Kita sudah terbiasa, bila mendengar kata ‘seleksi alam’ (natural
selection). Istilah yang dipopulerkan oleh Charles Darwin, dan kemudian
menjadi identitas teorinya. Teori evolusi. Dalam teori ini, makhluk hidup akan
berhadapan dengan dinamika kehidupan. Hanya mereka yang bisa memenangkan permainan seleksi alam
itulah, yang bisa bertahan. Sedangkan, mereka yang gagal dalam perjuangan
hidup,akan musnah. Itulah seleksi alam.
Ini mah, saya baru baca buku tulisan W. David Pierce & Carl D. Cheney (2004). Behavior Analysis and Learning.[1] Menurut Pierce dan Cheney (2004:391), konsep seleksi alam merupakan temuan besar dalam sejarah manusia. Untuk selanjutnya, prinsip, konsep atau teori ini, merambah dan mempengaruhi pemikiran para peneliti mengenai perilaku manusia.
Dari dinamika ilmu yang berkembang saat ini, khususnya seleksi (selection),
terus mendapat perhatian dengan seksama. Bila Darwin melihat adanya seleksi
alam, maka perkembangan berikutnya, ternyata seleksi alam sudah mulai
berdampingan dengan prinsip dan konsep seleksi lainnya. Ada tiga jenis seleksi
yang menjadi perhatian Pierce dan Cheney (2004),
yaitu seleksi biologi, seleksi perilaku danseleksi budaya (biology,
behaviour dan culture).
Manusia yang hadir hari ini, adalah lahir dari sebuah proses biologis. Genetik yang hadir dalam dirinya, menjadi bagian penting dalam menentukan karakter dari manusia itu sendiri. Gen, mutasi gen, transmutari gen, atau proses lainnya, akan menjadi tahapan perjuangan gen yang mempengaruhi individu itu sendiri. itulah yang disebut dengan seleksi alam pertama, yaitu seleksi alam pada tahapan biologi.
Di masyarakat kita sekarang
ini, sudah mulai populer ‘rekayasa gen alamiah’ untuk mendapatkan keturunan. Walaupun
belum ada penelitian yang paten, memastikan, tetapi pandangan-pandangan
tertentu di masyarakat sudah banyak. Misalnya, si Ayah yang terbiasa mengkonsumsi makanan seperti daging merah, ikan asin,
seledri, pisang, dan kentang dan terigu, memungkinkan akan memiliki anak
laki-laki. Sedangkankan, bila menginginkan anak perempuan, si Ayah disarankan mengonsumsi
banyak sayuran, ikan, produk susu, dan buah-buahan. Pemahaman dan kesadaran
itu, menunjukkan bahwa seleksi gen, atau seleksi biologi, memberikan pengaruh
terhadap perilaku manusia.
Tahapan kedua, ada yang disebut seleksi perilaku. Sekali lagi, untuk mendapatkan keturunan laki atau perempuan, bisa direkayasa. Walaupun keberhasilannya, diperkirakan sampai 75%-an, tetapi, masyarakat merasa yakin dengan rekayasa perilaku itu.
Untuk mendapatkan keturunan yanag diinginkan, setiap pasangan suami istri
perlu memperhatikan masa ovulasi. Pada saat terjadinya ovulasi (masa subur)
akan memberikan peluang lebih besar mendapatkan anak laki-laki, karena sperma
XY cenderung lebih cepat dan cenderung mencapai sel telur lebih dulu. Terkait hal
ini, maka disarankan berhubungan-intim dilakukan saat
terjadinya
ovulasi. Pada masa ini, peluang
mengandung anak
laki-laki akan lebih besar.
Sementara peluang untuk mengandung anak
perempuan, dapat dilakukan 3
hari atau lebih sebelum ovulasi. Pemahaman dan kesadaran seperti ini, pada dasarnya, merupakan contoh lain, mengenai seleksi
perilaku.
Tingkat terakhir, Pierce dan Cheney (2004), disebutnya sebagai tingkat seleksi budaya (culture selection). Budaya memiliki peran memberikan pendidikan, pembinaan dan penguatan mental individu. Sistem pendidikan, misalnya, adalah praktek budaya yang membentuk karakter seseorang. Mentalitas manusia, lahir dari sebuah proses budaya yang ada di masyarakatnya. Nilai dan norma yang tumbuhkembang di masyarakat, akan membentuk karakter seseorang. Itulah yang disebutnya sebagai seleksi budaya, sebagai proses sosial yang membentuk karakter individu.
Berdasarkan pertimbangan itu, konsep seleksi alam menjadi kaya. Satu sisi,
ada yang mengatakan, seleksi alam sudah tidak-kaku, karena pengaruh faktor
lainsebagai selektornya, ada yang lebih
dominan, diantaranya adalah seleksi biologi, atau seleksi budaya. Pada sisi
lain, ada yang mengatakan bahwa seleksi alam itu perlu dimekarkan ke dalam
makna-makna yang lebih luas. Seleksi yang kita sebut tadi, adalah perluasan
dari konsep seleksi alam itu sendiri.
Ada, jenis seleksi lain ? bagi mereka yang optimis dengan teknologi, akan mengatakan bahwa kehdiupan sekarang ini, amat sangat bergantung pada jenis seleksi teknologi. Teknologi itulah, yang akan menseleksi ras, atau individu tertentu, yang dianggap layak untuk bertahan !
Atau, jangan-jangan seleksi politik, siapa yang berkehendak dan berkuasa,
maka itu yang akan bertahan ?!
Nah. Lho.....Jadi, bagaimana ?
[1] W. David
Pierce & Carl D. Cheney. 2004. Behavior Analysis and Learning. New Jersey : Lawrence Erlbaum Associates.
0 comments:
Posting Komentar