Alarmku
aku lupa,
kau datang tuk mengingatkan
aku sedih,
kau datang tuk menggembirakan
aku sendiri,
kau datang tuk menemani
aku sepi,
kau datang tuk meramaikan
aku lelah,
kau datang tuk menyegarkan
aku letih,
kau datang tuk menggairahkan
aku lari,
kau datang tuk mengejar
aku sembunyi,
kau datang tuk menemui
aku diam,
kau datang tuk menggerakkan
aku hamba,
kau datang tuk meilahiahkan
kaulah alarm hidupku,
penghidup niat penggerak tujuan
kaulah pengingat waktu,
penghidup jaman, penggerak ruang
Pagi itu
pagi itu, ku sebut namamu
dalam lisanku, kau adalah bahasaku
pagi itu, kutatap wajahmu
dalam mataku, kau adalah gambaranku
pagi itu, kusentuh tubuhmu
dalam tanganku, kau adalah karyaku
pagi itu, kudengar suaramu
dalam telingaku, kau adalah berita kegembiraanku
pagi itu, kubelai bibirmu
dalam mulutku, kau adalah giziku
pagi itu, kuukur tungkai telapakmu
dalam kakiku, kau adalah langkahku
pagi itu, kupahami dirimu
dalam hidupku, kau adalah ruhku
pagi itu, kusadari dirimu
dalam sukmaku, kau adalah jiwaku
pagi itu, keselami bayanganmu
dalam jiwaku, kau adalah diriku
Bandung, 27 April 2001
Jangan Kau Tutupi
Kawan,
jangan kau tutup pintu rumahmu,
hingga tetanggamu tak pernah tahu tentang dapurmu,
dan kaupun tak pernah tahu tentang dapurnya
jangan kau tutup matamu,
hingga kau tak pernah melihat anak-anak kecil menjerit kelaparan,
anak jalan tergelepar kehausan,
orang miskin, terhuyung lemah
tak sanggup bayar-apa-apa
dan mereka rebah.
rebah, di telan gelapnya malam, nan hitam
kawan,
jangan kau tutup telingamu,
hingga kau tak pernah mendengarkan tangisan bayi
melolong di tengah malam
mereka sakit ditinggalkan sang bunda,
kelaparan ditinggalkan sang ayah
mereka kini, berayahkan kesepian, dan berbundakan kesendirian
jangan kau tutup pintu hatimu,
kawan,
hingga kau tak pernah merasakan,
hangatnya cinta yang ingin kutebarkan padamu,
dan ingin ku rasakan syahdunya cintamu,
jangan.
jangan kau tutupi pintu hatimu,
hingga kau tak pernah merasakan,
tentang indahnya hidup bertaburkan kedamaian
jangan kau tutup pintu pikiranmu,
hingga kau tak pernah mau berfikir,
tentang mereka yang disana
di sana
di dalam lubuk kelas, ada anak yang malas
di dalam lubuk sekolah, ada anak yang lemah
di dalam lubuk desa, ada anak yang mati tak berdosa
di dalam lubuk kota, ada anak yang tak punya masa depan
di dalam lubuk negara, ada anak yang kehilangan saudaranya
jangan kau tutup pintu langkahmu,
hingga kau tak pernah berjalan di atas pasir,
tak pernah berjalan di atas api
tak pernah berjalan di atas awan,
dan kini kau hanyalah onggokan daging
terkapar di atas bantal
kalaulah,
pintu rumahmu,
pintu hatimu,
pintu matamu,
pintu langkahmu,
pintu telingamu,
kau tutup tuk segalanya,
maka
kau adalah besi tua nan membisu.
Tak ada arti dan
tak ada makna.
Bandung, 7 – 6 2002