penguatan kompetensi TIK di lingkungan pendidikan, khususnya di madrasah, merupakan upaya menggenapkan kompetensi peserta didik. Kompetensi yang selama ini, dianggap hanya mumpuni dalam bidang Kitab Kuning, maka melalui TIK ini, setiap siswa madrasah diarahkan untuk mampu unggul dalam Kitab Digital.
Sebagaimana dimaklumi bersama, pada tahun pelajaran 2014-2015 ini, kita di lingkungan Kementerian Agama, bertekad serius untuk melaksanakan Kurikulum 2013.
"Agenda ini, memang
“molor” satu tahun dibandingkan dengan rekan-rekan kita yang ada di lingkungan
Kementerian Pendidikan Nasional. Tetapi, saya yakin dan optimis, kendati kita telat satu tahun, tetapi kita
dapat melakukan pelayanan pendidikan
secara kompetitif dan sehat, dengan lembaga pendidikan lainnya di Indonesia." ujar seorang kepala madrasah di Cililin Bandung.
Untuk kepentingan penerapan Kurikulum 2013 itu, sesungguhnya, bagi madrasah saat ini, memiliki kesempatan untuk belajar atau bercermin kepada pengalaman rekan-rekan di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan. Baik dalam pengertian, belajar dari pengalaman suksesnya, atau belajar dari kesalahan yang pernah muncul sebelumnya.
Hal ini sejalan
dengan prinsip etika hidup, ‘meniru yang
salah, adalah tindakan salah, tetapi belajar dari kesalahan itu adalah cara benar
meraih keberhasilan”, atau
sederhananya, ‘kita tidak boleh meniru kesalahan, tetapi harus belajar dari kesalahan”.
sebagaimana dimaklumi bersama, bahwa dalam Kurikulum 2013 itu, terdapat banyak perubahan pada Standar Isi, Standar Proses dan Standar Penilaian. Untuk beberapa perubahan itu, para tenaga pendidik banyak mengalami 'kegoncangan", karena ada tuntutan terhadap perubahan struktur rencana pembelajaran dan gaya mengajar, termasuk juga beban mengajar (ada yang kurang jam mengajarnya).
Hal penting yang perlu ditekankan di sini, jika ada perubahan-perubahan
pada standar-standar tersebut, sudah tentu, perubahan itu akan menuntut adanya
perubahan terhadap kinerja kita sebagai tenaga pendidik dan kependidikan,
khususnya dalam teknik dan praktek pelayanan pendidikan di kelas.
Dilain pihak, sebagaimana sudah dipahami bersama, salahsatu karakter dari Kurikulum 2013 adalah menekankan pentingnya pendekatan saintifik.
Dalam pendekatan
ini, tersusun langkah-langkah pembelajaran, mulai dari tahapan pengamatan (observasi), pengajuan
pertanyaan atau rumusan masalah, reasoning (menjelaskan), sampai adanya
kemampuan siswa untuk mempresentasikan hasil pembelajaran dan mengembangkannya
dalam bentuk kerjasama atau networking.
Pendekatan saintifik seperti itu, tidak mungkin dapat dilakukan secara optimal, bila kita sekedar melakukan pembelajaran secara konvensional. Seperti ceramah saja, atau LKS saja, atau mencatat saja !
Pembelajaran
berbasis pendekatan saintifik, mempersyaratkan adanya pemberdayaan ragam model
dan sarana belajar, termasuk fasilitas ICT untuk mendukung efektivitas pelayanan pendidikan di dalam
kelas.
Terkait hal itu, tahu TIK atau belajar TIK adalah penting. tetapi, semua itu dilakukan bukan sekedar kenal teknologi informasi dan komunikasi (ICT). Tetapi mampu memanfaatkan ICT sebagai alat bantu, sekaligus sumber belajar.
Kita perlu sadari
bersama, pada dasarnya, bisa jadi, anak didik kita, jauh lebih mampu dari kita dalam menggunakan
ICT.
Anak-anak kita sudah
terbiasa facebook, twiteran, atau pun yang lainnya. Mereka sudah terbiasa
menggunakan ICT. Tetapi, anak-anak kita belum efektif memanfaatkan ICT sebagai
sumber belajar. Itulah masalahnya.
Dengan kata lain, peningkatan kemampuan guru dalam penguasaan ICT, setidaknya, dapat mengawal, atau memberikan contoh, mengenai pemanfataan ICT secara sehat dan edukatif.
Melalui pembelajaran
mengenai TIK mengenai Model pembelajaran berbasis ICT hendaknya dapat
dijadikan sebagai momentum untuk mengawali, mewujudkan madrasah sebagai
madrasah yang unggul, baik dalam membaca Kitab Kuning, maupun “kitab digital”.
Bagi sebuah madrasah, kita tidak asing dengan Kitab Kuning (Kitab Klasik yang biasa dikaji di Pondok Pesantren), atau juga Kitab Putih (buku ilmiah modern).Tetapi, dengan perkembangan zaman, sumber belajar dan media belajar, bahkan teks Kitab Kuning sendiri, tidak sekedar tercetak dalam kertas kuning, tetapi sudah tampil dalam bentuk digital atau elektronik (kitab digital), dan itulah dinamika kehidupan (Kitab Kehidupan).
Hari gini, tidak
bisa ICT, “apa kata dunia?”
Oleh karena itu, dapat kita sederhanakan bahwa penguatan kompetensi pendidikan berbasis ICT ini, tiada lain, karena untuk menjawab tantangan zaman. Kepekaan dan kepedulian membaca zaman, adalah kecerdasan lain, dalam membaca ‘Kitab Kehidupan”.
Berdasarkan
pertimbangan itu, tidak salah, bila kemudian kita sebutkan, bahwa Catur Kitab
ini (kitab kuning, kitab putih, kitab digital dan kitab kehidupan), adalah
sumber belajar dan inspirasi belajar untuk mengukuhkan kita sebagai manusia
unggul, baik dalam ibadah maupun muamalah.
0 comments:
Posting Komentar