Hirup
turun ti nu rahayu,
Hurip
turun ti pohaci,
Kesegaran hidup berasal dari Pohaci
Sempat terbersit dalam pikiran ini, apa sih, yang ada dalam pikiran Urang Kanekes, kenapa mereka bersikap seperti yang ada saat ini, dan melakukan semua yang ada dalam Pikukuh kabuyutan ?
Kalangan
akademis, kiranya akan mencoba mencari jawaban terhadap pertanyaan, terhadap
nilai-nilai keyakinan, atau dalam istilah lainnya, ideologi yang diyakini oleh
si penganut. Ideologi inilah, yang bisa jadi, menjadi bagian penting dalam
membentuk sikap dan perilaku hidupnya selama ini. Hanya, mungkin, kita akan
sulit untuk menanyakan masalah ideologi kepada Urang Kanekes.
Hal
yang bisa lakukan, adalah mencoba untuk menemukan jawaban terhadap beberapa
pertanyana filosofis, yang diharapkan bisa mmebantu mengarahkan kita dalam menemukan jawaban terhadap pertanyaan awal
tadi.
Pertanyaan
ini, kita posisikan sebagai pengantar kita menuju pada pemahaman yang mendalam
mengenai ideologi yang dianut masyarakat Kanekes, sehingga mereka melakukan
semua apa yang dilakukan selama ini.
Apa
yang kau miliki saat ini, hasil apa atau dari siapa ? Apa yang kau rasakan hari
ini, hasil apa, atau dari siapa ? kualitas hidup hari ini, dari mana atau untuk
apa ? beberap pertanyaan filosofis, yang perlu renungan, dan kajian mendalam. Dalam
hemat penulis, dengan pertanyaan-pertanyaan rasa-rasanya, termasuk masalah
hakikat hidup, hakikat kerja, atau hakikat hasil usaha hidup dan kehidupan ini.
Dengan menemukan jawaban, atau mencoba
mengira-ngira jawaban terhadap pertanyaan itu, kita akan dapat menemukan pintu
masuk dalam menjawab pertanyaan awal.
Dalam
Pikukuh Kabuyutan, ada dua kata yang berdekatan dan digunakan oleh Urang
Kanekes, yaitu hirup dan hurip. HIrup artinya hidup, sementara hurip,
menurut Satjadibrata, adalah hidup yang diwarnai dengan kesejahteraan.
Kebutuhan manusia bukan untuk sekedar hidup (hirup). Karena orang sakit pun,
banyak yang masih hidup. Kebutuhan manusia itu adalah hidup dengan sejahteranya
(hurip). Dengan demikian, kita menemukan
informasi bahwa Hirup turun ti nu
rahayu, hidup merupakan pemberian
(turun) dari Sang Maha Rahayu (Tuhan). hidup dari yang Maha Kuasa, sedangkan
kesejahteraan hidup, berasal dari Dewa (pohaci).
Berdasarkan paparan ini, tampak jelas, bahwa mereka merasa yakin terhadap nasib hidup di dunia ini, karena hirup dan huripnya, sudah ada dalam kuasa Tuhan dan Dewa-Dewi. Tugas manusia itu, lebih sekedar menjalankan tugas sebagaimana yang ditetapkan dalam Pikukuh, dan tidak boleh melanggar aturan Pikukuh, supaya dapat hidup dengan huripnya.
0 comments:
Posting Komentar