Kadang, gak habis pikir. Mengapa kita semua ini, tidak mau berubah ? kenapa, sudah sekian lama, dan sekian kali kejadian ini terjadi, tetapi sikap kita tidak ada perubahan, masih tetap saja seperti dulu.
Heran, gusar, galau, gelisah, ketidakmengertian, ketidakpahaman, atau pasrah. Semua itu, kerap kali menjadi satu kata ganti, untuk menggambarkan situasi dan kondisi yang ada saat ini.
Maaf, tulisan ini, tidak bermaksud untuk menjelaskan, kasus per kasus. Tulisan ini, lebih mengarah pada semua hal, terhadap sesuatu hal yang sering terjadi di tengah kita. Bukankah kita, pernah mendengar istilah, "keledai saja, tidak terjebak dua kali pada lubang yang sama..", lha, kenapa kita, masih terjerumus juga pada lobang yang itu-itu juga.
Kenapa ? atau, KENAPA ?!!!
(sengaja, ditulis dengan KAPITAL, dengan maksud, biar terlihat dan terasa lebih emosional).
Betul. Setiap kali ada bencana alam, kita akan melakukan hal yang sama. Keluh, kesah, cerita duka, dan derita. Semua itu, terulang. Kemudian kasus turunan atau ekor kasus lainnya, yaitu masalah tenda, kekurangan makanan, air sehat, dan lambatnya bantuan dan lain sebagainya. Bahkan, masalah sampingannya, ada juga tindakan kriminal yang muncul di seputaran bencana yang terjadi saat ini, atau saat itu.
Kegusaran penulis, sepertinya masih tetap sama. Mengapa, setiap kali ada bencana, masih seperti sekarang ini ? belum ada gerakan nyata, bagaimana penguatan literasi bencana, atau pengembangan teknoligi antisipasi bencana, atau peringatan dini yang efektif untuk setiap masyarakat ? atau penataan ulang pada ruang-ruang yang rawan bencana.
Betul, setuju. ada bencana alam yang sulit diprediksi. Penulis angkat tangan untuk hal yang seperti ini. Tetapi, penataan ruang, komunitas, kelompok, atau kompleks dan bangunan sesuai peta rawan bencana di negeri ini, sejatinya harus sudah dilakukan sejak dini. Hal ini, bisa dilakukan dengan maksud dan tujuan untuk meninmalisir korban atau dampak buruk.
Apakah semua hal ini, adalah akibat dari lemahnya tulisan mengenai bencana untuk menggugah kesadaran kita untuk bangkit dan berganti haluan hidup ?
Iya, jangan-jangan, tulisan mengenai bencana, tidak menginspirasi untuk berganti pikiran dan sikap hidup. Tulisan mengenai bencana, lebih menekankan pada aspek kepasrahan, sehingga merasa keadaan ini harus diterima, dan tidak ada cara lain untuk keluar dari situasi dan kondisi rawan bencana ini.
wah..wah, kalau demikian adanya, jangan-jangan inilah, bencana tulisan dalam membincangkan bencana. Padahal, bencana tulisan itu, adalah jika tulisan tidak mampu mengubah perilaku seseorang, dan hanya melestarikan kondisi yang menyebabkan lahirnya sebuah bencana !!!
0 comments:
Posting Komentar