Just another free Blogger theme

Kamis, 06 Juni 2013



Jika mensyukuri apa yang ada, akan mendapatkan tambah nikmat dalam memiliki dan menikmatinya, tetapi bila kita kufur terhadap rijki yang ada, kita akan merasakan kegelisahan dibuatnya. Karena itu, bersyukur itu pada dasarnya, adalah upaya menganekaragamkan kenikmatan, bukan sekedar menambah kenikmatan.



Dalam peringatan Isra Miraj yang diselenggarakan mushola di sekitar rumah, seorang penceramah dengan semangat menjelaskan makna syukur. Seperti biasa, sudah diduga, dalam setiap ceramah yang memiliki tema tentang syukur, ayat yang satu ini, pasti dilantunkannya.

dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Qs. Ibrahim : 7).

Entah mengapa, setiap mendengarkan ayat ini, ada saja ketidakpuasan diri dalam memahami ayat ini. Pertanyaan yang kerap menghantui itu, apakah, orang yang sudah memiliki satu kendaraan, kemudian dia bersyukur kepada Allah, lantas kendaraannya akan ditambah menjadi dua, atau tiga, atau lima ?

Karena setiap penceramah, kerap menyebut dan menjelaskan ayat ini, namun terasa tidak tuntas pula dalam menjelaskannya. Mereka hanya berujar, banyaklah bersyukur, kelak Allah akan menambahkan rijki kepada kita. Bahkan, dengan selorohan, kalau kita bersyukur, punya rumah satu,  Allah akan tambahkan rumah itu lagi. Kalau kita mensyukuri mobil kita, maka Allah akan tambahkan kendaraan itu.
Pertanyaan ini, senantiasa menghantui. Menghantui pikiran dan perasaan. Ayat ini, sering diungkapkan, tetapi jarang tuntas dalam pembahasannya. Disela-sela menyimak ceramah itu, seorang jama'ah pun sempat mengajukan pertanyaan kepada sesama jamaah lain, mengapa kendaraan ustad di kompleks kita tetap saja tidak bertambah ?

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu." Ungkapan seperti itu, sangat mudah dipahami, dan bisa memotivasi orang. Kalau kita bersyukur, punya rumah satu,  Allah akan tambahkan rumah itu lagi. Kalau kita mensyukuri mobil kita, maka Allah akan tambahkan kendaraan itu. Tetapi, ketika, sampai pada pernyataan, kalau kita memiliki istri, maka Allah akan tambahkan.....(apanya yah..?) rijki itu. Gemuruh sudah di dalam ruangan. Pikiranpun tersentak. Apa makna ‘ziyadah’ dalam ayat itu ?

Di sela-sela penceramah itu menuturkan pandangan-pandangannya mengenai makna bersyukur, dan juga hikmah Isra Mi’raj, pikiran ini melayang. Melayang bebas, dan berusaha menemukan jawaban terhadap sebuah keraguan diri ini. Atau lebih tepatnya, melayang leluasa guna menemukan jawaban terhadap kepenasaran diri mengenai makna ayat dalam Surat Ibrahim Ayat 7 tersebut.

Perjalanan ‘mi’raj intelektual’ ini, sampai pada satu titik. “Subhanallah..” mungkin inilah yang dimaksudkannya. Makna dari ziyadah (tambahan) dalam ayat tersebut, tidaklah semata-mata tambahan dalam pengertian fisik. Kata tambahan dalam ayat itu, adalah tambahan dalam pengertian psikologis, atau maknawi.

Di tengah masyarakat atau di sekitar rumah kita, ada orang yang membeli sebuah kendaraan. Kendaraannya bagus. Setelah dibelinya sebuah motor, ternyata sang anak yang berusia anak sekolahan dasar pun, memintanya untuk dibelikan kendaraan tersebut. Sang Ayah pun membelikannya lagi. Kendaraan yang pertama, masih utuh, namun kemudian dia membeli untuk anaknya yang satu lagi.

Apakah kasus seperti itu, sudah menggambarkan ‘sudah bersyukur, dan kemudian Allah Swt  menambahkan kembali rijki kepadanya ?” ternyata tidak begitu adanya. Di lihat dari sisi materi, kendaraan roda dua itu bertambah dari satu buah menjadi dua buah. Tetapi dari sisi kerukunan dalam keluarga menjadi mulai goyah. Setiap anak mulai bermain tak terkendalikan orangtuanya. Dengan kendaraannya itu, anak mulai berkendaraan secara bebas. Keluar  masuk rumah, dan keluar masuk sekolah. Bahkan, terkisahkan, anaknya itu kemudian masuk ke satu kelompok gang motor di kota itu.

 Sahabat sekalian. Melihat pengalaman saudara kita di kompleks ini. Saya mengambil kesimpulan, bahwa makna dari firman Allah Swt bahwa “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu”, lebih mengacu pada makna differensiasi kenikmatan. Dari nikmat memiliki motor, menjadi nikmat menggunakannya. Karena, bisa jadi motor bisa bertambah menjadi dua, tiga atau empat, tetapi dalam pemanfaatannya kita belum mendapatkan nikmatnya. Karena ternyata, dengan hadirnya motor tersebut, anggota keluarga malah kerap mendapat masalah dengan kendaraan-kendaraan tersebut.

Nikmat material itu perlu, tetapi berkah menikmati rijki  tersebut, adalah nilai yang jauh lebih baik lagi.

Dengan kata lain, ada kebutuhan untuk mengembangkan makna ziyadah itu dalam pengertian material dan immaterial. Karena pada dasarnya, ada orang yang memiliki rijki materi, namun kurang bisa menikmati materi itu. Hal ini menunjukkan bahwa nikmatnya tidak allah tambahkan kepada rijki mateial tersebut. Sementara, orang yang bisa bahagia, rukun, damai, harmoni, dan bahkan khusyu beribadah dengan materi yang didapat menunjukkan Allah Swt tambah kenikmatan itu. Walaupun mungkin, dari sisi harta (misalnya kendaraan) tidak berubah jadi berlipat. Hanya kenikmatan hidup selepas mendapat rijki kendaraan itu, semakin banyak yang dinikmatinya.

Pada konteks terakhir itulah, maka makna ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu”,  lebih tepat diartikan diversifikasi nikmat, dan bukan penambahan  materi (saja). Benar, bisa jadi, ada yang mendapatkan pelipatan rijki materi. itu adalah satu kemungkinan. Tetapi, kemungkinan lainnya, adalah penambahan nikmat karena sikap syukur kita ini, yaitu adanya penganekaragaman nikmat yang dirasakan, setelah mendapatkan satu nikmat dari Allah Swt.

Begitu pula sebaliknya. Orang yang sudah mendapatkan rijki materi, kalau tidak bersyukur, malah akan mendapatkan musibah. Musibah itu bukan berarti kendaraan itu harus hilang, tetapi kenyamanan hidup dan ketentraman bathin yang menghilang. Kendaraan (bisa jadi) masih tetap dimiliki, tetapi kegelisahan karena hadirnya kendaraan itu, kian bertambah. Pada posisi itu, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
Categories:


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar