May Day. Atau biasa dikenal dengan Hari Buruh Intenasional. May Day diperingati secara internasional, bukan hanya di negeri sosialis, tetapi juga di negara-negara kapitalis. Karena itu, kurang tepat, ketika Pemerintah Orde Baru menyematkan peringatan Hari Buruh Internasional sebagai hari nasional berhaluan kiri. Karena sejatinya, perjuangan itu adalah perjuangan kaum buruh terhadap kaum kapitalis, di negara kapitalis pun menguat dan mencuat !
May Day. Dari konteks sejarahnya, merupakan upaya-upaya massal dan politis kaum buruh memperjuangkan hak-hak buruh. Diantara hak pokok dari kaum buruh pada waktu itu, yaitu upah yang layak, dan pengurangan (reduksi) jam kerja. Kaum buruh menuntut jam kerja, tidak 19-20 jam sehari. Mereka berjuang dan memperjuangkan waktu hidup dalam seharinya itu adalah 8 jam untuk kerja, 8 jam untuk istirahat dan 8 jam untuk rekreasi. Perjuangan inilah, yang kemudian menjadi landasan penting dan mendasar, untuk kemudian menjadikan hasil perjuangan buruh itu diperingati secara internasional.
Menarik untuk di bicarakan lebih lanjut, yakni seiring perkembangan struktur ekonomi dunia.
Di abad pertengahan, sampai awal abad XXI, struktur perekononimian dunia masih berkuat dalam dunia industri (fabricasi). Pada masa itu, seseorang menukar tenaga, atau jasanya untuk mendapatkan upah dengan mengerjakan sesuatu hal di pabrik-pabrik para pemilik modal. Posisi kekuasaan antara kedua kelompok itu sudah pasti tidak seimang, satu sisi pemilik modal sisi lain adalah pencari upah, satu sisi peminta upah satu kelompok penguasa keputusan. Akibatnya, di masa itu, eksploitasi manusia oleh manusia pemilik modal terjadi di mana-mana. Atasnama industrialisasi pemburuhan terjadi di berbagai tempat di berbagai belahan dunia.
Era sekarang ini, struktur ekonnomi sudah berubah. Setidaknya, sebagian diantaranya, pola dan struktur perekonomian masyarakat modern mulai bergeser. Industri materi beralih ke industri jasa, bahkan pekerjaan pun, mulai banyak dilakukan secara mandiri. Era sekarang ini, seseorang bisa bekerja tanpa harusi dipabrik atau menunggu diterima lamaran oleh pemilik modal. saat ini, seseorang bisa mendapatkan upah, bukan dari belas kasiahn pemilik modal, tetapi dari kinerja dirinya sendiri.
Jangankan orang dewasa, anak kecil sekalipun, bila sudah mampu memanfaatkan gadget atau medsos secara optimal, bisa jadi akan menjadi pengusaha profesional di era modern. dan akan menjadi cuan bagi dirinya sendiri, bahkan, penghasilannya bisa jadi mengalahkan upah ibu bapaknya yang kerja dipabrikan !
Apa problema yang muncul di era modern ini ? kalau bercermin ke hari buruh internasional, pada dasarnya, ada pergeseran nilai.
Pertama, gejala yang ada sekarang ini, bukan lagi eksploitasi manusia oleh manusia lain, melainkan ekploitasi manusia oleh diri sendiri. Setiap orang mengeskploitasi tenaga, waktu dan pikirannya oleh dirinya sendiri.
Kedua, fenomena ini mengantarkan kita pada satu temuan, adanya proses pemburuhan diri sendiri oleh diri sendiri. Kalau dulu, kita menjadi buruh dihadapan majikan atau pemilik modal, namun sekarang ini, setiap orang menjadi buruh bagi diri sendiri. Setiap orang mengatur, menetapkan jam kerja, dan atau mengejar target sesuai dengan hasrat masing-masing. Imbasnya, atmosfer persaingan menjadi tidak terelakkan, gelora hasrat akumulasi modal tidak terhindarkan, dan pada ujungnya, banyak manusia modern lupa batas kemampuan diri dan batas psikologisnya.
Jam siang dijadikan malam. jam malam dijadikan siang. Jam istirahat di pakai kerja, Jam kerja dipakai istirahat. Apapun mereka lakukan, demi akumulasi modal. Karena fisik manusia terbatas, kemudian mereka meminta bantuan obat-obatan untuk mempertahankan daya tahan tubuh, dengan maksud untuk menjaga ritme kerja dalam mengakumulasi modal. Sejumlah orang yang tidak kuasa dengan tekanan itu, mereka keluar menjadi depresi dan bahkan tak jarang yang bunuh diri. Itulah beberapa kejadian yang banyak teralami oleh warga Korea Selatan di era modern ini.
Ketiga, penentu dan pengendali pemburuhan itu bukan lagi orang lain, melainkan diri sendiri. Hasrat perjuangan yang bisa hendak dikatakan demikian, bukan lagi memerdekan buruh dari eksploitasi pemilik modal, melainkan pemerdekaan pemburuhan diri dari hasrat mengakumulasi modal. Hasrat mengumpulkan modal itulah, yang menjadi daya gerak manusia memburuhkan diri sendiri.
Sebagai kesimpulannya, saya berharap, bahwa May Day hari ini, menjadi bahan renungan kita, untuk memanusiakan diri sendiri oleh diri sendiri, selepas kita bisa memanusiakan dari penjajahan manusia.
0 comments:
Posting Komentar