Just another free Blogger theme

Rabu, 31 Juli 2013



Kita tidak pernah akan mengetahui kemampuan puncak kita, sepanjang tidak pernah mau mencoba.

Kita tidak akan mengetahui kelebihan diri kita, sebelum kita pernah mencoba.

Mengaku bisa sebelum mencoba adalah dusta. Mengaku lemah sebelum mencoba adalah bencana mental.



“kalau kita berani dan mau mencoba, ternyata kita bisa...!” itulah, penggalan kalimat yang meluncur dari lisannya Dra. Hj. Nunung AN. Lontaran kalimat itu,  disampaikan, saat dia baru saja memberikan materi mengenai ‘Tantangan Baru di kurikulum baru”. Materi itu disampaikan dalam Program Pendidikan Profesi Guru Geografi di Tempat Kerja (PPGTK) yang diselenggarakan Persatuan Guru Madrasah (PGM) Kota Bandung, bekerja sama dengan Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia, 2 Februari 2013, bertempat di MTs Negeri 2 Cicaheum Kota Bandung.

Selama ini, menurut beliau, banyak orang, termasuk guru, menganggap dirinya tidak mampu. Tidak mampu tampil. Tidak mau menunjukan kemampuan dirinya dihadapan orang lain. Ketidakmampuan tampil itu, bisa disebabkan banyak alasan. Bisa jadi, karena tidak ada kesempatan, atau tidak ada kemauan. Tetapi, menurut sahabat dan sekaligus ibu yang membuat hati ini tenang dalam menjalani profesi di madrasah, masalah utamanya adalah lebih disebabkan karena masalah keberanian untuk mencoba.

Kita tidak pernah akan mengetahui kemampuan puncak kita, sepanjang tidak pernah mau mencoba.
Kita tidak akan mengetahui kelebihan diri kita, sebelum kita pernah mencoba.

Mengaku bisa sebelum mencoba adalah dusta. Mengaku lemah sebelum mencoba adalah bencana mental.
Itulah penggalan pengalaman hidup, dengan ibu Hj. Nunung A Nufiah. Saya menganggap beliau, adalah sebagai seorang rekan. Seorang ibu. Kalau berdialog dengana beliau, tampak beliau itu tidak pernah merasa pintar. Tidak pernah merasa senior. Memberi perlindungan, dan juga dukungan. Itulah yang sangat dirasakan, selama hadir dan bekerjasama sebagai guru geografi di MAN 2 Kota Bandung.

Drs. Hj. Nunung AN. Adalah guru geografi yang paling senior di MAN 2 Kota Bandung. Beliau lahir, dalam hari dan bulan yang tidak jauh dariku, walaupun tahunnya di tahun 1965. Tahun 1992,  mulai berkarir sebagai guru geografi. Awal mulanya, diangkat sebagai pegawai negeri di daerah Banten, kemudian mutasi ke MAN 2 Kota Bandung.
Selama di MAN 2 Kota Bandung, sempat menjabat sebagai wali kelas, Koordinator Keputrian, dan juga Ketua MGMP Geografi Madrasah, di Kota Bandung. Bukan hanya ngajar di kelas, tetapi aktif juga sebagai anggota MGMP Geografi Kota Bandung, gabung dengan guru geografi Kemendiknas Kota Bandung.
"beliau itu, adalah orang peduli, dan amanah.." itulah cetusan beberapa rekan guru sebayanya, atau seangkatannya. "di masa kuliah di IAIN dulu, beliau dikenal sebagai mahasiswa santri, hijaber sejak awal, sejak masih duduk di SMAN 10 Kota Bandung", ucap rekan yang lainnya.
Untuk kurun waktu yang cukup lama. Tidak ingat berapa hari lamanya. Ujian dari Allah Swt hadir dalam hidupnya. Beliau harus berbaring di rumah sakit. Hingga hari terakhir kemarin, Pukul 23.55 menit, beliau sudah 'memberanikan diri' dan mengambil jalan terbaik dalam hidupnya. Indah dan berkahnya ramadhan, dijadikannya saat menyerahkan diri kepada Allah Swt.
 Bu haji, saya masih ingat, ucapanmu, 'jadilah, mutiara dimanapun, karena itulah, pelajaran penting yang ada dalam geografi'. dimanapun tempatnya, mutiara tetap mutiara, tidak akan berubah jadi batu kali....apalagi berubah jadi sampah. Hanya waktu yang bisa membedakan, kapan mutiara itu menjadi benda berharga dihadapan manusia'.
Saya percaya. kesantunan, kesalehan, dan kekeluargaan, serta keramahannya, telah banyak orang rasakan dari sikap dan akhlaknya.


Categories:


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar