Ah, bagi sebagian orang, mungkin tidak peduli namanya apa, tetapi kejadiannya serupa itu. Karena, membeda-bedakan arti, jika hanya karena perbedaan nama daerah, menjadi sesuatu yang tidak berguna. Sudah jelas, dan bisa dipastikan, bagi daerah-daerah tertentu, yang pernah memiliki kejadian serupa itu, akan memiliki nama lokal atau nama daerahnya sendiri. Dengan demikian sudah tentu, akan melahirkan perbedaan sebutan.
Benarkan ?
Tornado adalah istilah bahasa kita, yang diserap dari bahasa Spanyol 'tronado' yang mengandung arti badai petir. Ada juga yang mengatakannya, dari bahasa Latin, tonare yang memiliki arti gemuruh. Sedangkan, dalam bahasa lokal orang Indonesia, yaitu, ada yang menyebut angin puyuh, puting beliung, atau angin kencang atau istilah lainnya, yang tumbuh kembang di masyarakat lain. Tentunya, semakin banyak masyarakat lokal yang melihat kejadian itu, akan semakin banyak bahasa sebutannya.
Namun demikian, sudah tentu, secara keilmuan, perlu diberikan penjelasan mengenai perbedaan sesebutan tersebut. Hal itu dimaksudkan, supaya tidak ada kesalahpahaman dalam memahami peristiwa alam, yang terkait dengan kejadian tersebut.
Pertama, dilihat dari sisi tempat. Tornado sering terjadi di wilayah Amerika serikat, Kanada, Amerika latin, Eropa, Afrika Selatan, Australia, dan Selandia Baru. Sementara puting beliung, setidaknya ada di luar kawasan tersebut, termasuk di Asia atau di Indonesia.
Kedua, kecepatannya. Tornado biasanya memiliki kecepatan angin mencapai 177 km/jam atau lebih dan memiliki rata-rata jangkauan 75 meter serta bisa menempuh beberapa kilometer sebelum menghilang. Menurut perhitungan BMKG, puting beliung kemarin, kecepakannta kurang dari 100 km/jam, bahkan diperkirakan hanya 63 km.jam, dengan jangkauan luas 5 - 10 km. Sehingga, tidak tepat bila disebut tornado.
Ketiga, jumlah kejadiannya. Tornado di Amerika Serikat, lebih sering terjadi. Dalam setiap tahunnya, dapat berulang berkali-kali. Sedangkan puting beliung di Indonesia, mungkin hanya sesekali, dan tidak terjadi dalam setiap tahun.
Keempat, penyebabnya. Tornado disebabkan ada unsur-unsur dasar untuk badai petir parah yang dapat membuat tornado adalah udara hangat dan lembab di dekat tanah, udara yang relatif kering dan sejuk di ketinggian (sekitar 10.000 hingga 30.000 kaki). Kemudian, angin horisontal di lingkungan tempat badai terbentuk, yang meningkat seiring dengan naiknya ketinggian, bertiup dari khatulistiwa di dekat tanah dan dari arah barat di ketinggian.
Proses ini terjadi agak lama, sekitar 24-48 jam. Diawali dengan pembentukan bayi awan-awan kumulus (Cumulus) atau dikenal sebagai pre-MCS. Kemudian lambat laut membesar membentuk kumpulan awan-awan kumulonimbus yang siap untuk diputar hingga membentuk pusaran besar, dikenal sebagai puting beliung .
Andaipun hendak disamakan, mungkin, sekedar sebutannya saja diubah, menjadi tornadi dengan ukuran skala dan ukuran yang kecil. Bahkan, daya rusaknya pun, tidak seheboh tornado di tempat asal sebutan Tornado itu,.
Hal yang perlu ditegaskan, saat menyebutkan istilah, untuk beda wilayah, akan memaksa orang menggunakan makna dari luar-wilayah ke dalam wilayah, ujungnya orang akan kaget. Puting beliung, kalau dipaksa disebut tornado, dan kemudian orang ngebayangin tornadi di Amerika, sudah tentu, hebohnya. Inilah pentingnya pemahaman geografi !
0 comments:
Posting Komentar