Just another free Blogger theme

Jumat, 13 Desember 2013



“Membutuhkan mental baja”, itu yang terbersit dalam pikiran, saat membaca novel biografis, Hj. Siti Fadhilah Supari, mantan Meskes Indonesia di era reformasi.  Satu diantara, elit politik yang tegar, dan memiliki kepribadian yang perlu diteladani oleh anak muda Indonesia saat ini. Setidaknya, itulah yang terasa saat membaca buku, “Tatkala Leukimia Meretas Cinta” (Mizan, 2010).


Karya novel biografis, yang ditulis langsung oleh Menteri Kesehatan Periode 2004-2009 itu, merupakan paparan personal mengenai ‘perjuangan karakter’ seorang elit politik dalam mengarungi kehidupan. Satu sisi, dia lahir sebagai seorang perempuan, sisi lain lahir sebagai seorang pejabat publik. Sisi lainnya, diapun adalah seorang istri untuk seorang suami. Sisi kehidupan itu, ternyata tidak selama beriringan, dan juga kadang menantang masalah yang perlu pengambilan keputusan yang tepat.

Di saat harus berhadapan dengan tingginya harapan rakyat untuk sekedar bisa makan yang bergizi, atau minum air bersih. Kemudian dia pun terganggu oleh situasi keluarganya yang krusial. Suaminya tercinta, Muhammad Supari, divonis menderita Leukimia akut. Dengan status seperti itu, masih ada hal yang bisa dilakukan oleh pihak tenaga medis, tetapi hasilnya belum memuaskan, dan tidak menjanjikan.

Tersungkur sudah dalam sebuah ruang duka. Mata sembab karena menangis sendiri di  kamar mandi. Kadang harus berbinar dalam menghadapi “rengekan” rakyat yang berharap bantuan Negara. Kadang harus tersenyum di depan kamera yang berharap berita seputar kesehatan. Dalam waktu yang sama, hatipun gulana karena memikirkan nasib sang Suami yang terbaring di ranjang kesakitannya.

Gerak dinamika hidup dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini, berada pada tiga titik simpul konflik status social yang krusial. Simpul pribadi yang memiliki idealism, simpul status istri yang memiliki cinta dan kasih sayang kepada keluarga, dan simpul elit politik dengan segala kekuasaannya.

Ide-ide idealisnya, muncul kuat ke permukaan. Seperti yang juga ditulisnya dalam “Saatnya Dunia Berubah”, dalam novel biografis ini pun, memberikan gambaran mengenai konflik-bathin seorang pejabat, yang harus memperjuangkan kepentingan rakyat, dan juga pragmatism Negara, atau kapitalisme global yang berkuasa. Seperti yang dituturkan dalam novel ini, tahun 2008, institusinya bersikeras untuk membakar makanan yang mengandung melamin. Produk makanan itu, adalah produk dari perusahaan M&M dari Amerika Serikat. Ternyata resistensi,  baik dari rekanan seprofesi maupun pengusaha dan pihak asing begitu kuat, sehingga kadang, idealism hanya berjalan sendiri, dan tidak mampu mengubah situasi secara berarti.

“???”, pikir sang ibu Menteri saat itu.

Kendati begitu, paparan biografis ini, memberikan sebuah inspirasi penting bagi si pembaca. Ketegaran diri dalam menghadapi cobaan, membutuhkan kesabaran dan ketegaran pasangan hidup, dan juga anggota keluarga.  Muhammad Supari, kendati harus ‘mengakhir’ hidupnya lebih dulu daripada sang Istri tercinta,  pesan beliau sangat menyentuh hati.

“Kasihan rakyat, jika kau memikirkan aku terus, Dik”, ujarnya kepada sang Istri, “pasrahkan aku kepada Tuhan dan dokter-dokter itu, kamu bekerja seperti sediakala…”.  Di lain kesempatan, beliau pun menuturkan, “mungkin tugasku sudah tuntas, bahkan aku diberi bonus 2 tahun lebih banyak dari masa hidup Nabi Muhammad,”  kemudian, “jangan menangis..” pesannya lagi, “rakyat Indonesia masih membutuhkanmu..”

Rangkaian pernyataan yang menunjukkan ketegaran dan keikhlasan yang luar biasa, dari sang suami, yang sedang antri menunggu panggilan Ilahi. Tepat kiranya, bila kemudian, sang Ibu Menteri pun menyebutnya sebagai sebuah asa menghidupkan kembali cinta diantara mereka. Tanggal 28 Maret 2009, kekasih Menkes yang dicintai banyak orang pencari keadilan dalam layanan kesehatan dunia, harus pergi untuk selamanya. Orang yang lantang bicara di hadapan forum dunia, yang dipenuhi pengusaha kapitalis, kini tersungkur dan  berlinang air mata.
"cinta sejati, tidak akan pernah ada penyesalan", tulis menteri Kesehatan, periode 2004-2009.

“semoga Allah, mengampuni dan memberkahi setiap perjalanannya..”
Categories:


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar