Kita ini dituntut membuat laporan yang benar, bukan
laporan yang jujur. Itulah prinsip hidup
kita saat. Semula tidak paham. Semula kurang
‘ngeh’. Dulu masih aneh. Tetapi, ternyata hari
ini, sangat-sangat terasa mengenai apa yang dimaksud dari pernyataan dan sikap hidup seperti itu.
“Anda butuh, apa ?” tawarnya.
“oghh. Ga, Pak,” jawabnya.
“jangan takut,..” tegasnya lagi, “semua yang kita lakukan itu, akan
aman..”tuturnya. Sembari dia mengeluarkan beberapa lembar kertas warna
merah. Kertas inilah, yang setiap orang tergila-gila, dan banyak
menghabiskan waktu dan tenaga untuk mendapatkannya. “Atau, kalau masih
ragu, ini hanya bagian dari hadiah saja.
Sebagai teman..” katanya, sambil menyerahkan beberapa lembar uang kertas
kepadanya. “jangan pernah menolak kebaikan hati seorang teman....terima lah...”
Selepas itu, dia kembali berbicara, dan menceritakan pokok pembicaraannya. Obrolan itu memang kadang ada sangkut pautnya, kadang pula tidak ada kaitannya. Entah mengapa, kedua orang itu bisa berbincang begitu lama dan sangat-sangat intens.
Karena sahabat kita yang satu ini, merasa tertanggu dengan pemberiannya
tadi, dipenghujung pertemuan itu, tetap
mengajukan pertanyaan. “Pak, apakah hal ini tidak akan menjadi masalah buat
kita ?”
“Maksudnya ?” dia malah balik bertanya.
“ini uang dari mana, mengapa besar sekali ?”
“ha...ha....” dia tertawa, seolah merasa bahagia. “Sahabatku. Disinilah, kita harus pintar dalam membaca peluang, dan membaca masa depan. “ tuturnya.
“kita hidup ini, hanya satu kali. Kesempatan pun hanya satu kali. Karena
itu, manfaatkanlah peluang yang ada.” Paparnya, “sebuah kesempatan ini, akan
menjadi nilai berguna bagi kita, bila kita memiliki dua hal utama, satu
keberanian dan kedua momentum’.
Banyak orang yang memiliki keberanian, tetapi momentumnya tidak ada. Orang seperti itu, akan mengalami kegagalan dan atau celaka. Ada yang memiliki momentum, tetapi tidak memiliki keberanian, itu pun akan mengalami kegagalan. Karena itu, keberhasilan itu, kadang lebih merupakan sebuah pertemuan antara keberanian dalam mengambil keputusan untuk memanfaatkan momentum. Itu saja. Tidak lebih.
“iya, Pak, tapi apakah apa yang kita lakukan ini adalah benar?” tanya lagi.
“yakin. Ini adalah tindakan benar. Dan kita akan menunjukkan bukti-bukti
pembenarnya, terhadap apa yang kita lakukan ini.” Jawabnya singkat. Tanpa ragu,
dia malah begitu yakin dan bisa meyakinkan sahabatnya yang ada di depannya
tersebut.
“tetapi, bukankah dana yang kita keluarkan ini, tidak ada kegiatannya...”
“sahabatku, ini pelajaran tentang hidup di negeri kita. Kita ini, dituntut membuat laporan yang benar, bukan kegiatan yang benar. Untuk menyusun laporan yang benar, kita hanya membutuhkan bukti-bukti fisik, atau dokumentasi. Karena itu, hal yang akan lakukan nanti, akan kita buat laporan yang benar sesuai peraturan, dengan nota belanja, atau yang lainnya...?”
“tetapi, kita tidak memiliki dan tidak melakukan kegiatan apa-apa...?”
Camkan dengan baik, “kita ini dituntut membuat laporan yang benar, bukan
laporan yang jujur. Itulah prinsip hidup
kita saat ini...”.
Mendengar penjelasan dan penegasan itu, sahabat kita yang satu ini, tertegun sejenak. Dia menatap sahabatnya, yang kini sudah menjadi seorang pejabat pada sebuah instansi negara, ternyata sudah memiliki karakter yang berbeda dengan sebelumnya. Dia sudah memiliki prinsip baru dalam mensikapi amanah atau posisinya.
Tanpa pamitan dulu, walaupun tetap merasa perlu menghormati niat baik sahabatnya itu, dia pun tetap menerima dan membawa pemberian tersebut, namun pikirannya tetap melayang-layang. “mari kita cari
kebenaran, dan jangan cari kejujuran...”.
Di luar ruangan, kemudian ada ajudan pejabat yang biasa diberi tugas sebagai pembantu umum dalam kegiatan keuangan di instansi tersebut mendekatinya. Di samping sahabat kita yang satu ini, dia memberikan tips praktis dalam menyelesaikan masalah yang dimaksudkan sang pimpinan tadi.
- Siapkan proposal kegiatan
- Rinci rekanan kerja yang memungkin bisa diajak kerjasama (misalnya toko ATK, dan Rumah Makan).
- Kalau tidak bisa diajak kerjasama, maka belanja beberapa buah, tapi kemudian kuitansi kosongnya diminta.
- Andai cara tadi pun masih gagal, bawa saja kuitansi kosong yang sudah bercap perusahaan itu, kemudian kita buatkan kuitansi, faktur dan cap imitasinya.
- Buat laporan, dengan berbagai faktur dan cap yang sudah kita siapkan. Sehingga, laporan itu, memang benar-benar seperti asli dan seperti dilaksanakan.
0 comments:
Posting Komentar