Insiprasi dari Difabilitasnya Surya dan Alfian

Dalam minggu ini, kita dihadapkan pada berita yang sungguh luar biasa. Menyentuh perasaan, dan menyentak pikiran. Bagaimana tidak ?

Diberitakan, seorang anak dengan kondisi fisik difabel, tuna netra, istilah lainnya buta. Kemudian latar belakang ekonomi, maaf (ayah berprofesi sekedar tukang tambal ban, dan ibu rumah tangga), namun mampu menyelesaikan pendidikan program Kebijakan Publik jenjang Magister di Universitas Airlangga. 

Alhamdulillah, subhanallah, allahu akbar ! sungguh mengharukan, sekaligus menginspirasi bagi kita semua.

Kemudian, dilain kisah, ada juga Surya Sahetapi, kondisi fisik tuna rungu, istilah lainnya tuli. Surya mampu menyelesaikan program Magister (S-2) di Rochester Institute of Technology, Ameriak Serikat, dengan kepakaraan bidang Pendidikan Tuli dan Kesulitan  Pendengaran (Master of Science in Secondary Education for Deaf and Hard of Hearing).

Melalui dua informasi itulah, rasanya, sudah dapat dijadikan inspirasi untuk kita semua merenungkan.

Pertama, bagaimana peran orangtua dalam membimbing dan memotivasi putra-putrinya untuk maju. Tanpa dukungan orangtua, rasanya, prestasi dan raihan keberhasilan anaknya. Kontribusi orangtua, nyatanya, bukan sekedar ekonomi, tetapi rasa bangga dan percaya diri dalam mewujudkan cita-cita. Contoh Alfian atau Surya ini, menunjukkan bahwa latar belakang apapun, dari orangtua kita, memiliki ruang terbuka yang sama untuk sukses.

Kedua, pentingnya merubah mindset diri dalam memandang diri dan potensi diri.  Contoh yang disajikan ini, mengacu pada kisah generasi yang difabel, namun mampu meraih prestasi luar biasa. Dengan kata lain, kemampuan mengelola hati dan potensi, serta pikiran untuk maju, menjadi hal penting dalam mewujudkan cita-cita.

terakhir, bagi kita semua pun, masyarakat pada umumnya, perlu memberikan ruang terbuka dan  hak yang sama, kepada setiap orang, apapun kondisi dan latar belakangnya !