Just another free Blogger theme

Kamis, 21 Maret 2024

Cerita ini, lebih diinspirasi oleh fenomena kebiasaan seorang pegawai di tempat kerja. Seperti yang penulis alami, atau jalani selama ini. Dalam posisi minimalis, penulis sekedar seorang tenaga pendidik di sebuah lembaga pendidikan. Status dan posisi ini, tiada beda dengan  kebanyakan orang di sekitar kita. Hal yang mungkin membedakan adalah tempat kerja. Ada yang di kantoran, pabrikan, rumah sakit, atau persekolahan. Tempat kerja penulis, adalah yang disebutkan terakhir tadi.

Sekali lagi, mungkin kebanyakan diantara kita memiliki status yang sama. serupa ini. hanya berbeda lingkungan kerja, atau tempat kerjanya. Oleh karena itu, refleksi atau renungan pagi ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai sebuah cermin belaka, dan bukan dalil atau hukum-kehidupan. Dengan dijadikannya sebagai cermin budaya kerja, lebih lanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan renungan dalam mengevaluasi atau menelaah berbagai hal yang terjadi di sekitar ini.

Kategori pertama, ada kelompok karyawan atau pekerja, atau juga penjabat yang sekedar menunaikan tugas pokok dan  kewajiban. Aspek penting yang mereka pikirkan, seluruh roda organisasi berjalan, upah dan honor diberikan tepat waktu. Dengan situasi serupa itu, mereka sudah merasa nyaman.

“saya tidak memiliki misi apapun..” ungkap seorang pemimpin, yang baru tiba di lembaga baru. “seperti biasa saja, yang  baik kita  lanjutkan, yang buruknya, tinggalkan, kalau ada program, silahkan dibuat perencanaannya..” imbuhnya.

Dengan pernyataan ini, kita sudah merasakan bahwa gairah-kerja dari pimpinan, atau karyawan itu, kurang begitu menggigit, dan cenderung akan menjadi pekerja formalitas. Pikiran dan tindakannya, cenderung pasif dan menunggu, bahkan cenderung ‘mengalir’ seperti arus organisasi biasanya. 

Dalam konteks budaya organisasi, sikap seperti itu mungkin biasa dan alamiah, atau wajar-wajar saja. Bahkan, tidak jarang, ada pejabat yang di atasnya, akan merasa aman dengan perilaku pegawai atau karyawannya serupa itu. Karena karyawan serupa ini, cenderung mau nurut dengan aturan yang berlaku, dan tidak merasa perlu melakukan sesuatu yang lebih dari tugas pokok dan fungsinya.

Mimpi atau imajinasi yang dimiliki oleh karyawan serupa ini, sangatlah sederhana, yaitu  mendapatkan upah, sesuai yang ditetapkan, dan lancar di terima disetiap periodenya. Dengan layanan seperti itu pun, si karyawan atau pejabat itu, sudah merasa nyaman. Nyaman kerja di organisasi tersebut !

Karakter dari karyawan pencari kenyamanan cenderung  menjadi pekerja yang berbasis persyaratan formal dan  administrasi.  Demi maksud dan tujuan utamanya yaitu untuk sekedar supaya gaji rutinnya bisa cair, maka mereka merasa cukup dengan sekedar melakukan tugas rutin, keterpenuhan administrasi dan juga kehadiran yang penuh dalam satu bulan. Setelah itu,  mereka akan kembali tetap melakukan aktivitas harian sesuai dengan standar minimalis. 

Pada kelompok kedua, ada yang memiliki kemampuan lebih dari itu. Mereka bukan hanya nyaman dengan kemudahan administrasi dan kelancaran gaji, melainkan adanya  keterlibatan emosi atau rasa terkait organisasinya. Istilah kerennya, ada sense of institution (rasa memiliki terhadap lembaga).

Kebanggaan terhadap lembaga, satu sisi mereka tunjukkan dengan tanggungjawab adminsitrasi yang baik, ditambah dengan kemampuannya menjadi marketing kepada masyarakat. Dia merasa senang, bangga dan percaya diri untuk membincangkan lembaganya dihadapan orang lain. Mereka tidak minder atau malu untuk menceritakan citra dan kualitas organisasi di lembaganya.

Bagi kelompok satu, walaupun betah kerja, mungkin masih ada rasa ingin pindah, atau tidak memiliki kebanggaan terhadap lembaganya. Sedangkan pada kelompok kedua ini, selain nyaman juga turut bangga dan merasa tanggungjawab terhadap maju mundurnya lembaga atau institusinya.

Pada kelompok terakahir, ada yang kita sebut dengan karyawan yang merasa puas dengan organisasinya. Disebut demikian, karena dirinya, bukan hanya merasa nyaman dan bangga dengan citra organisasinya, melainkan juga merasa bangga dan puas karena sudah mampu memberikan kontribusi dalam setiap torehan prestasi. Orang ini, bukan hanya bangga, tetapi juga menjadi bagian  penting dalam membesarkan madrasah. 

Di sinilah, kebanggaan  orang ketiga ini, bukan nempel bahagia karena prestasi orang, tetapi  bahagia karena sudah mampu menjadi bagian pencipta kebahagiaan kolektif organisasinya.  Itulah, puncak dari kinerja organisasi yang konstruktif.

 


Categories: ,


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar