Just another free Blogger theme

Selasa, 04 Maret 2025

Tidak boleh terburu-buru. Itulah kata pertama, yang perlu disampaikan di sini. Hal ini perlu disampaikan dengan maksud, supaya kita, bisa bersama-sama untuk bersikap hati-hati.  Bukan hanya, saya sebagai penulis yang perlu hati-hati, tetapi juga para pembaca pun, diharapkan bisa berhati-hati. Tidak terburu-buru.


Ada dua hal yang dimaksud dengan tidak boleh terburu-buru itu. Pertama, tidak boleh terburu-buru membacanya, supaya tidak salah paham.  Karena kadang  kali, salah-paha, dibawali dari ketijelian kita saat membaca. Akibat ada konsep atau makna yang tak tertangkap, kemudian seeorang bisa saja melangakami salah  baca. Oleh karena itu, kita perlu hati-hati saat membacanya.

Senin, 03 Maret 2025

 Dalam kajian tafsir, ada beberapa perbedaan mencolok yang biasa dilakukan. Perbedaan yang kita maksudkan itu, adalah pengelompokkan paket analisis saat menjelaskan forman Allah Swt, terkait shaum Ramadhan ini.



Imam Thabari, dalam tafsirnya, tampak konsisten dengan polanya sendiri. Setiap ayat dibahas satu persatu secara berurutan (tafshili).

Ibnu Katsir, misalnya, memisahkan keempat ayat ini menjadi tiga bagian. Bagian pertamanya, yaitu ayat 183-184, kemudian 185, dan paket analisis terakhirnya yaitu ayat 186 surat Al-Baqarah. Pola ini, serupa dengan yang dilakukan Imam Qurthubi, Quraish Shihab, dalam tafsir al-Misbah, dan Imam Asy-Syaukani dalam Fathul Qadirnya.

Minggu, 02 Maret 2025

Menarik untuk ditelaah dengan seksama. Di bulan suci Ramadhan ini, kita melakukan koreksi besar-besaran terhadap tradisi atawa kebiasaan konsumtif kita. Dan, dari pengalaman inilah, kita pun menemukan adanya kebutuhan untuk eat, un-eat, dan re-eat. Apa makna dibalik konsep-konsep tersebut ?



Betul. Konsep pertama, eat atawa makan, yang kita  maksudkan adalah mengkonsumsi sesuatu yang kita butuhkan. Misalnya, karbohidrat, protein, sayuran atau nutrisi yang lainnya. Hal yang kita sebutkan tadi, yang merupakan bagian dari kebutuhan hidup kita, untuk mendukung kebugaran, dan Kesehatan tubuh kita, merupakan sesuatu yang perlu dikonsumsi. Itulah eat (makan/atau makanan).

Sabtu, 01 Maret 2025

Tidak langsung tampak. Atau, setidaknya, tidak langsung sadar.  Tidak semua orang, diantara kita menyadari adanya gejala yang menguat, antara fenomena brain rot, dengan kelakuan kita di bulan suci Ramadhan. Tentunya, tidak semua orang melihat dan merasakan hal serupa ini. Bahkan, bisa jadi, pandangan ini pun, tidak tepat seluruhnya. Lebih merupakan satu opini subjektif dari seseorang yang mengalami kesepian di tengah praktek ramadhan tahun ini.

Namun, bila ditelaah dengan seksama, dan kita melihatnya secara 'kasuistik' satu persatu, untuk kemudian digeneralisasi, mungkin, hubungan antara ketiga hal tersebut, tampak menguat di tengah-tengah kehidupan masyarakat kita saat ini.

Seperti biasa. Ibadah shalat tarawih, jumlahnya tidak banyak berubah. Masih dikisaran 11- atau 23 rakaat. Kedua pilihan itu, bergantung pada mazhab pemikirannya masing-masing. Dua pola itulah yang selam aini, tumbuhkembang ditengah masyarakat kita. Hal yang membedakan, adalah yang cenderung formalitas,mengejar jmlah, tanpa dipikirkan menegnai ketenangan,  ketumakninah, atau kekhusuyuan. Itulah yang tampak dalam beberapa praktek ibadah tarawih, yang seakan berada ditengah-tengah 'perlombaan shalat tarawih'.


Gejala seperti ini, kiranya, dapat disebut sebagai bibit lahirnya pembusukan-peribadahan (worship rot).

Ada yang menarik. Shaum Ramadhan disyari'atkan dalam Islam, yaitu tahun ke-2 Hijriah. Kemudian Rasulullah Muhammad Saw wafat, tahun ke-11 Hijriah. Artinya, Rasulullah Muhammad Saw hanya 8 kali mengalami dan menjalani shaum Ramadhan.



Persoalannya, hanya dengan 8 kali Ramadhan, Rasulullah mampu menampilkan diri sebagai insan kamil (manusia sempurna). Sementara, kita sekarang ini, sudah berapa kali Ramadhan kita  jalani dan alami ? sudah berapa idul fitri kita alami dan jalani, dan bagaimana kualitas kepribadian kita hari ini ?