Sebelumnya, kadang merasa cuek atau menganggapnya sebagai sesuatu yang biasa saja, bila ada orang panik, karena ketinggalan ponsel atau smartphone. Kejadian itu, sering terjadi pada anak-anak milenial, atau orangtua yang bergaya milenial. Mereka merasa dan menganggapnya, bahwa smarthphone merupakan salah satu ‘teman hidup’ yang tidak bisa dipisahkan, dan tak berjauhan.
Pagi ini, pun demikian adanya. Beberapa peserta didik, tertidur di kelas. Baru saja, pembelajaran berjalan beberapa menit, di jam pertama itu, orang tersebut sudah tampak tak kuasa menahan kantuk, dan kemudian terlelap di kelas. Tak lama, setelah jam pembelajaran pertama di buka.
Mengapa kejadian itu terjadi ? ya, itulah, yang disebut indikator keintiman anak milenial terhadap ponsel di zaman sekarang. Mereka adalah pelaku dan juga korban dari media sosial. Media sosial merupaka bisnis global yang tak ada bandingannya di zaman global ini. Media sosial, mampu menyedot pasar dengan jumlah yang sangat besar, dan kemudian membangun, serta membentuk karakter khusus pada Masyarakat. Masyarakat global seakan dibentuk dan digiring oleh sebuah kekuatan ekonomi global, dengan media sosial sebagai salah satu instrumennya.
Sehubungan hal itulah, maka mudah
dipahami bila kemudian berkembang pemikiran bahwa ekonomi bukan sekedar masalah
ekonomi, tetapi sudah merambah dan memasuki wilayah yang lebih luas lagi.
Ekonomi tidak sekedar ekonomi, tetapi sudah menjadi system budaya. Demikianlah,
tanggapan dan ajuan pemikiran yang disampaikan Clara Sacchetti (2013).
Pemikiran ini, setidaknya, pertama, merupakan sebuah ajakan untuk kembali melakukan analisis kritik terhadap –bukan hanya mengenai perkembangan kapitalisme terakhir (the late capitalism), tetapi makna ‘ekonomi’ dalam skala dan konteks perkembangan zaman. Seperti yang juga disampaikan, George Ritzer, dia melihat bahwa kapitalisme hari ini bukan saja menggerakkan hasrat ekonomi, tetapi membangun budaya dan karakter Masyarakat. McDonaldisasi merupakan contoh gejala budaya yang tumbuh, baik dalam konteks perilaku ekonomi maupun kegiatan-kegiatan di luar ekonomi. Dunia pendidikan, kesehatan, politik, dan juga seni budaya, terkesan kena celupan karakter MacDonaldisasi. Prinsip cepat saji, terprediksi, dan terukur merupakan karakter budaya Masyarakat kapitalisme.
Kedua, gejala yang ada, baik
kapitalisme, sosioalisme atau ekonomi Islam itu sendiri, kemudian berkembang ke
luar wilayah ekonomi. Perilaku ekonomi
hanya pintu masuk aktivitas manusia, namun pada level selanjutnya, menunjukkan
adanya proses pembudayaan spirit ekonomi ke dalam konteks kehidupan harian.
Perilaku harian manusia, dapat dilihat dan dipetakan, selaras dengan ideologi
ekonomi yang dianutnya. Oleh karena itu, Clara Sacchetti menyebut ekonomi
sebagai sebuah system budaya, dan tidak sekedar masalah ekonomi.
Kadang berpikir, apakah sikap korup di instansi pemerintahan itu, pun, adalah juga efek langsung dari ideologi-ekonomi yang dianutnya ? artinya, andai saja, mereka itu adalah pencari kekayaan, pengumpul harta, dan tak peduli pada nilai dan kemanusiaan, maka adalah hal yang wajar bila itu kemudian melahirkan hasrat serakah pada oknum pejabat tersebut.
Di tengah masyarakat kita, ada sebuah keyakinan (dogma), bahwa apa yang kita konsumsi, akan menjadi 'darah' dan 'energi' hidup bagi pengonsumsinya. Karakter nutrisi yang dikonsumsinya, akan menjadi warna karakter hidupnya Doktrin ini, rasanya tidak jauh beda dengan pemikiran, mengenai kaitan antara ekonomi dengan budaya.
Ketiga, dari sudut akademik, fenomena kehidupan modern ini menunjukkan adanya interrelasi antara system ekonomi dengan kebudayaan. Pada Masyarakat pendukungnya, kapitalisme berjalinkelindan dengan budaya. Pada Masyarakat sosialisme, ekonomi sosialisme bertautan dengan budaya, demikian pula dengan Masyarakat pendukung ekonomi Syari’ah.
Konsekuensi dari gejala ini, potensi
gelaja pembudayaan ekonomi dan ekonomisasi kebudayaan, menjari ruang terbuka
dan bersifat cair. Setiap ideologi ekonomi itu, kemudian menular dan membekas
dalam karakter dan kepribadian Masyarakat pada pendukungnya.
0 comments:
Posting Komentar