Just another free Blogger theme

Selasa, 08 November 2022

 

Tanah pusara itu, masih terlihat basah dalam tatapan mata. Terasa dingin-dingin empuk, dalam degapan jemari lentik sang anak-adam. Bebungaan segar, menceritakan tentang kerelaannya sang karib tuk melepasnya. Harumnya mawar kematian,  menandakannya harumnya keikhlasan sanak-kadang dalam melepas-nya. Dalam pusara itu,  entah siapa, sesaat yang lalu mengucapkan salam pada benderang mentari. Entah orang mana, yang begitu berani tuk mengatakan selamat tinggal pada sang rembulan. Namun, yang pasti pusara itu, kian mengingatkan kepada setiap pejalan di muka bumi, bahwa panggilan Bunda Pusara, akan menunggu gilirannya masing-masing.

 Tak  jauh  dari tempat itu, dan memang sangat dekat dibandingkan bayangannya sendiri. Berdiri tegak kuncen, yang senantiasa menunggu datangnya peserta baru yang akan tinggal  di daerah tersebut.

 “Anakku,…apa yang kau risaukan dalam kehidupan ini ?”  sapanya dengan penuh kasih sayang.

 “Aku tidak mengerti, benarkah bahwa manusia itu kerjaannya adalah menjengkali kematian ? untuk apa semua ini dilakukan ?” tanyaku dengan rasa keherannya yang mendalam.

 Diapun terdiam.  Sambil menggerakkan kepalanya menatap bebintangan di atas langit, dia pun berjalan-jalan kecil di pinggiran  pusara yang ada di sekitar makam yang ada saat itu. Kemudian dia menatap sebuah bintang kecil yang bercahaya terang benderang. Tepat di atas pusara yang kini kami hadapi bersama, bintang itu berkerlip sedetik-demi sedetik. Dengan kesetiaannya, kendatipun cahaya mungil itu disinarkannya ke bumi, namun bintang ini setia menemani  bumi sepanjang malam.

Dalam suasana yang gelap, kutatap wajah hitam peputihan sang Kuncen itu. Tak jelas penampakannya. Hanya saja, terlihat wajahnya menyegar kembali, seolah-olah keceriaan itu baru  muncul dalam dirinya. Wajah keputihan yang semula, ketidakberdarahanyan diawal pertemuan, kini kembali ceria.   Desahan napasnya terdengar secara halus dan teratur.  Bebinarnya kelopak mata, mencerminkan  seakan-akan telah menemukan sesuatu hal yang sangat didambakannya. Entahlah, apakah bahagia karena dia menemukan jawaban yang tepat untuk pertanyaan itu, ataukah dia menemukan sebuah pertanyaan yang selama ini diidamkannya. Cukup lama hal ini terjadi. Namun, tak kunjung jua menjawab pertanyaan yang kuajukan malam itu. 

“anakku,…” sapanya dengan lembut.

Tataplah bintang yang tepat ada di atas pusara ini. Cahaya itu, sangat jelas kau lihat. Cahaya itu, hanya satu diantara seribu bebintangan yang ada di ruang angkasa.  Sempat kah kita beryanya kepada mereka ? sangat jarang manusia mau bertanya tentang prinsip hidup yang dipegang oleh makhluk  Tuhan yang satu ini ? padahal mereka pun adalah salah satu isyarat kehidupan yang patut untuk dicermati, ditafakuri dan diingat oleh manusia sejagat ini.

Categories:


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar