Lha.....kok bercie-cie....? bukankah, saat kita merasakan atau melihat bahwa harapan itu hampir sirna, akan membuat kita sedih ?
lha ...kok bercie..cie...? normalkah jiwa kita, bila dihadapkan pada satu kondisi, dimana sebuah harapan tampak sedikit memudar ?
tentu, hanya orang normal, yang akan memberikan tanggapan tepat terhadap situasi dan kondisi. Yakin, hanya mereka yang sudah paham, maksud dan maknanya, yang mampu mampu memberikan komentar tepat terhadap tanggapan itu. Sementara, bagi mereka yang terbiasa dengan kata-kata, atau hanya melihat dari jarak jauh, maka akan menunjukkan keheranan, bila ada seseorang bercie-cie, disaat harapannya hampir musnah !
Kita memang, kerap kali dimainkan atau dipermainkan oleh kata-kata. Kata-kata yang ada dalam lisan kita, kerap kali dibebani dengan harapan kita sendiri. Seperti halnya, kata "cie cie". Kata ini dibebani dengan imajinasi kebahagiaan atau rasa salut terhadap seseorang yang mampu menunjukkan kelakuan baik atau mendapatkan kebaikan. Misalnya, "Cie-cie dapat ucapan selamat..", atau "Cie-cie yang lagi bahagia...". Di situ, kita melihat dan merasakan bahwa kata itu, terbebani oleh sebuah makna yang dimiliki atau diyakini kebenaran dan kebaikannya oleh si penuturnya. Karena itu pula, menjadi tidak tepat atau aneh dibuatnya, jika digunakannya dalam konteks yang berlawanan.
Dalam prakteknya, kita ternyata, kerap menggunakan sebuah permainan bahasa atau kata untuk menggairahkan komunikasi. Sekedar contoh, untuk memberikan tanggapan atau ledekan, maka kita pun menggunakan "cie-cie dimarahi.." atau "Cie-cie lagi sedih.." kedua kalimat itu, pada dasarnya, bermaksud mengajak ceria dan bercanda, kendati lawan bicara kita ada dalam keadaan berduka.
Berdasarkan pertimbangan itu, adalah tidak keliru bila kemudian kita menggunakan kalimat. "cie, harapan hampir musnah", atau "Cie harapannya hampir sirna.." Setidaknya, kalimat itu, bermaksud untuk melakukan candaan dan 'ejekan' terhadap jiwa yang melow yang dibuat oleh keadaan.
Untuk sekedar contoh. Usaha sudah dilakukan. Dia sudah dipanjatkan. Ikhtiar sudah dikerjakan. Rasa-rasanya, berbagai langkah dan gerak sudah dimaksimalkan. Namun pada kenyataannya, sejarah dan waktu belum berpihak kepadanya. Sehingga pada akhirnya, di ujung perjalanan seperti yang ada saat ini, harapan itu belum juga kelar. Maka untuk menjaga jangan sampai frustasi, dan diharapkan tetap masih bisa tegak dengan penuh bangga, rasanya kita pun, berhak menggunakan satire terhadap kehidupan ini, "cie harapannya hampir musnah !!!"
0 comments:
Posting Komentar