Just another free Blogger theme

Rabu, 13 Maret 2024

Di sela-sela agenda yang diinginkan, kerap datang rasa ingin malas. Malas mikir. Malas menulis. Malas ngomong. Malas mengetik. Ah, pokoknya malas. Itu saja yang terasa, dirasakan dan dipikirkan. Ada rasa ingin malas, dan menghentikan kegiatan rutin kemarin yang membosankan.

Bisa jadi, teman-teman yang lain, pun, pernah merasakan hal itu. Ada rasa malas. Diri ini, malas untuk melakukan sesuatu. Sama dengan kelakuan anakku yang paling mungil, si bocil yang malas sahur di bulan suci Ramadha. Padahal, sehari sebelumnya, dengan gagah berani mengatakan ingin belajar puasa di bulan Suci Ramadhan. Tetapi, di pagi hari ini, dia mogok lagi, dan mengumbar kata yang tidak jauh dengan perasaan kita saat ini, "malas sahur. Malas minum. Pengennya memejamkan mata terus..".


Seperti yang juga disampaikan Bertrand Russel (terj. 2020), memberikan opini mengenai pentingnya menyanjung kemalasan. Hal ini penting dilakukan, karena ada pemikiran yang kurang tepat  dan perlu dikritisi yakni terkait memuja dan memajukan nilai kerja. Padahal di sisi lain, pemuja kerja adalah orang yang terjebak pada penjara kapitalis dan obsesi kematerian. Pemuja kerja keras, adalah orang yang didorong oleh hasrat materi dan kadang berisi keserakahan terkait dengan masalah keduniawian.

Terkait hal itulah, ada benarnya, bila Bertrand Russel memberikan pandangan bahwa kemalasan adalah produk peradaban dan pendidikan. Karena perkembanagn peradaban, dan kesadaran akibat adanya penguatan intelektualisme seseorang itulah, maka kemudian kebutuhan untuk bermalas-malasan menjadi satu kebutuhan dasarnya. 

Supaya tidak terlampai larut dalam prasangka aneh, maksud dari kemalasan ini, adalah pemanfaatan waktu senggang, atau kebutuhan mencari, menemukan dan menetapkan ada waktu senggang dalam setipa periode rutinisme hidupnya, untuk sekedar bermalas-malasan, santai-santai, duduk-duduk, tidur-tiduran atau sekedar bercengkrama yang ringan dengan orang lain.

Merujuk gagasan itu jualah, dapat dikatakan bahwa bermalas-malasan adalah produk intelektual dari kemodern sikap. Kemalasan adalah produk rasional manusia. Sementara mereka yang terjebak pada kerja-kerja keras terus, sampai melupakan waktu senggang dan istirahat, adalah manusia-terjajah. terjajah oleh hasrat kebutuhannya, dan terjajah oleh obsesi pemilik modal.

Setara dengan pemikiran itulah, maka yang dimaksud dengan bermalas-malasan, atau mengambil waktu senggang untuk bermalas-malasan, bukanlah sebuah keburukan, melainkan sebuah cara untuk memulihkan emosi dan kebugaran intelektual kita, supaya bisa kembali produktif. Hemat kata, ambillah jalan malasmu, karena dengan cara itu, kebugaranmu akan kau dapatkan kembali.

Dalam logika terbaliknya, saat seseorang menambah jam kerja, sejatinya bukan kekayaannya yang bertambah, dan namun sumbangan kekayaan kepada majikannya yang semakin melipat. Sebab, keseriusan orang itu kerja, membuat kenyamana dan keberlanjutan usaha sang majikan. Itulah yang disebut penjajahan halus manusia modern dengan mengatasnamakan pentingnya kerja keras untuk kemajuan.

Sekali lagi, mereka bukan sedang memajukan kemajuan ekonomi, melainkan sedang memuja-majunya ekonomi, dengan meruntungkan  eksistensi dirinya sebagai manusia !


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar