Just another free Blogger theme

Senin, 22 Januari 2018


Hasil gambar untuk learningSiang ini, sekelompok siswa menghadap. Eh, lebih tepatnya ketemu tanpa sengaja. Maklum, dalam posisi sebagai petugas piket sekolah, sudah tentu akan berpotensi banyak siswa yang berpapasan dengan ruang piket. Seperti itulah, kejadian yang teralami di hari itu.


"Kami, kadang terasa lelah. Banyak tugas, sedangkan waktu terbatas..." ungkapnya, dengan nada yang sedikit memelas, tetapi juga agak berat. Penyampaian itu, bisa juga, ada kaitannya dengan pengalaman belajarnya selama ini. 
Saya percaya, atau setidaknya, yang terpikir saat itu, bahwa curahan saat itu, merupakan sebuah curahan jujur dan tulus dari siswa, yang kini tengah menjalani proses pendidikan di sekolah. Adalah hal biasa, dan memang menjadi kewajiban kita, baik sebagai orangtua, guru, atau senior dari mereka, untuk mendengarkan curahan hati mereka.
Di balik curahan itu, sejatinya ada satu persoalan dasar yang juga menghantui pikiran ini. Persoalan yang dimaksudkan itu, apakah "iya, seorang siswa harus diberi pekerjaan rumah yang banyak, atau jadwal menghadap yang padat ?"
Pertanyaan sederhana, namun, saya rasa merupakan pokok personalan dunia pendidikan kita saat ini. Para siswa itu mengeluhkan, bahwa beban belajar yang dia terima saat ini, termasuk beban belajar yang sangat berat, atau padat, atau banyak. Sekali lagi, apakah memang harus demikian adanya ?
Dalam konteks itulah, saya teringat pada sebuah buku yang berjudul "Improving Learning How to Learn: Classrooms, schools and networks", yang diedit oleh Mary James (2007). Sudah tentu, wacana yang ada dalam buku itu, tidak menjawab langsung masalah yang dihadapi oleh para siswa tersebut. Namun, saya merasa yakin, bahwa substansi atau isi dari wacana yang diedit Mary James itu, relevan untuk dijadikan bahan pembanding bagi kita, yang tengah menjalankan fungsi sebagai tenaga pendidik.
Salah satu pesan penting yang disampaikan dalam wacana itu, yakni ada optimisme dari kalangan penulis, bahwa isu penting dan mendesak di abad modern ini, adalah mempelajari bagaimana cara belajar, dan bukan "sekedar" mempelajari masalah isi pelajaran. "Learning how to learn", dianggap sebagai pokok persoalan penting yang harus dikembangkan di dunia pendidikan, disaat perkembangan ilmu dan masalah kehidupan yang pesat dan mendesak.
Melalui pembelaran mengenai cara belajar ini, anak atau peserta didik dituntut untuk bisa mandiri dna belajar sendiri, dan tidak menunggu pembelajaran (pemberitahuan) dari seorang tenaga pendidik. Artinya, jika kita menunggu pemberitahuan informasi dari guru, sudah tentu kita akan ketinggalan. Hal penting sekarang adalah belajar bagaimana caranya belajar ?!


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar