Kali ini, tanggal 10 Juni 2013, berkesempatan untuk jalan-jalan dengan anak
yang masih duduk di bangku Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Kegiatan jalan-jalan ini , menurut vesi
penyelenggara pendidikannya, merupakan agenda rutin tahunan anak PAUD di
lembaga tersebut. Satu tahun sebelumnya, berangkat ke lokasi wisata yang ada di
kawasan Garut, Kolam Renang Drajat. Tujuan kali ini, adalah wisata renang dan
outbond PANDIGA, yang berlokasi di kawasan Cimahi.
Menggunakan jalur jalan tengah kota. Perjalanan dari Cibiru sampai ke lokasi, cukup lama. Kurang lebih perjalanan itu menghabiskan waktu sekitar satu jam setengah. Cukup lama. Macet dan lokasi yang memang cukup jauh, membuat perjalanan ini memakan waktu yang cukup lama.
Aura wisata sangat terasa. Sehingga, lamanya waktu perjalanan, tidak
membuat para penumpang dan anak-anak gelisah. Mereka tetap semangat, dan hanya harap-harap
cemas ingin segera sampai ke lokasi tujuan.
Maklum anak-anak PAUD. Maklum pula, yang hadir dalam bis wisata itu adalah ibu guru PAUD dan orangtua siswa, bahkan kebanyakan ibu-ibu. Karena itu, suasana dalam bis wisata ini tidak pernah sunyi. Nyanyian riang anak PAUD terus mengalun di sepanjang jalan. Ada nyanyian lagu populer, dan ada pula nyanyian lagu anak-anak. Di sela itu, mereka pun kerap melantunkan hapalan Kalam Ilahi yang menjadi materi pembelajaran dan pembinaan di lembaga pendidikan ini.
PANDIGA CIMAHI. Lokasi indah. Hampir ada di tengah kota. Wilayah kegiatan cukup
luas. Cukup memuaskan untuk kegiatan anak-anak seusia PAUD. Di lokasi ini,
terdapat arena bermain berbasiskan permainan (games). Di sebelah timurnya
terdapat kolam renang, yang diperuntukkan bagi anak-anak. Kolam renang ini,
bukan kolam renang standar untuk latihan renang profesional. Kolam renang ini,
lebih merupakan kolam renang pendidikan, dan itu pun bisa jadi, hanya untuk
pendidikan usia dini atau pendidikan dasar.
Di lokasi inilah, anak-anak dapat bermain. Flying fox, jembatan tali, jembatan kayu gantung, climbing dan games-games lainnya. Mereka bermain. Bersuka ria. Walaupun, dalam suasana itu, ada juga ujiannya. Seorang anak, entah dari paud mana, terjebak dalam jembatan kayu gantung. Di tengah perjalannnya, kakinya terperosok. Tangisan pun menyeruak, dan kepanikan terjadi diantara sejumlah ibu. Untungnya, tim keamanan wisata dengan cukup sigap membantu penyelamatan Anak tersebut. Alhamdulilah Selamat !
Anakku pun, Iqbal mengalami dua kali masalah. Di jembatan tali, mentalnya
teruji. Di awal langkahnya, tangisan sudah muncul. Begitu pula di jembatan kayu
gantung. Alhamdulillah, dengan dukungan dan dorongan semangat dari para pemerhati
saat itu, Igbal mampu menyelesaikan tugasnya, melewati permainan tersebut.
Suasana bahagia dan suasana pendidikan itu, tidak bisa dilanujut terus. Waktu
sudah mulai menyingsing. Menunjukkan sudah siang menuju sore. Sesuai dengan agenda, mereka semua memasuki
agenda makan siang. “ah, kok makannya kaya gini sih?”, ketusnya, “aku mah gak
suka...?” , katanya lagi, “kok dikit..” dan banyak lagi komentarnya.
Tidak aneh. Wajar. Alamiah. Itulah suasana wisata. Suka dan dukanya hadir dan kadang bersamaan. Bukan hanya suka dan duka, tetapi juga identitas dan maknanya.
Dalam konteks itulah, Tara Brabazon (2006) yang sempat menyebut sebagai
olahraga atau permainan di era seperti sekarang ini, berada pada posisi
transisi. Bahkan, cenderung memosisikan permainan (play) sebagai satu hal yang
termarginalkan (peripheral). Mengapa ?
Ada dua aspek penting yang tampak dalam kaitan ini. Jika dikaitkan dengan olahraga (Sport), olahraga sudah menjadi sebuah industri (komoditas ekonomi). Karena itu pula, maka tidak bisa lagi, menonjolkan identitasnya sebagai sebuah games atau playing, yang sarat dengan nilai sukarela.
Kemudian, bila dikaitkan
dengan wisata atau tourism, maka nilai permainannya pun sudah mulai luntur.
Wisata sudah bergerak ke arah intertaint (pelepas lelah atau leisure)
dan atau komoditas ekonomi. Seperti yang terjadi saat itu. Lokasi wisata ini, menyebut
dirinya educreation sport. Sebuah
layanan olahraga dan pendidikan, yang memiliki orientasi pada ekonomi. Inilah
yang kini disebut era industri olahraga.
siapa yang memainkan isu dan posisi marginal ini, tetapi itulah kenyataannya....Sehubungan hal itulah, praktek wisata, sebagaimana yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan, baik itu pendidikan pra sekolah, sampai perguruan tinggi pun, memiliki identitas yang 'galau', antara pendidikan, wisata, olahraga dan bisnis....
0 comments:
Posting Komentar