Ini adalah pengalaman pertama di bulan Ramadhan tahun 2013, berdiskusi
dalam sebuah masjid. Pleno dengan
seorang dosen dari STIKES Ahmad Yani, membahas masalah pergaulan remaja. Masjid AN-Nadziriyah, terletak
di Jl. Cijambe Rt. 04/06 Kelurahan Pasir
Endah, Kecamatan Ujung Berung, sebuah masjid RW dengan kualitas kemakmuran yang
luar biasa.
Acara ilmiah yang berbentuk pleno itu, dihadiri oleh anak muda yang potensial menjadi pemimpin di hari esok. Acara itu sungguh luar biasa. Di saat orang ragu dengan anak muda, disaat ada prasangka bahwa kegiatan agama banyak diisi orang dewasa atau orangtua, di ruangan masjid ini sangat berbeda. Hari itu, jamaah yang hadir adalah kalangan remaja. Setengah ruang masjid penuh oleh anak muda. Diduga kurang dari 100 orang, tetapi kiranya lebih dari 50 orang. Anak-anak beliau, usia pendidikan SMP-SMA, dan beberapa orang adalah mahasiswa hadir, dengan tujuan memakmurkan ramadhan dengan mempelajari ilmu pengetahuan.
Saya sendiri, berlagak sebagai pemateri. Emm. Pemateri apaan ?! da’i ?
Ah maklum. Di bulan ramadhan ini, kan , banyak penceramah dadakan, atau
penceramah pembelajar. Setidaknya, untuk kepentingan mengisi kuliah umum
tarawih, atau kuliah subuh, muncul penceramah-penceramah muda, baru, dan
pembelajar. Wajar dan alamiah. Salah satu contohnya, ya itu, posisiku saat itu,
adalah pemateri baru di tengah masjid dengan maksud memberikan penjelasan
mengenai pergaulan remaja muslim.
Judul yang dibawakan, adalah “jauhkan remaja muslim dari pergaulan bebas”. Bahasa pembuka yang disampaikan adalah bertanya kepada jamaah, adakah, benarkah remaja muslim harus dijauhkan dari pergaulan bebas ?
Mayoritas jamaah mengatakan “ya”. Tetapi demi terbukanya pikiran, saya sendiri membuka paparan dengan mengatakan
bahwa ‘pergaulan seorang muslim itu harus bebas, yang tidak boleh itu bablas...”.
Mengapa demikian ?
Kita hidup di era modern. Kualitas dan kepribadian, serta latar belakang manusia zaman sekarang sangat berbeda. Beragam. Hobi, minat, bakat dan keinginan pun berbeda-beda. Untuk kebutuhan hidup di zaman modern itu pula, kita tidak boleh hanya bergaul dengan orang yang satu warna.
Bergaul dengan orang satu warna, kualitas kita akan satu warna, dan bisa
jadi biasa-biasa saja. Tetapi, bergaul secara terbuka, dengan latar belakang
yang berbeda-beda, kualitas kita akan mampu melejit melebihi kualitas remaja pada umumnya.
Kalau kita hanya bergaul dengan anak-anak SMA saja, maka kualitas diri kita, akan sekualitas anak SMA. Sedangkan bila kita bergaul dengan anak SMA yang beragam, bahkan atau mungkin bergaul dengan mahasiswa, yang berkemampuan lebih dari diri kita, maka kualitas kemampuan kita akan jauh melejit dibandingkan dengan teman-teman kita lainnya, yang hanya bergaul dengan orang yang sama, seragam atau sewarna.
Sahabat kita, akan mengasah kemampuan kita. Sahabat kita yang beragam, akan
mengasah kearifan dan kebijakan kita dalam mensikapi hidup dan kehidupan,
sedangkan sahabat kita yang terbatas,
terlebih lagi hanya dari satu latar belakang budaya, akan membuat kita
buta terhadap keragaman kehidupan di dunia ini. Orang yang fanatik, adalah orang
produk dari pemikiran yang tunggal atau bergaul dengan orang yang sewarna saja
!
Simpul dari pemikiran itulah, remaja muslim itu, hendaknya bisa bergaul secara bebas, dengan siapapun, tapi tidak boleh kebablasan, yaitu melanggar aturan agama, norma budaya dan aturan agama !
0 comments:
Posting Komentar