Empat Tugas Manusia
(Khutbah Jum'at. 4 Agustus 2023)
Pertama, Menjadi Khalifah
وَاِذْ قَالَ
رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ
فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ
وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ ٣٠ ( البقرة/2:
30-30)
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada
para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata,
“Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di
sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia
berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
(Al-Baqarah/2:30)
Konsep khalifah, mengandung makna wakil, atau pemimpin. Dengan kata
lain, sejatinya manusia adalah mandataris Ilahi di muka bumi, yang memiliki
kewajiban praktis dan operasional untuk memelihara, dan mengelola hidup dan
kehidupan, lingkungan dan alam raya ini dengan baik.
Kesan yang kuat, dalam tugas pertama ini, adalah kepemimpinan. Seorang perlu memiliki jiwa kepemimpinan, leadership, makna dari leadership adalah kemampuan mengelola, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya sosial.
Makna lainnya, sejatinya, kita semua, manusia, adalah makhluk Allah Swt
yang memiliki potensi kepemimpinan. Kullukum ra’in wa kullu mas’ulun ‘an
raiyyah. Setiap diantara kita adalah khalifah, dan setiap diri kiat
memiliki jiwa kemimpinan. Untuk bisa memaksimalkan jiwa kepemimpinan, selain
Latihan, pembinaan, tetapi juga perlu rasa percaya diri untuk mengambil peluang
kepemimpinan tersebut.
Kedua, Menjaga Kemakmuran Bumi
۞ وَاِلٰى
ثَمُوْدَ اَخَاهُمْ صٰلِحًا ۘ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ
غَيْرُهٗ ۗهُوَ اَنْشَاَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيْهَا فَاسْتَغْفِرُوْهُ
ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ ۗاِنَّ رَبِّيْ قَرِيْبٌ مُّجِيْبٌ
Kepada (kaum) Samud (Kami utus) saudara mereka,
Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah! Sekali-kali tidak ada tuhan
bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu
pemakmurnya. Oleh karena itu, mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah
kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat lagi Maha Memperkenankan (doa
hamba-Nya).”(Qs. Huud, 11:61)
Berdasarkan data itu, dapat disimpulkan bahwa tugas manusia itu, 2/4-nya
berkaitan dengan kebumian, yaitu khalifah di bumi, dan memakmurkan bumi,
setelah itu baru beribadah dan menjalankan amanah kehidupan.
Ketiga, Menjadi Hamba Allah
وَمَا خَلَقْتُ
الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ ٥٦ ( الذّٰريٰت/51: 56-56)
56. Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk
beribadah kepada-Ku. (Az-Zariyat/51:56)
Kesan dan pesan dari firman Allah Swt ini, adalah memberikan tugas untuk
menjadi hamba, atau warga-dunia. Tugas hamba adalah ibadah, hakikat dari
ibadah, adalah taat pada aturan yang berlaku. Dengan kata lain, seorang muslim
adalah pribadi yang tahu role of law, aturan main, tata tertib, regulasi dan
sejenisnya.
Mengapa hanya manusia dan jin ? bagaimana dengan malaikat dan makhluk
hidup lainnya ? bukankah, kita pun mendengar, ada firman Allah Swt yang
berbunyi :
سَبَّحَ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ
وَالْاَرْضِۚ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ ١ ( الحديد/57: 1)
Apa yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada
Allah. Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-Hadid/57:1)
Kesan yang dapat kita simpulkan, bahwa ibadah
adalah praktek yang disadari, dengan hati, pikiran dan Tindakan. Yusuf Qardhawy
mengatakan, bahwa ibadah itu adalah kegiatan yang disertai dengan niat
kebaikan. Sementara Tindakan tanpa melibatkan hal itu, tidak masuk dalam
kategori ibadah, seperti halnya tasbihnya makhluk lain selain manusia.
Berdasarkan firman Allah Swt itu, maka (a) hadirkan kesadaran dalam
ibadah, dan (2) hiasi perilaku kita
dengan niat dan tujuan yang tepat, sehingga praktek dan kelakuan kita
benar-benar menjadi bernilai ibadah dihadapan Allah Swt.
Keempat, Menjaga Amanah.
اِنَّا عَرَضْنَا
الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا
وَاَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُۗ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًاۙ
٧٢ ( الاحزاب/33: 72-72)
Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan
gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir tidak akan melaksanakannya. Lalu, dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya ia (manusia) sangat zalim lagi sangat bodoh.
(Al-Ahzab/33:72)
Jika ditelaah berdasarkan Sejarah, sifat Amanah adalah sifat Rasul.
Amanah mengandung arti, bisa dipercaya. Dengan kata lain, sejatinya manusia itu
bisa dipercaya, dan bisa mempercayai. Lantas, mengapa ada orang yang khianat ?
orang khianat, lebih disebabkan karena dia lebih mengikuti hawa nafsunya,
daripada perintah Ilahi dalam kehidupannya.
Untuk menjaga Amanah Ilahi di dunia ini, yakni sebagai khalifah, ibadah,
dan memakmurkan bumi, marilah kita berdoa kepada Allah Swt, semoga kiat diberi
kekuatan sehingga dapat menjalankan Amanah ini.
ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ
اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى
الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ
وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى
الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ ࣖ ٢٨٦ ( البقرة/2: 286)
0 comments:
Posting Komentar