Setiap orang, akan memiliki pengalaman perjalanan dengan keunikannya sendiri. Hampir bisa dipastikan, tidak ada orang yang sama, pengalaman hidupnya. Kendati orang kembar, mereka akan mengalami pengalaman (apalagi penghayatan) terhadap perjalanan hidupnya, secara subjektif. Situasi dan kondisi ini, pasti berbeda.
Namun, ada hal yang sama, diantaar sejumlah perbedaan itu. Hal sama, yang kita maksudkan itu, adalah bahwa pada setiap orang akan memiliki jejak-sosial atau rekam-sosial sendiri-sendiri.
Begini maksudnya. Setiap orang akan memiliki pengalaman berbeda. Itu pasti. Pengalaman sosial dan pengalaman hidup manusia akan berbeda-beda. Itu sudah tentu. Tetapi, jelas, bahwa dari penjelasan itu, kesamaan kita ini, adalah memiliki rekam jejak sosial. Setiap orang, jelas dan pasti, akan memiliki rekam jejak sosial.
Apa tuh, yang dimaksud dengan rekam jejak-sosial ?
Umumnya, kita sering mendengar, istilah jejak-digital. Jejak digital adalah 'bekas-bekas' atau data masa lalu, yang terrekam dala data digital, baik itu di media sosial, maupun media elektronik lainnya. Setiap langkah dan gerak seseorang, terrekam dalam data digital. Data digital itulah, yang disebut sebagai jejak-digital.
Dari sudut keilmuan kita, masalah yang paling krusial itu, bukanlah jejak digital. Karena jejak digital itu, bisa berupa penafsiran si jurnalis terhadap seseorang atau peristiwa, dan bisa pula sekedar permainan bahasa dan visual di dunia digital.
Masalah yang paling krusial itu, adalah jejak-sosial. Setiap orang memiliki rekam jejak-sosial. rekam jejak-sosial ini, tidak ada di dunia digital, atau dunia maya, tetapi ada dalam persepsi dan tumbuh ditengah masyarakat. Rekam jejak sosial adalah citra seseorang yang tumbuhkembang di masyarakat. Usia hidup (life cycle) jejak-sosial itu seiring sejalan dengan ingatan-sosial masyarakat. Andai saja, ada pemantik atau penjaga ingatan-sosial, maka mereka akan tetap mendengungkan perlawanan dengan ucapan 'melawan lupa'.
Kok bisa, hal ini terjadi ?
Betul. Setiap orang memiliki rekam-jejak sosial sendiri. Setiap rekam jejak sosial itu, sama-sama hidup di masyarakat, dan akan menjadi ingatan-kolektif masyarakat. Maka karena itu, setiap orang akan dikenal bagaimana kiprah intelektualnya, emosionalnya, dan juga perilaku kesehariannya di masyarakat.
Seseorang yang dikenal sebagai anak haram reformasi, atau anak haram konstitusi, atau anak haram revolusi, atau anak haram restorasi, atau anak haram yang lainnya, mereka akan menjadi bagian dari tanda-buku sosial, dan akan tetap di kenang di masyarakat. Persoalannya memang sudah klasik, apakah masyarakat itu, mau melupakan, atau tidak ?! bila saja, masyarakat kita, sifatnya murahan atau cengeng, maka bisa jadi mudah melupakan, dan akan terjebak pada korban lagi di masa depannya.
seiring hal itu, hal yang ingin disampaikan di sini, Selamat Tahun Baru 2024, tetap tetap jangan lupakan sejarah sosialmu sendiri, dan juga sejarah bangsamu. Karena dengan cara inilah, kita bisa mengambil keputusan dengan cara yang lebih baik, bagi diri sendiri, masyarakat dan bangsa serta negara !
Semoga !
0 comments:
Posting Komentar