Setiap bulan suci Ramadhan, kita kerap kali mendengar lantunan ayat 183 surat Al-Baqarah. Ayat ini sangat popular dibanding ayat lainnya tentang shaum Ramadhan, dan menjadi rujukan utama dalam pelaksanaan ibadah shaum di bulan Ramadhan. Firman Allah Swt ini, berbunyi :
﴿
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ
عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ١٨٣ ﴾ ( البقرة/2:183)
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Al-Baqarah/2:183)
Untuk konteks hari ini, kita akan memanfaatkan analisis struktur-pesan dalam firman Allah Swt, kemudian diterapkan dalam konteks manajemen stategik. Walaupun kita, sesungguhnya tidak melakukan kajian-kepustakaan yang intensif terkait hal ini, namun diharapkan dapat membantu menjelaskan dan membuka cakrawala baru dalam memahami pesan-pesan ilahi yang ada dalam kitab suci al-Qur'an.
Dengan memanfaatkan perspektif ini, setidaknya ada tiga pokok pikiran ayat ini, yang dapat dijadikan konstruksi-teoritis dalam membangun manajemen strategis.
Pertama, kondisi motivasi, modal utama atau pijakan pokok. Merujuk pada penafsiran umum, pokok soal ibadah shaum itu diperuntukkan bagi mereka yang beriman. Dengan kata lain, orang yang tidak beriman, tidak wajib puasa. Dengan kata lain, iman adalah modal dasar dalam praktek ibadah shaum. Iman adalah sumberdaya-spiritual yang bisa menjadi fondasi dalam pencapaian tujuan kegiatan ibadah.
Untuk mewujudkan visi, sebuah organisasi, baik organisasi sosial, politik, maupun ekonomi, akan membutuhkan sumberdaya-fundamen didalamnya. Niat, motivasi, maksud, kekayaan, atau kebersamaan adalah sumberdaya modal dalam konteks organisasi sosial. Sumberdaya ini, hendaknya dapat dijadikan acuan dan fondasi atau modal kepercayaan dalam mewujudkan cita-cita.
Kedua, shaum, atau istilah lainnyan praktek atau strategi atau teknik atau gerak operasional dan fungsionalnya. Bahasa Islam atau Qur'an, yakni amal shaleh. Bila kita menggunakan konsep organisasi, yakni strategi operasional dalam mewujudkan visi dan misi.
Ada dua strategi operasional yang bisa dilakukan seorang muslim dalam mewujudkan citanya. Strategi pertama, yakni melakukan inovasi dan kreasi sesndiri, sesuai dengan pemahaman dan kemampuannya. Strategi keduanya, yaitu imitasi terhadap kisah dan pengalaman orang lain, atau orang terdahulu. Dalam konteks itulah, maka rangsangan pemikiran tentang adanya kelompok orang yang berpuasa sebelum kita (alladzina min qablikum), menjelaskan mengenai adanya keleluasaan dan kebolehannya seseorang untuk mempelajari best practise dari orang-orang terdahulu, supaya mengetahui perbedaan dan persamaan, serta tantangan dan solusi yang dikembangkannya dalam menjalankan strategi tersebut.
Terakhir, dalam ayat ini, diterakan mengenai tujuan (laalakum tattaquun). Para pengkhotbah, menjelaskan bahwa tujuan ibadah shaum ramadhan adalah untuk mencapai derajat taqwa.
Kembali, bila disederhanakan ulang, maka struktur berpikir dari ayat ini sangat kasat mata, bahwa dalam pengembangan manajemen strategik itu, memuat adanya modal dasar, strategi operasional dan tujuan atau visi yang jelas. Inilah yang kita maksudkan, bahwa Ramadhan bukan sekedar amal ibadah, namun memberikan rangsangan intelektual mengenai manajemen strategis.
0 comments:
Posting Komentar