Seorang muslim, di setiap harinya berharap mendapat petunjuk dari Allah Swt. Setidaknya, hal itu ditunjukkan dengan pelantunan ayat dalam surat al-Fatihah, ayat 6-7.
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ ٦ صِرَاطَ الَّذِيْنَ
اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ
٧ ( الفاتحة/1: 6-7)
Bimbinglah kami ke jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau
beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)
orang-orang yang sesat. (Al-Fatihah/1:6-7)
Tetapi memang, masih banyak pula, umat Islam yang gamang, dan tidak mengetahui jalan petunjuk tersebut. Banyak yang masih belum paham, model hidayah yang Allah Swt sediakan, sehingga memudahkan manusia untuk mendapatkan, merasakan, dan menjalankannya.
Menggunakan penalaran terbalik atau kebalikannya, setidaknya kita mendapatkan inspirasi mengenai orang-orang yang tidak akan mendapatkan petunjuk (hidayah) dari Allah Swt. Pertama, yaitu membeli kesesatan dengan petunjuk (hidayah). Seperti yang terungkap dalam firman Allah Swt :
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ اشْتَرَوُا الضَّلٰلَةَ بِالْهُدٰىۖ فَمَا
رَبِحَتْ تِّجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوْا مُهْتَدِيْنَ ١٦ ( البقرة/2: 16)
Mereka
itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka, tidaklah
beruntung perniagaannya dan mereka bukanlah orang-orang yang mendapatkan petunjuk. (Al-Baqarah/2:16)
Kesan
yang bisa ditangkap dari firman Allah Swt ini, bahwa ada indikasi adanya
manusia yang lebih memilih kesesatan daripada petunjuk Allah Swt. Atau, ada
pula indikasi bahwa mereka meninggalkan kebaikan, demi mendapatka sesuatu yang
buruk. Misalnya, untuk mendapatkan kekayaan yang melimpah, dia melupkan komitmen dan nilai
integritas, untuk memilih sikap korup. Sikap yang terakhir itu, sama dengan
membeli kesesatan dengan petunjuk.
Bila
tradisi serupa ini, terbiasa dan dibiasakan, hukum-spiritualnya sangat tegas,
yakni mereka bukanlah orang yang mendapatkan petunjuk, dan sikap mereka itu
adalah bentuk perniagaan yang sangat buruk, dan tidak menguntungkan.
Kedua,
perilaku yang menyebabkan seseorang
tidak mendapat petunjuk adalah melakukan tindak criminal kepada anak kandung
sendiri. Dalam firman Allah Swt ada pesan :
قَدْ خَسِرَ الَّذِيْنَ قَتَلُوْٓا اَوْلَادَهُمْ
سَفَهًاۢ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَّحَرَّمُوْا مَا رَزَقَهُمُ اللّٰهُ افْتِرَاۤءً عَلَى
اللّٰهِ ۗقَدْ ضَلُّوْا وَمَا كَانُوْا مُهْتَدِيْنَ ࣖ ١٤٠ ( الانعام/6: 140)
Sungguh
rugi orang-orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan tanpa
pengetahuan dan mengharamkan rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka
dengan (semata-mata) membuat-buat kebohongan terhadap Allah. Sungguh, mereka
telah sesat dan tidak mendapat petunjuk. (Al-An'am/6:140)
Tiga kesalahan
manusia yang menyebabkan tidak mendapatkan petunjuk dari Allah Swt, dan masuk ke
jalan yang sesat, yaitu (1) membunuh
anak karena kebodohan, (2) mengharamkan rezeki kepada anak-anak, dan (3)
melakukan kebohonan kepada Allah Swt.
Ibnu Katsir memberikan
keterangan untuk ayat ini, bahwa sesungguhnya telah merugilah orang-orang yang
melakukan perbuatan-perbuatan tersebut, mereka merugi di dunia dan akhiratnya.
Adapun di dunia, mereka akan merasa kehilangan anak-anak mereka karena mereka
sendiri telah membunuhnya, dan mereka mempersempit diri mereka sendiri dalam
harta mereka karena mereka telah mengharamkan banyak hal yang mereka ada-adakan
sendiri yang akibatnya mencekik leher mereka sendiri. Adapun di akhirat, mereka
akan menghuni tempat yang paling buruk disebabkan kedustaan mereka terhadap
Allah dan hal-hal yang mereka ada-adakan sendiri.
Terakhir, rujukan
yang dapat kita diskusikan di sini, yaitu firman Allah Swt yang berbunyi :
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ كَاَنْ لَّمْ يَلْبَثُوْٓا
اِلَّا سَاعَةً مِّنَ النَّهَارِ يَتَعَارَفُوْنَ بَيْنَهُمْۗ قَدْ خَسِرَ
الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِلِقَاۤءِ اللّٰهِ وَمَا كَانُوْا مُهْتَدِيْنَ ٤٥ (
يونس/10: 45)
(Ingatlah)
pada hari (ketika) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa) seakan-akan tidak
pernah berdiam (di dunia) kecuali sesaat saja pada siang hari, (seperti ketika)
mereka (sejenak) saling mengenal di antara mereka (setelah dibangkitkan dari
alam kubur). Sungguh rugi orang-orang yang mendustakan pertemuan dengan Allah
dan mereka bukanlah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Yunus/10:45)
Firman Allah Swt
ini, cenderung menusuk pada aspek Aqidah, yakni terkait keimanan kita terhadap
momen pertemuan dengan Allah Swt. Menurut ayat ini, orang yang mendustakan
petemuan dengan Allah Swt, maka mereka itu masuk kategori rugi, dan juga
bukanlah orang yang mendapatkan petunjuk.
Kesimpulan umum
dari kumpulan firman Allah Swt ini, memberi pesan kepada kita, bahwa untuk
mendapatkan petunjuk dari Allah Swt (hidayah) maka perlu dibiasakan istiqamah
pada kebaikan, tidak mengada-ngada dalam perilaku harian, dan mengimani akan
masa pertemuan dengan Allah Swt.
Wallahu ‘alam bi showwab.
0 comments:
Posting Komentar