Adalah sangat memprihatinkan, manakala, kita sebagai bangsa yang beragam, malahan alergi membincangkan masalah keberagaman, termasuk di dalamnya adalah keberagaman sudut pandang dan perspektif dalam memahami masalah yang tengah dihadapi bersama.
Bila saja, agama dianggap sebagai solusi bagi manusia, maka upaya sadar memahami masalah ini menjadi sangat penting. Pun demikian adanya, manakala science dianggap sebagai instrumen yang membantu manusia dalam memecahkan masalah hidup dan kehidupan, maka narasi mengenai hal ini pun, perlu untuk dikedepankan. Sehingga pada akhirnya, pembicaraan mengenai science dan religiusitas, adalah sesuatu yang bisa berdampingan dalam membantu manusia dalam memecahkan masalah hidup dan kehidupannya.
Hari ini, dan dalam 50 tahun terakhir, kita ditaburi informasi mengebai ilmu kognitif (cognitive science). Salah satu inti kajian ini, adalah mengetahui proses manusia dalam mengetahui sesuatu hal. Bidang kajian ini, berupaya untuk melakukan telaah secara saintifik terkait berpikir, proses berpikir dan atau mekanisme otak dalam mengetahui sesuai. Sifat keilmuan dari cignitive science adalah multi atau interdisipliner.
Searah dengan pemikiran itulah, maka perlu juga kiranya untuk melakukan kajian secara ilmiah, bagaimana manusia menunjukkan sikap religius. Dengan kata lain, bila cognitive science mengarah pada kajian mengenai pola dan proses manusia mengetahui atau mengenali sesuatu, maka spirituality science mengarah pada mengetahui pola dan proses manusia bersikap religius.
Apakah pemikiran ini utopis ? tentunya, tidak demikian. karena, objek atau subjek religius itu, ada di sekitar kehidupan kita. Bila masalah psikis bisa dipelajari oleh psikologi, dan masalah pikiran (berpikir) bsia dikaji oleh cognitive science, maka masalah religius pun, potensial bisa dikemas dan dikonstruksi menjadi sebuah kajian pengetahuan.
0 comments:
Posting Komentar