Just another free Blogger theme

Minggu, 05 Maret 2023

Apakah melatih mental dan sikap diri, bisa dilakuka dengan cara merefleksikannya dalam sebuah tulisan ? sedikit ragu. Tetapi, tidak bisa tidak, harus ada yang mencoba untuk melakukan dan membuktikannya. Artinya, apakah dengan merefleksikan pengalaman subjektif, ke dalam bentuk tulisan, kemudian dapat mempengaruhi diri kita, dan kepribadian kita, sehingga menjadi lebih baik ?


Iya, betul... ini adalah sebuah pengalaman.

Dalam 24 jam ini. Saya merasa terpancing emosi, untuk kesekian kalinya. terpancing, emosi. Atau, istilah lainnya, adalah sensi. Dalam 24 jam terakhir ini, saya merasa sangat sensitif, eh, sensisitif. Istilah sensitif saja sudah peka, apalagi dengan menggunakan kata "sangat", terbayangkan masalahnya ?

Penggunaan istilah "sangat sensitif", dimaksudkan sekedar menunjukkan bahwa saking sensitifnya, hanya dalam kurun kurang dari 24 jam, terpancing beberapa kali sikap emosional. Emosional.  Karena itu, saya merasakannya, bahwa kejadian ini, bukan sesuatu yang normal.

Kok disebut terpancing, bukankah hal itu sudah menjadi kebiasaan ? kalau sudah kebiasaan, mungkin, tidak tepat, disebut terpancing. Lebih tepatnya, disebut melakukan sikap emosional. Karena istilah terpancing, lebih merujuk pada kejadian yang tidak diinginkan, sebelumnya. Karena itu, kalau sudah jadi kebiasaan, maka bukan lagi terpancing, tetapi memang sikap-nya yang emosional dan sensitif.

Namun demikian, jika disebut kebiasaan, rasanya tidak demikian juga. Rasanya belum bisa menerima, jika dikatakan bahwa sikap emosional itu adalah kebiasaan diri, dalam hidup, selama ini. Saya merasakan, dengan penuh percaya diri, merasa diri ini bukanlah orang yang mudah emosional.  Santai saja, diskusi panas, biasa, berbeda pendapat biasa, dan berbeda pemikiran adalah hal wajar, terlebih lagi kalau terjadi dalam dunia pendidikan. Dalam situasi terakhir serupa itu, tidak perlu ada sikap emosional. Perbedaan adalah hal yang wajar, yang tidak wajar itu, justru jika tidak ada perbedaan. Artinya, mengapa harus diskusi, mengapa harus ada banyak orang dengan isi kepalanya masing-masing, tapi kemudian jika diskusi malah tidak ada perbedaan. 

Aneh !!!

Menjadi pribadi yang emosional, tidak asik. Itulah saat, reda dari sikap emosional. Rasanya ada yang salah. Mengapa harus emosi, dengan ucapan atau tindakan orang lain ?

Mengapa harus emosi, saat kita berbedap pendapat dengan orang lain ?

Mengapa harus emosi, saat ide atau gagasan kita ditentang oleh orang  lain ?

Mengapa harus emosi, saat orang lain tidak mendukung ide atau sikap kita ?

Ah, intinya, mengapa kita harus emosi, jika banyak hal menjadi sesuatu yang tidak mudah kita pahami ? mengapa harus emosi dengan ragam ketidakmengertian serupa itu ?

Sungguh, terlalu banyak pertanyaan dan ketidakmengertian terhadap sikap dan kehidupan ini. Namun demikian, tetap saja, muncul pertanyaan, mengapa saya harus emosional dengan semua kejadian itu ?

Akankah, curhatan hari ini, dapat menjadi media atau saluran sikap emosi yang dimiliki ? mungkinkah, dengan tercurahkannya ketidakmengertian ini, akan menjadi sarana mengubah sikap emosional menjadi rasional ?

belum pahamm.....!

Categories: ,


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar