Just another free Blogger theme

Minggu, 02 Juni 2013



Mosi itulah nama panggilannya. Dia datang. Duduk anggun. Tetapi tampak gelisah. Di hadapannya, sudah duduk rapi, di kursi kerajaannya yang telah diduduki selama 10 tahun terakhir. Di situlah, Hati bersemayam. Semua orang bilang, dia itu adalah pemimpin organisasi, pemimpin Negara, dan atau malah pemimpin dunia saat ini. Tidak ada yang bisa mengalahkannya, baik dari sisi kekuasaan, kewibawaan, atau kemampuannya dalam memimpin organisasi ini. Hingga suatu kali, dia kedatangan pegawai baru, yang bernama Mosi.


Nama lengkap nama pegawai ini adalah Mosi Amara. Entah apa maksudnya. Namun itulah, nama yang diberikan orangtua kepadanya. Tidak ada kaitan antara nama dirinya, dengan impian orangtuanya mengenai harapan masa depan anaknya. Yang diketahui Mosi mengenai nama itu, hanyalah sekedar bahwa nama itu hadiahdari orangtuanya. Karena hanya nama itulah, yang bisa diberikan kepadanya. Sementara kekayaan, jabatan, dan atau apapun, Mosi belum banyak mendapatkan dari orangtuanya. Sampai, lowongan kerja yang kini didapatkan di perusahaan itupun, pada dasarnya lebih banyak sebagai hasil karya dirinya, berusaha keras untuk mengikuti seleksi pekerjaan di organisasi itu.

“saya mohon maaf, saya ingin kita bisa berbicara empat mata. Karena hal seperti ini, jauh lebih baik, lebih mengena, dan strategis untuk dilakukan…” Hati membuka pembicaraan. Di atas kursi kekuasaannya, dia duduk dengan gagah, seolah ingin menampakkan kewenangannya. Sementara itu, Mosi berada dalam kursi kecil yang tidak berharga. Kursi murah tanpa sandaran.

Dalam benak Mosi, “kursi ini kurang menantang, dan tidak memberikan rasa percaya diri” gumamnya dalam hati. “Ini tidak seimbang…” paparnya lagi, saat melihat gaya bicara dan duduk orang yang tengah berbicara dihadapannya.

“Satu hal yang selama ini, saya renungkan bolak-balik.  Saya merasa perlu untuk menyampaikan ini, dan berbicara secara panjang lebar.  Saya tidak menyangka, bahwa kebijakan saya di sini, sekecil apapun, kok ujug-ujug nyampe ke luar.” Paparnya lagi.

Mendengar penjelasan itu, Mosi tampak kelimpungan. Tampak sekali, bahwa dirinya itu tidak mengerti. Kelihatan bodohnya. Kelihatan sekali, bahwa dirinya kurang mampu mengikuti arah pembicaraan pemimpinnya tersebut. “ya, Pak., saya juga tidak mengerti mengenai hal itu…” jawabnya singkat.

“Saya paham, dan kamu pasti tahu. Setiap orang memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Itu alamiah. Itu wajar. Dan itu bisa dipertanggungjawabkan secara ilmu manajemen.’ Tegasnya, mengawali kembali paparannya. “oleh karena itu, perbedaan kebijakan yang saya keluarkan dengan kebijakan masa lalu itu, harus saudara pahami dalam konteks seperti itu. Tidak perlu aneh. Tidak perlu orang lain harus tahu. Apalagi mereka itu, bukan siapa-siapa kita lagi…”

“Bos, saya tidak paham, emang siapa yang tahu mengenai masalah intern ini…” Tanya, Mosi.
“Banyak pihak. Itu tidak perlu disebutkan. Tetapi yang pasti adalah mereka itu adalah orang-orang yang berada di luar organisasi kita…” timpalnya lagi. “Itu tidak benar. Itu tidak baik. Dan tidak boleh terjadi. Anda harus paham itu.” Mendengar jawaban itu, Mosi tetap tidak paham, dan tidak mengerti arah tujuan dari pembicaraan tersebut.

Baiklah. Saya akan sederhanakan pelajaran kali ini. Saya harap, kamu paham, dan bisa memahami hal ini dengan sebaik-baiknya. Renungkan, inilah khutbahku :


Untuk menjaga keutuhan organisasi, tidak boleh ada orang lain yang tahu mengenai isi dapur rumah kita. Semakin rapat menguncinya, semakin leluasa kita melakukan apapun di dalam rumah ini.

Isu transparansi. Harus dijawab dengan teori “tidak seluruh aspek harus dibuka. Ada hal-hal lain, yang tidak bisa dibuka.” Bukankah dalam tubuh kita pun, ada sisi organ tubuh yang tidak boleh dibuka sembarangan ? ini adalah kenyataan hidup. Dan itulah, yang harus kita sampaikan kepada teman-teman yang lain.

Setiap orang yang ada dalam organisasi kita, panggil satu persatu, dan interogasi dia dengan mengedepankan aura kekuasaan yang kita miliki. Karena hanya dengan itulah, dia akan tunduk dan takut dihadapan kita. Dengan interogasi secara perorangan, dia akan mendapatkan stressing yang kuat, dan akan berfikir ulang untuk melakukan tindakan pelanggaran yang baru. 

Ini kuncinya. Dengan cara seperti ini, kita bisa aman, dan seluruh kebijakan kita bisa berjalan dengan baik. 

Paham itu ?!. Jika kamu sudah paham. Lanjutkan pekerjaan. Dan jangan kembali lagi ke ruangan ini, bila kamu masih bisa berfikir.
Categories:


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar