Ada satu persepsi yang perlu diluruskan, saat memahami pola
piker tingkat tinggi. Persepsi yang kita
maksudkan ini, yakni pandangan bahwa HOT itu adalah berpikir sulit. Padahal,
sejatinya, HOT itu bukan berpikir sulit, melainkan berpikir kompleks.
Berpikir kompleks mungkin bisa dipersepsi sebagai keterampilan yang sulit. Pemikirannya tidak salah. Tetapi, perlu disadari pula, bahwa berpikir sulit bukan berarti kompleks.
Untuk sekedar contoh, dalam tingkat berpikir rendah
(recall), ada yang masuk kategori mudah, dan ada pula yang masuk kategori
sulit. Kompetensi ‘menyebutkan’ berkategori mudah, misalnya, “sebutkan nama
presiden republic Indonesia yang ke tujuh?”. Sementara, untuk jenis
‘menyebutkan’ dengan kategori sulit, yaitu “sebutkan 2 orang nama camat yang
ada di propinsi Kalimantan Selatan?”
Merujuk pada kasus serupa itu, seorang guru hendaknya, bisa membedakan antara keterampilan proses dengan kompleksitas keterampilan proses. Kendati masuk dalam kategori “C-1” dalam pemikiran Bloom, namun pertanyaan yang kedua, termasuk pada jenis keterampilan proses yang sederhana, namun sulit. Jenis tagihan seperti itu, termasuk sulit, namun bukan masuk kategori berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills).
Keterampilan proses yang masuk
kategori HOTS, tidak lagi sekedar menyebutkan (recall), melainkan sudah sampai
pada tingkat analisis, atau sintesis. Misalnya, bukan menyebutkan nama camat, melainkan ‘jelaskan,
factor yang mendukung seseorang bisa diangkat menjadi camat !” keterampilan
proses dalam pertanyaan ini, sudah bukan sekedar menyebutkan nama camat,
melainkan menuntut peserta didik untuk memberikan alasan dan penjelasan terkait
dukungan aspek lain yang mendorong seseorang bisa menjadi pejabat public
setingkat camat.
0 comments:
Posting Komentar