Sudah pernahkah masuk ke aplikasi AI, dengan kekhususan mengubah teks menjadi gambar, sebut saja, misalnya bing.com?
Ok. Kalau sudah pernah, menunjukkan pembaca adalah satu diantara penghuni generasi milenial, warga digital asli. Ori. Hal itu, setidaknya, karena ditandai oleh kehadiran pembaca dalam setiap perkembangan teknologi informasi, komunikasi, dan aplikasi berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence).
Saat kita memanfaatkan aplikasi bing.com, mungkin banyak diantara kita yang asyik, seksama, khusyu dan juga merasa berkembang kemampuannya. Khususnya, kemampuan dalam memproduksi karya-karya digital visual. Hanya dalam waktu hitungan detik, seseorang bisa membuat karya digital yang 'setidaknya', belum tentu bisa dilakukan bila menggunakan model yang konvensional.
Sekedar pengalaman. Saya tidak memiliki kemampuan fotografi. Demikian pula, dengan kemampuan melukis. Sangat terbatas. Bahkan, kemampuan anak saya yang masih duduk di SMP, kemampuan merupanya (melukisnya) sangat lebih baik dibandingkan bapaknya sendiri. Itu kalau dibandingkan dalam kemampuan konvensional. Tetapi, dalam konteks kemampuan digital, untu sekedar memproduk karya digital sembarangan, bisa jadi, kita akan sama-sama memiliki kemampuan yang sama.
Mungkin...!
Lha, kenapa masih ditulis dengan sebuah kemungkinan ? Di sinilah persoalannya.
Sekali lagi. Sekedar sebuah pengalaman. Digroup yang khusus diisi oleh petualang baru dalam pemanfaatan aplikasi gambar dan video berbasis bidang AI, kerap ada permintaan dan pembagian perintah untuk aplikasi AI, atau yang biasa disebut prompt.
Ya, betul. Mereka suka berbagi. Kalau saya, karena sebagai pembelajar, lebih banyak nyomot dan menduplikasinya. Sehingga, kalau berhasil, saya pun turut berbangga, karena sudah bisa menggunakan aplikasi berbasis AI tersebut. Tetapi apa yang menjadi persoalan ?
Sekali lagi, di sinilah, masalah utamanya.
Pertama, kendati prompt-nya sama, ternyata hasilnya bisa berbeda. Bisa berbeda. Coba saja sendiri.
Kedua, kendati prompt-nya sama, jika kita generate lagi, maka akan menghasilkan karya digital yang berbeda.
Ketiga, bila dilakukan generate secara berulang-ulang, pun, demikian adanya. Akan hadir dan muncul karya yang berbeda.
Keempat, kalau kita ingin mengulang karya yang sama, sampai pengetahuan dan kemampuan penulis saat ini, belumlah bisa dilakukan. Eh, bener ga, ya, teman-teman ? artinya, sampai saat ini, andai kita akan menggunakan prompt-nya yang baru saja di pakai, akan melahirkan karya-digital yang baru lagi.
Dari pengalaman inilah, saya mencatat, bahwa kecerdasan buatan itu, itu bisa dilakukan secara berulang-ulang, namun hanya bisa menghasilkan satu karya orisinal. Itu adalah kecerdasan buatan, sampai tahapan ini.
Bagaimana dengan perkembangan selanjutnya ? kita tunggu para pengembangnya !
0 comments:
Posting Komentar