Just another free Blogger theme

Sabtu, 22 Juni 2013



Ini tahun pertama, hadir dalam pelepasan siswa di MAS Manbaul Huda. Tetapi, saya merasakan ada percikan inspirasi yang istimewa di hari ini. Satu diantaranya, dari sekian pengalaman itu, terkuak makna bahwa pelepasan siswa itu adalah mengikat dan mengukuhkan kehormatan. Melepas bukanlah memisah, melepas adalah mengikatkan tekad menjunjung kehormatan diri.

Subhanallah. di lain pihak, tampak air mata kebahagiaan orangtua siswa saat itu. Kami percaya air mata kebahagiaan itu adalah doa dan energi positif bagi gerak langkah santri dalam menggapai cita-cita. Percayalah, bagi kami, air mata kebahagiaan orangtua adalah tetesan doa dan berkah  dalam mengiringi perjalanan para santrinya ke masa depan. 

Tidak bermaksud untuk tidak menghormati, tetapi waktu yang tidak tepat untuk melakukannya. Semula berhasrat untuk bisa hadir hingga tuntas. Tetapi, saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 12.00. Hari itu, janjiku kepada keluarga harus ditepati. Pukul 12.30 harus sudah di rumah. Sementara perjalanan dari Emha ke rumah membutuhkan waktu  sekitar 20 menit.  Jelas sudah, tak mungkin tubuh ini menempati dua tempat yang berjauhan dalam satu waktu.

Dalam kaitan itu, hati kita bisa berjumpa dalam ruang waktu yang tak terbatas, tetapi tubuh ini, tak bisa melakukannya.

Namun demikian. Dari apa yang diniatkan, dari apa yang akan dilakukan, layak kiranya, di media ini, bercurhat ria mengenai berbagai hal yang sudah disiapkan, direncanakan, dan dikembangkan santri-santri MAS Manbaul Huda dalam acara Pelepasan Kelas XII tahun 2013.


Salam Berkah untuk Santri MAS Manbaul Huda,

Sebagai santri di madrasah ini, kalian sudah mampu menunjukkan cara menghargai asatidz. Bukan harta yang diterima. Bukan piagam yang tergenggam. Tetapi sebuah keceriaan yang tampak, dan kesantunan serta penghormatan yang kalian sampaikan pada Diwan Asatidz (dewan guru). Itulah, nilai penghargaan yang besar, yang kami rasakan saat itu.

Terima kasih atas penghargaannya. Kami yakin dan percaya, sekali kalian menghargai orang lain, sepanjang waktu orang lain pun akan mengenangmu. Sekali menghargai orang lain, orang lain akan berupaya berulang-ulang mengembalikan penghargaan itu kepadamu.

Dalam kehidupan kita ini, berlaku hukum sosial. Siapa orang yang menghargai dunia, dunia akan menghargainya. Siapa yang menghinakan dunia, dunia pun akan menghinakannya. Langkahmu menghargai guru,  akan menjadi bagian penting dari nilai dan kehormatanmu di masa depan.

Kehormatan manusia dan harga manusia, terletak pada kemampuan menghargai sesama manusia. Atas nama pribadi, saya bangga, bersyukur, dipertemukan dengan santri madrasah yang memiliki kemampuan menjunjung kehormatan diri, dengan cara memuliakan orang lain, khususnya orangtua.

Ayah yang sudah renta. Ibu yang sudah kehilangan banyak tenaga. Berjalan tergopoh. Tetapi, kalian masih ikhlas mendampinginya, dan menuntunnya, dan mengenalkannya kepada kami semua. Tak ada rasa lelah dalam wajahmu. Pancaran kebanggaan hadir dalam sorot matamu. Orangtuamu pun tak pula merasakan lelah berdamping denganmu.
Anakku.  Saat itu, aku melihat dampingan orangtua denganmu itu, seolah berdampingannya dua kunci kesuksesan. Kerelaan yang berdampingan dengan kerja keras. Orangtuamu adalah simbol kerelaan dalam menjalani hidup dan mengabdi, sementara  kalian semua, para santari, para anak muda adalah simbol dari kegigihan. Kerelaan dalam menjalani proses hidup, yang dipandu dengana kegigihan dalam menjalaninya, adalah kunci penting dalam mewujudkan cita-cita.
Jika orangtuamu adalah simbol masa lalu, dan kalian adalah simbol masa depan. maka pertemuan strategisnya itu, adalah harmonikan antara kerelaan dengan kegigihan dalam menjalani proses hidup. Tunjukkan keharmonian dan kebahagiaan dalam setiap langkahmu, karena itulah cara menghargai hidup dan kehidupan.

Subhanallah. Aku melihatnya, air mata kebahagiaan orangtuamu saat itu, adalah doa dan energi positif bagi gerak langkah kalian untuk menggapai cita-cita. Percayalah, bagi kami saat ini, air mata kebahagiaan orangtua  dan air mata asatidz saat itu adalah tetesan doa dan berkah  bagimu untuk mengiringi perjalanan  ke masa depan. 

Dengan kesadaran itulah, gelora rasa bahagia ini, mengantarkan pada satu halte kesadaran bahwa pelepasan siswa kelas XII ini, justru tidak melepas. Saat ini, kita tidak saling mepelaskan diri. Saat itu, kita tidak tidak saling menjauh. Saat pelepasan itu, kita malah menguatkan tekad, kecintaan, menanam benih harapan, dan mengokohkan shilaturahmi antara lembaga pendidikan (MAS Manbaul Huda) dengan orangtua dan alumni.
 Benar. Pelepasan siswa itu adalah menekadkan diri untuk merajut ragam jalan kehidupan di masa depan. Pancaran sinar harapan masa depan itulah  yang tampak saat itu.

Selamat jalan dan salam berkah slalu....
Categories:


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar