Just another free Blogger theme

Minggu, 25 Desember 2016


Hasil gambar untuk akselerasiBanyak orangtua yang tidak paham, atau belum sadar terhadap potensi edukatif dari permainan. Jika ada anak minta bermain, kadang ada yang tidak mengijinkannya. Beberapa orang tua, malah melarang anaknya bermain di halaman rumah, dengan alasan takut masuk angin, kotor, dan atau kecelakaan, dan lain sebagainya.


Kekhawatiran terhadap efek buruk itu adalah hal wajar, dan alamiah dimiliki oleh seorang orangtua. Tetapi, menemukan nilai edukatif dari permainana dan ruang bermain anak, pun harus menjadi bagian penting yang diperhatikan oleh kalangan orangtua.
“ayah, bisa main congklak…?” anakku yang berusia 9 tahun mengajukan pertanyaan.
Karena saya termasuk orang yang berasal dari salah satu daerah di Jawa Barat, dan terbiasa dan sudah kenal dengan congklak, maka dengan mudah dijawabnya, “bisa…”.
“memangnya, permainannya seperti apa ?” dia bertanya lagi. Sebuah pertanyaan, yang diselimuti oleh rasa keingintahuan yang tinggi, terhadap salah satu jenis permainan tradisional yang sedang dimainkan oleh rekan sepermainannya di halaman rumah.
Satu hal penting yang saya anggap sebagai nilai positif di sore itu, adalah rangsangan social untuk hal-hal baru. Anakku, yang menjadi anggota baru di kelompok permainan itu, dan anak-anak sepermainannya yang datang saling bergantian itu, memiliki latar belakang kebiasaan bermain yang berbeda,  pendidikan yang berbeda, dan pengalaman bermain berbeda, memberikan peluang untuk saling tukar pengalaman dengan rekan sesamanya.
Termasuk yang terjadi pada sore itu. Selama ini, anakku tidak kenal dengan permainan congklak, akhirnya dia pun berusaha untuk mengenali dan mempelajarinya. Sementara, rekan-rekan seusia lainnya, ada yang belum bisa bermain catur, kemudian juga mengenali dan sedikit belajar bermain catur.
Disinilah, saya mengartikan bahwa arena bermain anak-anak, merupakan katalis yang mempercepat kemampuan social, intelektual dan spiritual anak. Arena bermain anak, memungkinkan terjadinya saling rangsang terhadap hal-hal baru kepada anak yang lain, termasuk kemampuan dalam berbahasa dan berinteraksi dengan teman-teman yang lainnya.

Secara sosiologi, manusia memang disebut homoludens, atau hewan yang suka menghabiskan waktu untuk bermain. Ternyata, bermain itu bukan sekedar bermain, tetapi bermain untuk mendorong peningkatan kemampuan anak juga.
Categories:


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar