Just another free Blogger theme

Jumat, 10 Maret 2023

Tetaplah berdoa. Sebuah ungkapan, yang sarat dengan nilai teologis. Sifatnya normatif Hanya mereka yang  beragama, yang akan tersentuh, dan atau merasa dikuatkan pemahaman dan keyakinannya dengan kalimat serupa itu. Orang-orang yang dekat dengan agama, atau berhasrat akan nilai-nilai spiritual tinggi, akan tergugah dengan ucapan, "tetaplah berdoa', atau "jangan lelah berdoa". 

Bagi mereka yang agak abai dengan kosa kata agama, atau malah mungkin jauh, dari agama, akan sedikit tak menghiraukan ucapan itu. Bagi mereka, kata-kata serupa itu, dianggapnya sebagai sebuah kata-kata kosong, bila tidak dibarengi dengan aksi. Aksi nyata, adalah kunci dalam memahami dan mewujudkan sesuai yang diharapkan. 

Benarkah demikian adanya ?

Rasanya, akan menjadi aneh. Jika kalangan rasional, atau manusia yang mengaku modern, tidak mengakui keberadaan doa, sebagai bagian dari dinamika-batin atau amalan hati manusia. Tulisan ini, meyakini bahwa doa, adalah gejolak batin yang tidak bisa dipisahkan dari peradaban dan keadaban manusia.

Pertama, jika doa diartikan sebagai sebuah harapan, maka mungkinkah manusia tidak pernah memiliki harapan, dan tidak pernah mengajukan harapan ? apapun atau siapapun subjek penggantungannya, adakah manusia yang tidak memiliki harapan ?  


Tak terbantahkan. Manusia adalah hewan-yang-berpengharapan. Manusia adalah hewan yang dipenuhi dengan hasrat. Manusia adalah hewan yang memiliki cita dan impian. Bukti atau indikasi nyata dari karakter ini, yakni mewujudkan cita, hasrat, pengharapan, dan impian itu, adalah dalam bentuk ungkapan doa. 

Kedua,  kadang kita melihat seseorang yang mengalami penurunan semangat, gairah atau harapan. Untuk kategori orang seperti ini, bila dibiarkan berlarut, maka bukan hal mustahil dia akan mengalami depresi atau stress. Satu diantara cara untuk memulihkan psikologi itu, adalah memberikan therapy kognitif, yaitu menularkan kata-kata posoif kepada jiwanya, sehingga bisa bangkit dan bergairah lagi.   Kata-kata positif ini, dalam bahasa agama, adalah disebut doa. 

Mengapa demikian ?

Kita melihat bahwa dalam doa itu, ada dan dihadirkan, kata-kata posiif dan optimisme dalam hidup. Dalam doa ada harapan dan cita, ada keinginan dan halangan, tetapi hasrat kuat dan sukses, menjadi tujuannya. Doa adalah kata positif, dan kata positif adalah bagian penting dalam kehidupan di dunia ini.

Ketiga, doa memiliki mukjizat tersendiri. Doa adalah energi hidup yang hadir dalam kata-kata. Doa adalah kata magis-berkuatan dahsyat terhadap jiwa dan spiritual manusia. Dengan adanya doa, manusia tersirami energi hidup yang membuat gariah-kehidupan meningkat.

"kamu baik..."

"kamu pintar..."

"ayah, harap kamu bisa sukses dan bahagia.."

"semoga, kamu selamat dan terhindar dari bencana dan musibah yang  bisa menghambat langkah mewujudkan cita-cita.."

Adalah beberapa ungkapan harapan dari orangtua kepada putra-putrinya yang hendak belajar atau bekerja, atau bepergian ke luar rumah.  Jika ditelaah dengan seksama, bisa jadi, ungkapan-ungkapan itu, serasa ungkapan biasa. Mungkin karena disampaikan dalam bahasa lokal, sehingga terasa bisa. Tetapi, jika ungkapan itu, disampaikan dalam bahasa agama (misalnya Arab atau Latin), maka ucapan itu akan semakna dan setahapan dengan ucapan doa.

Terakhir, sesaat begitu kuatnya, seorang senior mengajak dan mengajariku untuk tetap berdoa, menjadi sesuatu yang menarik. Mengapa harus berdoa ? satu diantara logikanya, adalah 'sebuah keputusan  orang lain terhadap kita, kadang dipengaruhi kepentingan tertentu, maka jangankan untuk waktu berhari-hari, atau berbulan-bulan, sekedar untuk beberapa detik saja, bisa berubah. Bisa berubah.

Dalam konteks politik, pernahkah mendengar ada seorang elit politik sudah ramai dibincangkan, dan dijagokan dalam satu jabatan prestisius ? informasinya, dia sudah berseragam, bahkan sudah merapat ke lokasi pelantikan, tetapi, sejarah menunjukkan lain, hanya dalam waktu hitungan detik, keputusan politik itu berubah !! BERUBAH !!!

Demikianlah cerita dalam sejarah hidup kita. Di sini, di dunia ini.

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan itulah, maka satu diantara ikhtiar yang bisa ditunjukkan adalah doa. 

Berdoa...

Lha, kok berdoa, bukannya melobi untuk meyakinkan pihak lain, supaya tidak mengubah keputusannya ?

Berbeda. Lobi dan Doa sangat berbeda !

Lobi bersifat transaksional, atau tukar menukar harapan dengan pihak lain dengan tujuan untuk menggolkan hasrat dan tujuan. Biasanya dalam lobi, ada dua kepentingan yang bertemu dalam satu tempat. Pihak satu, mengingikan material (misalnya), pihak lain menginginkan jabatan. Dia bertemu di 'meja transaksional'. 

Berbeda dengan doa. Doa adalah mengkomunikasikan harapan kepada hati,  emosi  dan realitas kehidupan, sehingga siap menerima dengan tulus terhadap keputusan kekuatan sejarah. Dalam doa, hadir kesiapan menerima kenyataan, tanpa harus merusak kenyataan. Itulah realitas hidup !

Categories: ,


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar