Just another free Blogger theme

Minggu, 18 Desember 2016


Hasil gambar untuk anak bermainAnakku, yang paling kecil, berdiam diri di pinggir jalan, sambil menyandar ke pagar pintu rumah tetangga. Dia sedang bermain di jalanan, yang ada di depan rumah. Ae, itulah panggilannya, anteng berdiam di pinggiran jalan, sambil menyaksikan kakak, dan teman-temannya yang tengah sibuk bermain. Permainan popular bagi anak-anak kota di pinggir jalanan. Kalau tidak sepakbola, ya bulutangkis !


Tidak seperti biasanya. Ae kini tidak pernah merengek-rengek ke kakaknya untuk ikut bermain. Ae malah terhitung anteng di pinggiran jalan, sambil sesekali menyandarkan tubuhnya ke pagar rumah. Kemudian sesekali pula, dia membantu kakak-kakak sepermainannya untuk mengambilkan shuttlecock yang jatuh di depannya.
Ceria dan dinikmati. Itulah yang tampak di mataku, saat melihat Ae dengan kakak-kakak sepermainannya itu. Dia tidak merengek, nangis, cemburu, atau egois untuk mendapatkan jatah waktu permainannya dari kakak-kakaknya. Sikap seperti itu, kiranya adalah hal baru dari Ae bila berinteraksi dengan kakaknya itu.
Gejala seperti ini, termasuk gejala social yang unik. Saya ingin menyebutnya, kemampuan alam bawah sadar Ae untuk melakukan reposisi peran social di tengah kakak-kakak sepermainannya. Selama ini, jika dia bermain dengan kakak di rumah, atau dengan kedua orangtuanya, dia akan menempatkan posisi sebagai penguasa. Segalanya ingin hanya untuk dirinya dan oleh dirinya.
Di tempat permainan itu, Ae bertemu dengan ragam sikap kakak-kaka sepermainan, dengan postur tubuh yang beragam. Saya lebih menekankan aspek postur tubuh, karena bisa jadi, Ae anakku yang baru berusia 7 tahun ini, tidak paham mengenai usia kakak-kakak sepermainannya. Tetapi, Ae pasti tahu dan sadar diri dengan kakak-kakak sepermainannya yang memiliki postur tubuh lebih besar dari dirinya.
Pada konteks itulah, saya menilai bahwa memberikan kesempatan bermain kepada anak-anak kita, bukan saya memberi ruang nyata dalam hidup di masyarakat, tetapi juga memberikan pelajaran tentang posisi social seseorang di tengah lingkungan orang lain.

Seorang anak yang dibesarkan di lingkungan rumah sendiri, dan kemudian manakala orangtuanya tidak mampu memberikan lingkungan yang sehat, boleh jadi, akan menjadikan anaknya sebagai anak manja dan egois. Sementara, jika anak kita dihadapkan di tengah teman sepermainannya, maka secara tidak langsung, disadari atau tidak, anak kita akan berusaha untuk melakukan reposisi peran dan status sosialnya di tengah lingkungan teman-temannya tersebut. Bila hal itu, tidak dilakukan, bisa jadi, teman-teman yang lainnya, akan menjauhinya dan tidak nyaman untuk bermain bersamanya !
Categories:


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar