Sebagai guru geografi, sudah biasa menyebutkan tempat (place). Banyak hal yang sudah disampaikan kepada peserta didik. Misalnya, tentang negara, ibukota negara, tempat wisata, lokasi industri, dan sebaran makhluk hidup di muka bumi. Semua itu, sudah disampaikan, dan selama ini dimaknainya sebagai penjelasan mengenai tempat-tempat di muka bumi.
Tetapi, jarang sekali mendapatkan penjelasan detil dan mendalam mengenai makna atau hakikat tempat itu sendiri. Sehingga, bisa jadi, bila kita ditanya seseorang, benarkah bahwa geografi itu mengajari peserta didik mengenai tempat ? berhasilkan pendidikan geografi mengenai tempat kepada peserta didik ?
Tetapi, jarang sekali mendapatkan penjelasan detil dan mendalam mengenai makna atau hakikat tempat itu sendiri. Sehingga, bisa jadi, bila kita ditanya seseorang, benarkah bahwa geografi itu mengajari peserta didik mengenai tempat ? berhasilkan pendidikan geografi mengenai tempat kepada peserta didik ?
Bila kita menjawabnya dengan “ya”, mengapa orang tidak betah tinggal di desa, lebih banyak mau keluar desa ? mengapa orang berduit, merasa betah di luar negeri daripada di Indonesia ? mengapa orang senang main, daripada tinggal di rumah ? mengapa orang lebih senang tinggal di ruang bioskop daripada di ruang kelas ? mengapa siswa lebih senang keluar kelas daripada di dalam kelas ? sehubungan hal itu, pertanyaan awal dapat dimunculkan kembali, apa yang sudah diajarkan geografi mengenai tempat-tempat tersebut ?
Hari ini, baru tahu ada buku tentang sejarah alam mengenai tempat dalam konteks pendidikan.[1] Buku yang ditulis David Hutchison ini, yang memiliki posisi sebagai seorang arsitektur, ahli komputer,dan dalam penjelasan biografinya, 'jauh' dari masalah-masalah geografi. Tetapi, uraian yang dikemukakan dalam bukunya tersebut, merangsang kita untuk memikirkan kembali mengenai hakikat tempat. Menurut pengakuannya sendiri, buku itu menyajikan kajian mengenai interseksi antara tempat dan pendidikan.
Tulisan menarik, dan diawali dari sebuah pandangan yang diajukan Geograf Humanis, Yi-Fu Tuan (1977). David Hutchison mengutip pandangan Yi-Fu Tuan, yang mengatakan bahwa tempat merupakan pusat nilai. Karena itu pula, sejak awal, dia sudah mengatakan bahwa tempat itu sebagai inspirasi, tempat untuk belajar, tempat untuk praktek, dan kemudian merumuskan mengenai karakter dari tempat yang ideal.
Bila ditelaah lebih lanjut, inilah buku yang bisa menggenapkan pemahaman
kita mengenai kebutuhan untuk membangun kepekaan dan kepedulian terhadap ruang
geografi. Saya melihatnya, bahwa sense of place adalah modal awal untuk membangun
kebahagiaan geografi.
Apakah dengan demikian, melalui bacaan terhadap tulisan David Hutchison ini, kita dapat menjelaskan mengapa seorang siswa sering keluar masuk kelas ? mengapa anak muda lebih betah dijalanan daripada di rumah atau di sekolah ? mestinya 'ya'....
[1] David
Hutchison . 2004. A Natural
History Of Place In Education.
New York : Teachers College, Columbia University.
0 comments:
Posting Komentar