Manusia, dengan segala kelemahan dan kekurangannya, secara Ilahiah pula memiliki kelebihan dan keunggulan. Dalam hal ini, setidaknya ada tiga hal penting yang menjadi kelebiha manisia dibanding makhluk-makhluk lainnya.
Pertama,
Indah Rupa. Diantara makhluk Allah Swt, nyata dan tegas Allah Swt menciptakan
manusia sebagai makhluk yang diciptakan
dengan sebaik-baiknya rupa. Hal ini, tergali dari firman Allah Swt :
﴿
اَللّٰهُ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ قَرَارًا وَّالسَّمَاۤءَ بِنَاۤءً
وَّصَوَّرَكُمْ فَاَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَرَزَقَكُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ ۗذٰلِكُمُ
اللّٰهُ رَبُّكُمْ ۚ فَتَبٰرَكَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ ٦٤ ﴾ ( غافر/40: 64)
Allah-lah yang menjadikan bumi untukmu sebagai tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentukmu lalu memperindah rupamu serta memberimu rezeki dari yang baik-baik. Demikianlah Allah, Tuhanmu, Mahasuci Allah, Tuhan seluruh alam. (Gafir/40:64)
Proses
evolusi penyejarahan manusia di bumi ini, dibangun secara bertahap. Allah Swt
menciptakan bumi. Bumi dengan perangkat lingkungan dan sumberdayanya. Disamping
itu, langit tercipta sebagai atap tempat tinggal. Penyebutan bumi sebelum
langit, kiranya menjadi isyarat penting bahwa lingkungan fisik yang utama dalam
kehidupan manusia adalah bumi, dan di bumi inilah, manusia hidup, tumbuhkembang
dan menjalankan proses sejarahnya.
Proses Sejarah berikutnya, yaitu Allah Swt membentuk rupa makhluk baru yang disebut manusia. Uniknya lagi, ditambahkan kembali sebagai penegasan ‘memperindah rupamu’ (fa ahsanu showwarokum). Kelihatannya, pernyataan ini akan menjadi hipotesis, bahwa tidak ada makhluk lain yang lebih indah dari rupa manusia, yang memiliki perangkat hidup aktif, dinamis dan tumbuhkembang. Langit indah. Lautan indah. Gunung indah. Matahari indah. Tetapi keindahan benda-benda alam itu, tidak memiliki keindahan yang dinamis, sebagaimana yang dimiliki manusia.
Dibagian
akhir, Allah Swt memberikan rezeki kepada manusia. Rezeki yang Allah Swt berikanpun,
diberi garis bawah yang jelas dan tegas, yakni rezeki yang baik (thayyibah).
Dengan kata lain, andai ada makanan yang terkonsumsi, kemudian berdampak buruk
dan sakit bagi manusia, sejatinya adalah buah dari ulah manusia itu sendiri.
Kedua, Indah Bentuk
Bukan
sekedar rupa. Manusia pun memiliki bentuk yang baik (ahsani taqwim). Isyarat
ini dapat tergali dari firman Allah Swt :
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ ٤ (
التين/95: 4)
sungguh, Kami
benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (At-Tin/95:4)
Hal menarik, bisa jadi ada pertanyaan, apa yang
dimaksud dengan ahsani showwarakum dan ahsani taqwim ?
Dalam satu kamus, tertera bahwa kata shad, waw, dan ra, mengandung makna “menggambarkan, mengecat, melukis, membayangkan, menggambarkan, mengilustrasikan, menguraikan, melukiskan, membentuk, memformat, mencetak, menciptakan, membuat”.
Sedangkan,
kata taqwim (qaf, alif, mim), diartikan bentuk, bahkan juga kalender. Lebih
lajut, kata taqwim, bisa pula diartikan, “melaksanakan, melakukan, membuat,
menyelesaikan, menyelenggarakan, memenuhi, mengasumsikan, menjalankan,
menanggung, menangani”, atau “meluruskan, membetulkan, mengoreksi, mengubah,
melakukan penyesuaian, memperbaiki, mengevaluasi, menaksir, menilai,
memperkirakan, menghargai “. Bahkah, kata iqamah, atau qama, mengandung arti
berdiri atau tegak, mengingkat kita pada
istilah manusia sebagai hewan yang berjalan tegak (homo erectus). Hal
ini, mengisyaratkan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki potensi
keunggulan tampilan seiring perkembangannya, atau evolusinya. Manusia adalah
makhluk Allah Swt yang memiliki perangkat sempurna untuk melakukan adaptasi dan
evolusi, seiring perkembangan zaman.
Ketiga, Makhluk Mulia. Penghargaan Ilahi kepada manusia, yakni memosisikan manusia sebagai makhluk yang mulia. Isyaratnya jelas, tertuang dala firman Allah Swt :
۞ وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْٓ اٰدَمَ
وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ
وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا ࣖ ٧٠ (
الاسراۤء/17: 70)
Sungguh,
Kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di
laut. Kami anugerahkan pula kepada mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang
sempurna. (Al-Isra'/17:70)
Dibagian awal, disebut sebagai makhluk yang mulia, sedangkan diujung ayatnya, Allah Swt menyebut manusia sebagai makhluk yang memiliki kelebihan sempurna (tafdhila). Allah Swt menegaskan, khalaqnal tafdhilan. Karena itu, adalah wajar, bila di alam penciptaan awalnya, para malaikat memberikan penghormatan yang khidmat kepada Adam As, sebagai manusia pertama.
Wallahu ‘alam bis shawwab.
0 comments:
Posting Komentar