Rasa-rasanya kita sering mendengar kata cemburu. Atau mungkin, kita pun, pernah cemburu atau dicemburui teman, sahabat atau pasangan hidup kita. Cukup seringnya mendengar kata cemburu, menyebabkan kita abai atau hilap untuk menelaah atau mengkaji makna dibalik kata cemburu. Sebut saja, sederhana, kalau ada yang bertanya, apa arti cemburu, dan mengapa seseorang bisa terjebak cemburu atau dicemburui orang ?
Pertanyaan sederhana itu, tidak dapat dengan mudah dijawab. Atau, andaipun kita bisa memberikan jawaban terhadapnya, tidak cukup mudah meyakinkan orang yang bertanyanya. Mengapa demikian ? salah satu jawabannya, karena cemburu atau kecemburuan, terkait dengan kondisi emosi yang berhubungan dengan pikiran, rasa cemburu, terkait dengan kebutuhan yang terkoneksi dengan rasa kehilangan, atau terkait dengan aspek perhatian dan pengabaian. Kompleksitas itulah, yang kemudian menyebabkan masalah ini, menjadi sangat kompleks.
Kendati demikian, dengan penuh kesadaran kita pun, merasakan bahwa, kebutuhan untuk memahami makna atau gejala cemburu ini, terus hinggap dalam pikiran ini. Setidaknya, penulis pun, saat ini merasakan ada gerak hati, yang seakan mengarah pada rasa cemburu atau suasana lain. Karena ada dalam kondisi serupa itulah, kemudian muncul pertanyaan, apa sih yang dimaksud cemburu atau iri dengki itu ?
Secara sepintas, cemburu atau kecemburuan adalah kondisi rasa diri kurang mendapat perhatian yang cukup dari pihak yang semestinya memberi kepadanya. Sementara dipihak lain, atau dalam waktu yang bersamaan, ada orang lain, atau sesuatu hal, yang mendapatkan perhatian, keuntungan atau kenikmatan lebih daripadanya.
"kapan ada waktu buatku, kok kerja melulu....?" ungkap seorang istri kepada suaminya, disaat sang suami lebih mengutamakan kerja di depan komputer daripada ngobrol ngerumpi dengan keluarga.
"ayah, kapan main....?" pinta sang anak, saat melihat ayahnya, setiap hari sibuk dengan pekerjaannya sendiri.
Dalam situasi itu, tampak jelas, bahwa yang dimaksud cemburu, adalah adanya ketimpangan perhatian yang diberikan kepada pihak-pihak yang semestinya mendapatkannya. Monior, hape, kerjaan, bisa menjadi pesaing (kompetitor) kecemburuan bagi seseorang.
Cemburu, karena teman mendapat perhatian dari guru, sementara kita, dicuekkan. Kecemburuan dalam belajar, potensi menjadi pemantik ada intrik di dalam kelas. Kecemburuan ini, lebih mengarah pada adanya perbedaan perlakuan dari lain terhadap kita, dan sesama kita.
Cemburu, karena pasangan kita, melirik orang lain, sementara kehadiran dan posisi kita diabaikan. Kecemburuan serupa ini, dilandasi karena kekhawatiran perhatian pasangan kita beralih kepada orang lain. Kecemburuan ini, bisa berujung kekhawatiran sang kekasih pindah ke lain hati.
lantas, apa jadinya, kalau kecemburuan itu, diimbuhi dengan prasangka buru kepada pelaku ?
jika kita cemburu terhadap guru, dan kemudian, menduga ada tindakan-tak terpuji yang dilakukan oleh orang yag mendapat perlakuan khusus, atau menyebuut pesaing, orang yang mendapat perlakuan khusus melakukan tindakan jahat, maka nilai kecemburuan itu, bisa berbah menjadi sikap iri dan dengki.
Sebut saja, misalnya, Si A terpilih menjadi ketua kelas. Kita merasa, bahwa kualitas si A itu, tidak memiliki kemampuan lebih dari kita, dalam berbagai hal, kita bisa lebih baik dari dia, tetapi kenapa dia terpilih jadi Ketua Kelas ? lantas kita menyimpan curiga, bahwa dia melakukan lobi ke kepala sekolah dan wali kelas, sehingga memberikan dukungan kepadanya.
Kecurigaan dan tuduhan jahat terhadap si A, terkait dengan pemilihan Ketua Kelas itu merupakan bentuk sikap iri dan dengki, yang diawali dari kecemburuan, karena orang lain mendapatkan keuntungan atau kebaikan.
Rasanya, tahapan psikologis serupa ini, menjadi sebuah pekerjaan 'samar' dan 'sulit dikendalikan" tanpa dilandasi latihan hati. Sikap iri, dengki, dan cemburu, adalah amalan-hati, yang bisa menerpa siapa saja, dan bisa hadir dalam hati aau sikap siapapun juga. Jika kita tidak sadar terhadap sebuah keputusan-hidup, maka mengikuti gerak hati itu akan mejadi sakit dan penyakit hati .
Dalam konteks ini, kita melihat bahwa cemburu adalah gerak hati yang tertaut dengan pikiran, bila salah satunya bisa berjalan secara bersih (hati bersih atau pikiran jernih), maka kecemburuan akan menjadi alamiah, dan tidak menjadi sumber fitnah atau kejahatan !
0 comments:
Posting Komentar