Aku bicara berjuta kata, namun kau tetap diam seribu basa. Keringat bercucuran derat, menghujani lantai, namun kau tetap tak bergeming. Kesal sudah yang kini kurasakan. Detik-detik waktu berjatuhan, namun sekali lagi, kau tetap tak bergeming.
Mager. Kata anak muda tahun-tahun ini. Malas gerak. Jangankan untuk menggerakkan rasa, sepotong katapun tak ada. Berondongan tanya dan ketidakmengertian, hanya dijawab oleh sembabnya mata, yang menandakan kau tak terima dengan kenyataan ini.
Ini bukan untuk yang pertama kalinya.
Sebagai anak, kau berhak untuk merasa tak
terlindungi. Oleh kata atau harapan dari ayah bunda. Tetapi, apakah kau tahu,
maksud dari semua yang dilakukannya ?
Sebagai anak, kau berhak untuk merasa tak berdaya.
Oleh luapan kata dan juga gerak tangannya. Tetapi, apakah kau tahu, hasrat dari
semua yang dilakukannya ?
Sebagai orang tua, kami pun tak bermaksud untuk
bermimpi, menjadi penguasa di setiap zaman, dan kepada siapapun juga. Tidak.
Tidak pernah ada asa ke arah sana.
Percikan harapan yang terdambakan, adanya
kebahagiaan terpancar dari matamu, yang menyinari kehidupan kami sebagai
orangtua.
Sebagai orangtua, kami pun tak bermaksud untuk
memberikan sangkar terhadap gerak-gerikmu, apatah lagi terhadap hasrat terbang
ke angkasa, atau sekedar untuk terbang dari dahan satu ke dahan lainnya.
Percikan harapan yang terdambakan, adanya kegesitan
dalam langkahmu, yang mampu menginjak setiap jengkal permukaan bumi ini.
Dari titik inilah, aku tahu, semua ini tak adil.
Tak adil, perjalananmu seolah terhadang mimpi
orangtuamu.
Tak adil, perjalanan orangtua, terkendala kerikil
langkah kecil saat ini.
0 comments:
Posting Komentar