Just another free Blogger theme

Minggu, 03 Desember 2023

Dalam memberikan penilaian mengenai sesuatu, kadang kita hanya memperhatikan aspek yang terlihat saja. Misalnya saja, menilai calon menantu.  Kadang hanya melihat aspek penampilannya, atau aspek kemapanan dari sisi ekonomi. Aspek-aspek lainnya, kerap terlupakan atau dilupakan.



Atau, bila kita melihat sebuah lembaga pendidikan, yang akan dijadikan calon tempat belajar anak-anak kita. Kadang kita hanya melihat aspek fisik, atau bangunan saja. Ada asumsi dalam pikiran kita, kalau bangunan dan lingkungannya bersih dan lengkap, maka kualitas pendidikannya pun, akan lebih baik lagi. Itulah asumsi dan pikiran kita selama ini.

Pertanyaannya, benarkah demikian ?

Memiliki penilaian serupa itu, adalah wajar dan alamiah. Hampir bisa dipastikan, akan menjadi pemikiran setiap orang, atau kemampuan yang teralami oleh banyak kalangan. Tetapi, Islam ternyata tidak demikian. Setidaknya, demikianlah yang terpikirkan dan terpahami kita saat terhenti pada sebuah ayat yang berbunyi :

يَعْلَمُوْنَ ظَاهِرًا مِّنَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۖ وَهُمْ عَنِ الْاٰخِرَةِ هُمْ غٰفِلُوْنَ ٧ ( الرّوم/30: 7)

Mereka mengetahui yang lahir (tampak) dari kehidupan dunia, sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai.  (Ar-Rum/30:7)

Terkait ayat ini, ibnu Katsir memberikan penjelasan, kebanyakan manusia tidak memiliki ilmu melainkan hanya yang menyangkut masalah dunia, mata pencahariannya, dan semua urusannya. Mereka benar-benar cerdik dan pandai dalam meraih dan menciptakan berbagai macam pekerjaannya. Sedangkan terhadap perkara-perkara agama dan hal-hal yang bermanfaat bagi mereka di negeri akhirat nanti, mereka lalai. Seakan-akan seseorang dari mereka kosong pengetahuannya tentang ilmu akhirat, hatinya tidak tergerak terhadapnya, dan pikirannya kosong darinya.

Masih dari ibnu Katsir, mencatatkan bahwa Al-Hasan Al-Basri mengatakan, "Demi Allah, kecintaan seseorang dari mereka kepada dunianya benar-benar mencapai batas yang tak terperikan, sehingga ketika dia sedang membolak-balikkan mata uang dirham di atas kukunya, ia dapat menceritakan kepadamu tentang berat kandungan logamnya, padahal dia masih belum dapat melakukan salat dengan baik."

Ada beberapa inspirasi yang perlu dikembangkan dari ayat ini. Ayat ini, memberi kesan bahwa, pertama, aspek kehidupan di dunia ini, ada yang berbentuk lahir. Bila kita berbicara aspek lahir, nalar kita terseret ke satu wilayah pembandingnya, yakni aspek bathin. Itulah pemahaman kita, mengenai dualitas kehidupan kita, yang sebentuk dengan dualitas yang lainnnya seperti siang-malam, laki-perempuan, atau tinggi-rendah.

Kedua, kesan umumnya, manusia kebanyakan hanya mampu memahami atau meraih aspek lahirnya saja. Hal ini merujuk ke ayat sebelumnya yang memuat kalimat, ‘tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya’. Artinya, secara umum manusia tidak tahu, atau terjebak pada pengetahuan-pengetahuan lahiriah belaka.

Meminjam istilah filsafat ilmu, dalam kajian keilmuan ada yang disebut aspek eksoteris-esoteris, fenomena-noumena, tacit knowledge – explicit knowledge, dan sejenisnya. Semua hal itu, memberikan gambaran bahwa dualitas pengetahuan itu, dan kebanyakan manusia terjebak pada aspek lahiriah saja.

Ketiga, ada kesan bahwa aspel lahir merujuk pada kehidupan duniawi, dan lawan dari aspek ini yaitu aspek akhirah (ukhrawi). Mungkin diantara dua kesan sebelumnya, kesan ini lebih banyak dianut dikalangan agama. Pemahaman ini, memosisikan dunia sebagai aspek lahiriah, dan kehidupan akhirat sebagai aspek bathiniah.

Komentar kita  terhadap pemahaman ini, khusus untuk kehidupan dunia pun, sejatinya ada aspek bathiniah, sebagaimana sudah diungkapkan sebelumnya.  Atau, misalnya, dalam kajian sosiologi, seseorang belajar di sekolah, secara lahiriah mencari nilai atau mendapatkan ijazah, namun secara bathiniahnya yaitu menjadi jalan menuju kedewasaan dan kematangan jiwa kemanusiaan. Raihan nilai yang terakhir itulah, yang kita sebut aspek bathiniahnya.

Sehubungan hal ini, secara umum, dengan memahami makna dan pesan ayat ini, pada dasarnya kita, sebagai manusia memiliki kemampuan untuk mengenali aspek lahir dan bathin. Apa aspek kriis, dibalik yang nampak. Cermati dan waspadai itu. Hanya saja, sayangnya manusia kerap lalai tehadap aspek bathinya.


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar