Ada buku judulnya The Leadership Triad, tulisan dari Dale E Zand
(1997). Buku lama. Memang. Tetapi,
dilihat dari isinya, dapat merangsang kita untuk kembali memikirkan karakter pemimpin, dan atau pembangunan
karakter kepemimpinan pada generasi kita. Sebagai praktisi pendidikan, yang
sering dituntut untuk membangun karakter pada peserta didiknya, kiranya, wacana
yang disampaika dalam buku ini menarik untuk dicermati.
Pengakuan menariknya, yaitu saat dia menuturkan bahwa sampai saat itu, masyarakat atau kita semua, masih terasa sulit untuk menjelaskan mengenai bagaimana kepemimpinan yang efektif. Secara praktisnya, seorang tenaga pendidik, dapat mengajuka pertanyaan, bagaimana membangun karakter kepemimpinan pada peseta didiknya ? karakter apa yang harus ditumbuhkembangkan, atau dibanguntegakkan dalam diri seorang peserta didik ? Karena alasan itulah, kemudian Dale E Zand mencoba menjelaskan the electricity of leadership (energi kepemimpinan) yang dianggap mendasar dalam membangun jiwa kepemimpinan. Menurut pandangannya, energi kepemimpinan itu, terdiri dari tiga aspek, yaitu knowledge, trust, dan power.
Pengetahuan dimaksudkan untuk membekali diri, dalam memahami situasi,
membangun kemampuan, termasuk juga memahami para pegawai dan atau jenis
pekerjaan. Sulit rasanya, menjadi seorang pemimpin bila tidak memiliki wawasan.
Seorang pemimpin harus mampu menunjukkan diri sebagai pembelajar, dan mau belajar, sehingga bisa memahami apa yang
ada dalam organisasi tersebut.
Aspek kedua, trust atau kepercayaan. Bagi Dale E. Zand (1997) aspek kepercayaan (diri) digunakan untuk kepentingan proses pengambilan keputusan. Pemimpin yang baik, adalah pemimpin yang percaya diri, dan layak dipercaya.[1] Perkataannya tidak plintat-plintut, apalagi bila kemudian diskriminatif, atau tidak konsisten. Keputusannya tidak membuat rusaknya sistem dan resahnya publik, serta tidak jelasnya arah jalannya lembaga atau organisasi.
Terakhir, yaitu power. Pemimpin yang efektif itu adalah pemimpin yang
memiliki kekuasaan. Ada banyak aspek yang bisa membangun legitimasi kekuasaan
seorang pemimpin, tetapi yang paling penting adalah dukungan warga, dukungan
publik, dan keabsahan secara hukum.
Menyimak penjelasan itu, rasa-rasanya pikiran ini malahan melayang ke karakter Rasulullah Muhammad Saw. Dalam literatur Islam, dinyatakan bahwa Rasulullah Muhammad Saw itu memiliki empat karakter, yaitu shiddiq (benar), amanah (dapat dipercaya), fathonah (cerdas berpengatahuan), dan tabligh.
Dalam konteks ini, sifat shiddiq menunjang pada kualifikasi dan
kredibilitas pemimpin. Seorang pemimpin yang shiddiq adalah pemimpin yang benar.
Perkataannya bisa dijadikan patokan, dan indikator hukum. Amanah adalah sifat
yang merujuk pada pengembangan tugas, bisa dipercaya, dan tidak menyalahgunakan
wewenang. Sementar tanligh artinya ada responsibility atau mau menyampaikan
pesan kepada umat. Dalam bahasa lain, adalah pertanggungjawaban kepada publik,
dan transparan, tidak ada yang disembunyikan. Terakhir fathonah adalah cerdas. Dengan
empat pilar itulah, kepemimpinan bisa
tegak, dan kewenangan bisa berjalan dengan baik.
Dari pertimbangan itu, kita malah mengambil kesimpulan, power dan authority (kekuasaan dan kewenangan) itu adalag efek hadirnya empat pilar karakter kepemimpinan. seorang pemimpin, yang abai terhadap pilar kepemimpinan itu, power dan authoritynya menjadi hambar. Kekuasaan dan kewenangannya menjadi basi ! andaipun dilakukan, meminjam istilah Dale E Zand lagi, akan menjadi pemimpin yang tidak efektif !
0 comments:
Posting Komentar