Just another free Blogger theme

Jumat, 25 November 2022

"dia sekarang sudah merasa lebih nyaman..." sebuah penilaian, yang disampaikannya dalam bentuk pengakuan, atas pengakuan.  Kalimat itu, kita dapatkan dari pengakuan sang Mentor, tentang adik kelasnya. Pengakuan itu, dinyatakan dengan sumringah. Sumringah sang Mentor, melihat perkembangan kebahagiaan sang adik, dalam melanjutkan kehidupan ini.

"maksudnya, apa ?" kebingungan dari seseorang yang diajak bicara. kebingungan karena belum sadar konteks. Ke mana arah bicara, dan tentang apa yang dibicarakannya.

"iya, adik kita itu, atau saudara kita ini, kini sudah nyaman dan menemukan kembali jati dirinya.." jelasnya, "setelah menikah dengan suami sambung ini, dia merasakan bahwa dirinya jauh  lebih nyaman dari sebelumnya..." paparnya.



"ya, syukurlah, kalau demikian..." komentarku, "karena memang, secara sosiologis, perempuan yang tersendiri akibat kematian suami itu, kerap kali mendapat citra dan perlakuan yang kurang baik dari lingkungan..."

"betul.." katanya.

"tapi, yang perlu diketahui, bahwa tidak semua orang memperlakukan seorang perempuan dengan penilaian seperti itu. Kematian pasangan kita, adalah kuasa Tuhan. Tidak ada orang yang menginginkannya. Kesendirian kita, akibat dari kematian, pun, adalah kuasa Tuhan. Tidak ada satu orang pun, yang bisa menghalanginya."

Sebagai orang yang tinggal di masyarakat, dan kebetulan masyarakat transisi, sehingga lelucon kampung dan sindiran kotaan, juga amat mudah ditemukan dan dirasakan. Di kompleks serupa inilah, lelucon janda dilisan bapak-bapak, kerap menjadi menu pergaulan. Terlebih lagi, kalau janda itu, disebut janda kembang, janda muda, atau janda yang bening. Wuih.....banyak deck lelucon dan obrolannya gak habis-habis.

Tidak bermaksud membuli sang Janda, malah justru membuli rekan-bapak-bapak, yang kerap kali, bermata jalang atau kurang  gaul. Sehingga dengan kata lain,  lelucon janda dan perjandaan menjadi bagian dari lisan yang kerap muncul dalam obrolan.

"Setidaknya, dengan pernikahan kedua ini, adik kita ini, kini lebih nyaman .." ungkapnya berulang kali. Sekali lagi.  Wajah sang Mentor, kelihatannya cukup bangga. Hal itu, setidaknya terekspresikan dari wajah keceriaan dirinya, saat menuturkan kisah ini, dan alasan sang Adiknya, dalam mengisahkan dirinya saat ini, dengan suami sambungnya saat ini.

"emang, kemarin-kemarin tidak nyaman ?" tanyaku jadi penasaran, "apakah tidak nyaman karena status sosial paska kematian suami, atau ada masalah lain?"

"kalau, dulu-dulu...." dia memulai bercerita, "dia merasa tertekan. Untuk sekedar bernyanyi saja, dia harus sembunyi-sembunyi. Sekarang, bebas..." ungkapnya, "untuk keuangan, dia sekarang sudah bisa leluasa, mengelola keuangan gaji sendiri.  Dia merasa, memiliki kebebasan terhadap keuangan yang dimilikinya..." lanjutnya.

"Wah, segitunya ?"

"Dia banyak cerita. Cerita mengenai kehidupan rumah tangga di masa lalu. Kebebasan bernyanyi, dan juga kebebasan beraktivitas. Dulu sangat dibatasi. Izin sang suami, menjadi sangat kuat dan mengikat. Kalau sekarang, sangat leluasa..."

"sebentar.. tapi mengapa, mereka bisa berlanjut, bahkan hingga ketiga anak-anak mereka pun, sudah besar ?", sebuah kepenasaran yang sulit dijawab oleh orang lain.

Sang penutur terdiam.

"bagaimana keadaan sang mantan, yang kini sudah terbaring di alam sana. Akankah, dia mendengar semua cerita dan keluhannya hari ini di dunia ?
Sang  penutur masih terdiam.

"bagaimana jadinya, kalau kita bertutur mengenai aib pasangan hidup kita, padahal dia sudah  meninggalkan kita semua?"

sang penutur pun, terdiam, entah untuk berapa lama.

"andai saja, dulu ada perasaan tidak nyaman, mengapa tidak bersikap sejak awal, sehingga tidak berakhir seperti ini ? apakah kematiannya itu, dirindui atau ditangisi ?"

membisunya sang penutur, tampak semakin kuat.

"bagaimana kalau anak-anak keturunan dari suaminya dulu, mendengar semua kisah ini, dan membanggakan suami sambungnya itu, apakah  mereka akan turut bahagia dan bangga dengan kebahagiaan sang ibunya saat ini ?"

Karena si penutur masih terdiam. Maka pertanyaan-pertanyaan ini, menjadi sesuatu yang tidak efektif. Tak ada jawaban yang terungkap, dan hanya berupa anak panah yang lepas ke angkasa, tanpa arah dan tujuan, dan entah akan jautuh di belahan bumi yang mana.

Aku pamit saja., sambil juga sama terdiam, diatas ragam pertanyaan itu ~!


Categories: ,


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar