai oleh istriku. Karena hanya ada satu Tv, resikonya orang lain tak bisa menonton acara lain, selain yang sudah dipatok Istriku. Acara itu, tiada lain adalah  Master Chef  Indonesia. Acara yang mengkhususkan pada kompetisi menjadi juru masak profesional.

Bukan ahli kuliner, dan juga bukan penggila kuliner. Tetapi di setiap minggunya, saya pun terpaksa menyaksikan acara tersebut. Diikuti, serial demi serial, satu tayangan demi tayangan. Di sela-sela itu, muncul  perasaan was-was, simpati dan kagum kadang muncul juga selama menyaksikan acara dimaksud.
Awalnya memang terpaksa, tetapi dipikir-pikir, acara ini memberikan inspirasi yang unik dan juga baik sekali bagi kita. Khususnya, bagi pendidik, pelatih dan atau entrepreneur. Atau siapapun yang membutuhkan kreativitas. 
Sebagai seorang tenaga pendidik, saksian acara seperti ini, memberikan sentilan serius. Kiranya, seorang tenaga pendidik perlu deh, belajar kerja keras dan kerja serius seperti halnya kandidat MasterChef tersebut. Mereka itu kreatif. Jika mereka mengolah makanan, kita adalah menghadapi peserta didik ?!!  
Dalam acara MCI, penilainya, yaitu Chef Profesional.  Salah satu tantangan dalam acara ini, yaitu invention test. Setiap peserta diberi bahan dasar yang sama, dan dituntut melahirkan makanan yang   baru,  tetapi tetap enak.  Menyaksikan acara seperti ini, tertangkap inspirasi bahwa, untuk menjadi master chef itu, memiliki prinsip, “apapun bahan dasarnya, tetap harus menjadi produk unggul dengan citra rasa yang enak”.
Inilah kiranya, yang disebut dengan kreatif. Orang kreatif itu, tidak  bergantung pada bahan. Orang kreatif itu, tidak kaku dengan bahan. Orang kreatif itu tidak mengeluh dengan bahan. Karena, apapun bahan dasarnya, dalam jiwa seorang kreator, akan menjadi produk unggul dengan citra rasa yang enak.
Selama ini, kita melihat, kerap kali ada keluhan dari pengelola pendidikan, dengan peserta didiknya. Karena, input (penerimaan) peserta didik yang ‘biasa-biasa saja’, maka mereka tidak mampu melahirkan generasi muda yang unggul.
Ada juga yang aneh, ada pelaku pendidikan yang memolesi lembaga dan lulusannya dengan warna-warni kenampakkan dengan harapan tampak kreatif dihadapan para penonton ?

Bahkan, ada juga yang menyebut, bahwa sekolah unggul itu adalah sekolah yang menerima siswa pintar dan cerdas, dan kemudian meluluskan siswa tersebut dalam keadaan cerdas pula.
Benarkah begitu ? mungkin ya, tetapi bisa jadi, tidak begitu. Karena, seorang guru yang baik itu, mirip seorang master chef.  Kalau bahan dasarnya sudah baik, dan kemudian melahirkan makanan yang enak, maka hal itu adalah biasa dan tidak aneh. Hal yang kreatif itu, justru jika diberi bahan dasar yang biasa saja, tetapi mampu melahirkan makanan yang enak. Itulah yang disebut kreatif. Dengan kata lain,  sekolah unggul dan atau pendidik yang kreatif itu, adalah orang yang mampu  melahirkan lulusan berkualitas, tanpa hirau dengan bahan dasarnya.
Seperti yang diberitakan, Chef Marinka, misalnya, pernah mengatakan bahwa dirinya lebih suka disebut seniman.[1] Seniman masak. Masak itu membutuhkan citra rasa seni dalam diri, dan kreativitas dalam meracik bahan, sehingga bahan masakan itu melahirkan citra rasa yang maksimal dan unik.


[1] Informasi di dapat dari http://www.tabloidnova.com/Nova/Selebriti/Album-Selebriti/Chef-Marinka-Lebih-Suka-Disebut-Seniman-2
Categories:


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar