Just another free Blogger theme

Minggu, 07 April 2013



Kita sudah terbiasa, bila mendengar kata ‘seleksi alam’ (natural selection). Istilah yang dipopulerkan oleh Charles Darwin, dan kemudian menjadi identitas teorinya. Teori evolusi. Dalam teori ini, makhluk hidup akan berhadapan dengan dinamika kehidupan. Hanya mereka yang  bisa memenangkan permainan seleksi alam itulah, yang bisa bertahan. Sedangkan, mereka yang gagal dalam perjuangan hidup,akan musnah. Itulah seleksi alam.


Ini mah, saya baru baca buku tulisan  W. David Pierce & Carl D. Cheney (2004). Behavior Analysis and Learning.[1] Menurut Pierce dan Cheney (2004:391), konsep seleksi alam merupakan temuan besar dalam sejarah manusia.  Untuk selanjutnya, prinsip, konsep atau teori ini, merambah dan mempengaruhi pemikiran para peneliti mengenai perilaku manusia.

Dari dinamika ilmu yang berkembang saat ini, khususnya seleksi (selection), terus mendapat perhatian dengan seksama. Bila Darwin melihat adanya seleksi alam, maka perkembangan berikutnya, ternyata seleksi alam sudah mulai berdampingan dengan prinsip dan konsep seleksi lainnya. Ada tiga jenis seleksi yang menjadi perhatian Pierce dan Cheney (2004), yaitu seleksi biologi, seleksi perilaku danseleksi budaya (biology, behaviour dan culture).

Manusia yang hadir hari ini, adalah lahir dari sebuah proses biologis. Genetik yang hadir dalam dirinya, menjadi bagian penting dalam menentukan karakter dari manusia itu sendiri. Gen, mutasi gen, transmutari gen, atau proses lainnya, akan menjadi tahapan perjuangan gen yang mempengaruhi individu itu sendiri. itulah yang disebut dengan seleksi alam pertama, yaitu seleksi alam pada tahapan biologi.

Di masyarakat kita sekarang ini, sudah mulai populer ‘rekayasa gen alamiah’ untuk mendapatkan keturunan. Walaupun belum ada penelitian yang paten, memastikan, tetapi pandangan-pandangan tertentu di masyarakat sudah banyak. Misalnya,  si Ayah yang terbiasa mengkonsumsi makanan seperti daging merah, ikan asin, seledri, pisang, dan kentang dan terigu, memungkinkan akan memiliki anak laki-laki. Sedangkankan, bila menginginkan anak perempuan, si Ayah disarankan mengonsumsi banyak sayuran, ikan, produk susu, dan buah-buahan. Pemahaman dan kesadaran itu, menunjukkan bahwa seleksi gen, atau seleksi biologi, memberikan pengaruh terhadap perilaku manusia.

Tahapan kedua, ada yang disebut seleksi perilaku. Sekali lagi, untuk mendapatkan keturunan laki atau perempuan, bisa direkayasa. Walaupun keberhasilannya, diperkirakan sampai  75%-an, tetapi, masyarakat merasa yakin dengan rekayasa perilaku itu.  

Untuk mendapatkan keturunan yanag diinginkan, setiap pasangan suami istri perlu memperhatikan masa ovulasi. Pada saat terjadinya ovulasi (masa subur) akan memberikan peluang lebih besar mendapatkan anak laki-laki, karena sperma XY cenderung lebih cepat dan cenderung mencapai sel telur lebih dulu. Terkait hal ini, maka disarankan berhubungan-intim dilakukan saat terjadinya ovulasi. Pada masa ini, peluang mengandung anak laki-laki akan lebih besar.  Sementara peluang untuk mengandung anak perempuan, dapat dilakukan 3 hari atau lebih sebelum ovulasi. Pemahaman dan kesadaran seperti ini, pada dasarnya,  merupakan contoh lain, mengenai seleksi perilaku.

Tingkat terakhir, Pierce dan Cheney (2004), disebutnya sebagai tingkat seleksi budaya (culture selection). Budaya memiliki peran memberikan pendidikan, pembinaan dan penguatan mental individu. Sistem pendidikan, misalnya, adalah praktek budaya yang membentuk karakter seseorang. Mentalitas manusia, lahir dari sebuah proses budaya yang ada di masyarakatnya. Nilai dan norma yang tumbuhkembang di masyarakat, akan  membentuk karakter seseorang.  Itulah yang disebutnya sebagai seleksi budaya, sebagai  proses sosial yang membentuk karakter individu.

Berdasarkan pertimbangan itu, konsep seleksi alam menjadi kaya. Satu sisi, ada yang mengatakan, seleksi alam sudah tidak-kaku, karena pengaruh faktor lainsebagai selektornya, ada yang  lebih dominan, diantaranya adalah seleksi biologi, atau seleksi budaya. Pada sisi lain, ada yang mengatakan bahwa seleksi alam itu perlu dimekarkan ke dalam makna-makna yang lebih luas. Seleksi yang kita sebut tadi, adalah perluasan dari konsep seleksi alam itu sendiri.

Ada, jenis seleksi lain ? bagi mereka yang optimis dengan teknologi, akan mengatakan bahwa kehdiupan sekarang ini, amat sangat bergantung pada jenis seleksi teknologi.   Teknologi itulah, yang akan menseleksi ras, atau individu tertentu, yang dianggap layak untuk bertahan !

Atau, jangan-jangan seleksi politik, siapa yang berkehendak dan berkuasa, maka itu yang akan bertahan ?!

Nah. Lho.....Jadi, bagaimana ?


[1] W. David Pierce & Carl D. Cheney. 2004. Behavior Analysis and Learning. New Jersey : Lawrence Erlbaum Associates.
Categories:


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar