Just another free Blogger theme

Rabu, 14 Mei 2025

 Dalam al-Qur'an, ada firman Allah Swt yang berbunyi : 

۞ وَاِلٰى ثَمُوْدَ اَخَاهُمْ صٰلِحًاۘ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ هُوَ اَنْشَاَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيْهَا فَاسْتَغْفِرُوْهُ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِۗ اِنَّ رَبِّيْ قَرِيْبٌ مُّجِيْبٌ 

Kepada (kaum) Samud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah! Sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya. Oleh karena itu, mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat lagi Maha Memperkenankan (doa hamba-Nya).”  (Qs. Huud, 11:61)



Apakah kaitannya dengan tugas manusia ? apa kaitannya dengan Geografi ?

Seringkali, kita khilaf. Setidaknya, demikianlah pengalaan penulis selama ini. Seringkali, saat guru agama menjelaskan tugas manusia di muka bumi, menurut ajaran Islam, hanya ada dua kategori, yaitu untuk beribadah atau menjadi khalifah di muka bumi. Namun, bila kita melihat dan menelaah ayat  ini, sejatinya ada tugas lain yang memiliki peran strategis manusia, dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya di bumi ini.

Dalam web, yang dikelola oleh NU (https://quran.nu.or.id/hud/61), ada penjelasan : 

Setelah dijelaskan kisah kaum Nabi Hud dan keingkaran mereka terhadap nabinya serta azab yang ditimpakan kepada mereka, maka ayat berikut ini, menjelaskan tentang kisah kaum Samud. Dan kepada kaum Samud yang mendiami wilayah Hijr antara kota Madinah dengan Tabuk, Kami utus saudara seketurunan mereka, yaitu Nabi Saleh, dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah Tuhan yang Esa, karena tidak ada Tuhan bagimu yang pantas dan layak disembah selain Dia. Dialah Allah yang telah menciptakanmu dari bumi, yakni Nabi Adam yang diciptakan Allah dari tanah, dan menugaskanmu memakmurkannya, karena kamu memang layak untuk mengurus bumi dengan bercocok tanam, membangun rumah, mendirikan bangunan, gedung-gedung tinggi, dan lain sebagainya. Tapi ternyata di antara kamu ada yang melakukan pelanggaran dengan berbuat kerusakan, seperti eksploitasi hutan maupun hasil bumi secara besar-besaran tanpa menjaga kelestarian dan keseimbangan alam serta lingkungannya. Karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya atas dosa-dosa yang kamu lakukan, kemudian bertobatlah kepada-Nya dengan meninggalkan perbuatan syirik dan dosa, lalu sembahlah Allah. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat rahmatNya kepada orang-orang yang taat dan memperkenankan doa hamba-Nya.”

Merujuk pada ayat ini, manusia memiliki tugas untuk memakmurkan bumi (isti'mar). Dalam firman itu, terungkap bahwa Huwa ansa-akum minal ardhi, wasta'marakum fiha (Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya). Manusia diciptakan dari bumi (tanah), dan juga memiliki kewajiban untuk memakmurkannya. 

Kata isti'mara, memiliki makna yang luas, diantara " hidup lama, membangun, mengkonstruksi, mendirikan", atau pula diartikan "mengurus, dalam jangka waktu tertentu". Kata 'umur pun berasal dari kata yang sama. Umur adalah jangka-waktu (life time) atau usia hidup. Dengan kata lain, tugas manusia pada dasarnya adalah mengisi dan mengurus bumi (al-ardy), dengan jangka waktu yang lama, yakni seumur hidup dirinya sendiri.

Sehubungan hal ini, maka ada beberapa point penting yang perlu ditegaskan di sini.

Pertama, merawat bumi atau menjaga kelestarian bumi, adalah praktek hidup yang memiliki nilai ibadah. Ibadahnya pun, bisa jadi, bukan lagi ibadah kifayah melainkan fardhu 'ain kepada setiap individu. Setiap orang, yang hidup di muka bumi ini, berkewajiban untuk menjaga kelestarian bumi. Hal itu, senafas dengan kalimat, "Huwa ansa-akum minal ardhi, wasta'marakum fiha (Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya). Setelah menyampaikan gagasan mengenai penciptaan manusia secara umum, kemudian disampaikan perintahnya pun, sifatnya adalah langsung kepada orangkedua tunggal yakni Kamu !

Kedua, sebagaimana yang sudah disampaikan sebelumnya, dalam hal ini, menunjukkan adanya keselarasan tugas belajar agama (teologi) dengan tugas belajar memahami bumi (geografi,  atau cabang dari keilmuan ini). Menunaikan perintah kalam (teks al-Qur'an) sama nilainya dengan merawat bumi, yang menghadirkan hukum-hukum Allah Swt dalam  bentuk peristiwa alam.

Ketiga, selaras dengan program Kementerian Agama, yakni pengembangan program ekoteologis. Sejatinya, ekoteologis ini dapat pula dimaknai sebagai wujud nyata  kepedulian umat beragama terhadap bumi, yang menjadi tempat tinggal di dunia ini. Bumi adalah nikmat Tuhan yang tiada terbilang nilainya, merawat dan memakmurkan bumi, selain menjadi bagian dari tugas kekhalifahan pun, menjadi bagian dari kerja-ibadah seorang umat beragama.

Terakhir,  dengan memahami konsep memakmurkan bumi (isti'mar fil ardhi) ini, menjadi penguat kembali bahwa hasanah di dunia itu, tiada lain adalah bahagia dan nyaman hidup di planet bumi ini. 

Wallahu 'alam bish shawab




Categories: ,


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar