Just another free Blogger theme

Senin, 11 Maret 2024

Apakah ini kebetulan, atau sebuah jalan hidup. Hari pertama, tertarik kembali untuk membaca nasihat Ibn Arabi kepada anak-anaknya, atau murid-muridnya. Terjemahannya. Tetapi, terjemahannya pun menarik, dan mudah dipahami. Eh, maksudnya, menarik untuk dipahami, walaupun kajiannya sangat mendalam dan luarbiasa. 


Teman-teman yang lain, pembaca ilmu keagamaan (khususnya Islam), mungkin sudah kenal dengan karakter tulisan Muhyiddin ibn 'Arabi. Saya sendiri, tidak banyak referensi yang pernah terbacanya. Tetapi untuk kali ini, buku tipis, dan praktis, sangat mengenai rasa dan pikiran ini.

Tanpa bermaksud untuk mengulang, lebih tepatnya, mencoba meniru arah pemikiran ibn 'Arabi (aduh maaf, kok gitu ya bahasanya). Ucapan serupa ini, sudah masuk kategori sombong dan angkuh. Sudah tentu keangkuhan intelektual ini sama bahayanya dengan keangkuhan spiritual atau keangkuhan historik.  Iblis saja, diusir dari surga, dilatari oleh keangkungan historiknya, yang merasa lebih baik dari Adam yang diciptakan dari tanah, sementara dirinya dicipta dari api.

Duh, jadi bagaimana ini, ? Kita harus bicara apa ?

O, iya, maksudnya itu, dalam kesempatan ini, hanya mau curhatan saja. Meminjam --ini pun kalau boleh, dari ide dan gagasannya Ibn Arabi itu, yaitu mengosongkan posisi diri disisi Allah Swt. Ibn 'Arabi r.a, berucap, "

Ketahuilah bahwa penyebab untuk memperoleh apa yang kami sebutkan di atas adalah kosongnya kehendak dan hati dari semua ilmu dan dari pikiran yang diperlukan untuk mengumpullkan ilmu, serta menghapus yang telah tertulis dan melupakan yang telah diketahui, duduk dengan  rasa hadir di sisi Allah atas kejernihan batin, lepas dari keterikatan dengan selain Zat Allah Yang Maha Agung secara mutlak". 

Makna yang terasa dan terpikirkan, kesalahan kita hari ini, pertama, menjadikan ramadhan sebagai bagian untuk melatih fisik, emosi dan pikiran. Bila dimaksudkan serupa itu maka tidak mengherankan, bila kemudian, cita itu dapat dicapai, tetapi kedekatan dengan Ilahi, masih jauh dari yang dirasakan. Karena sejatinya, setiap amal bergantung pada niatnya.

Kekeliruan kedua, manusia sudah banyak yang bisa menghindar dari riya-kemanusiaan, tetapi tidak bisa mengabaikan keangkuhan dihadapan Tuhan.  Ibadah dengan maksud untuk memperbanyak amal adalah baik, tetapi kebaikan itu belum berkaitan dengan masalah keikhlasan. 

Kekeliruan ketiga, shaum ramadhan, hanya digunakan sebagai perubahan pola, bukan perubahan perilaku.  Perubahan itu terjadi, dari pola makan di siang hari menjadi malam hari, padahal yang dimaksudkan itu adalah serakah terhadap dunia menjadi zuhud, kebanyakan makan menjadi hidup sederhana. Di sinilah kekeliruannya

Categories: ,


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar