Just another free Blogger theme

Jumat, 22 Desember 2023

"Sekarang ini, zamannya teknologi." itulah, kata-kata yang meluncur dari presenter sekolah, dihadapan orangtua siswa. Saat itu, saya sendiri, berposisi sebagai orangtua. Untuk anakku, yang kali ini, sedang duduk di salah satu sekolah kejuruan, di Kota Bandung. Asyik, dan menarik, menyimak penjelasan dari presenter, yang notabene adalah jajaran pimpinan di sekolah tersebut.



Cukup mendasar, dan mudah dipahami. Beliau menjelaskan mengenai situasi sekarang ini. Situasi, yang memosisikan teknologi, internet of think (IoT). Segalanya serba internet. Banyak hal yang dilakukan orang-orang masa kini, ada sentuhannya dengan teknologi, khususnya internet. Mau jajan, pakai aplikasi. Mau beli sesuatu pakai aplikasi. Mau bayar biaya pendidikan, pakai aplikasi. Mau konsultasi kesehatan pun, ada aplikasinya. Pokonya, serba aplikasi, serta internet, serta teknologi.

Masalahnya pokoknya, apa yang harus dilakukan dunia pendidikan atau para orangtua, terhadap anak-anak kita ? ya, betul, apa yang harus dilakukan orangtua atau dunia pendidikan kepada mereka yang tengah belajar teknologi ?

Pada konteks inilah, dan pada sisi inilah, ada gejala yang unik yang perlu dicermati dengan seksama. Gejala unik ini, satu sisi berkaitan dengan gaya milenial kita, dan pada sisi lain, pada kebutuhan milenial masyarakat kita.

Sejumlah kejadian, sangat jelas, banyak diantara warga milenial itu, ingin makan enak, tetapi malas antri, malas pergi ke luar rumah, atau malas belanja. Pada situasi ini, kemudian melahirkan teknologi atau aplikasi belanja makanan secara online. Banyak sudah aplikasi serupa ini. Kehadiran aplikasi belanja makanan secara online ini, adalah untuk menjawab kebutuhan, dan sekaligus mentalitas anak milenial tadi.

Di dunia pendidikan, sangat terasa lagi. Anak-anak kita paling malas, kalau harus membawa-bawa buku. Terlebih lagi, jika jumlah buku banyak, dan ukurannya besar, tak sama, dan tak beraturan.  Karena ada alasan itulah, maka kemudian lahir e-book yang bisa diakses dalam ragam smarphone. Dengan adanya e-book, seseorang bisa dengan mudah membawa buku-pelajaran dalam sejumlah sebanyaka apapun, dan buku apapun, dengan cara yang mudah, ringan dan efektif.

Melihat fenomena seperti itu, apa yang harus dilakukan dunia pendidikan atau kalangan orangtua, terhadap anak didik atau putra-putrinya ? 

Pertanyaan ini, memang tidak mudah untuk dijawab. Tetapi, dengan melihat pengalaman dan gejala yang baru saja kita sampaikan, walaupun baru beberapa contoh saja, namun bisa memberikan rambu-rambu kehidupan yang nyata.  Seiring dan selaras dengan masalah yang sudah disampaikan itu, setidaknya, ada beberapa catatan penting ini.

Pertama, sudah tentu, perlu dengan seksama, untuk mengembangkan budaya IoT yang sehat dan produktif. Budaya ini, adalah budaya baru dalam kehidupan kita. Tidak bisa dihindari, dan tidak bisa dicegah. Karena itu, kita perlu melakukan adaptasi terhadap budaya baru ini.

Kedua, generasi muda kita hari ini, harus mampu menyesuaikan diri dengan cara meng-update kemampuan konvensional dengan kemampuan teknologi. Proses ini, penting, mendasar, dan tidak bisa dihindari.

Ketiga, untuk bisa bertahan hidup, ternyata memanfaatkan kelemahan atau kebutuhan orang lain, adalah cara tepat untuk membuka  jalan kehidupan kita. Orang butuh makan, tapi malas jalan, maka dibuatlah aplikasi yang mengatasi masalah itu. Itulah yang disebut, bisnis kita di era teknologi adalah mengembangkan usaha dalam memanfaatkan kelemahan manusia dalam  memenuhi kebutuhan hidupnya.


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar