Saat pertama kali melihat hasil TKA, tentunya akan ada pihak yang kaget. Kaget dalam pengertian menatap angka-angka yang tertera dalam daftar hasil TKA 2025. Misalnya, score Bahasa Inggris, 38.65, dan score Matematika 40.41. Kecil banget !
Iya, kecil banget, kalau dibanding dengan nilai rapot anak-anak SMA di sekolahan. Karena di rapot, umumnya, diatas kriteria yang sudah disepakati bersama oleh komunitas tenaga pendidik di satuan pendidikan tersebut, atau MGMP (musyawarah guru mata pelajaran).
Saya pun, demikian. Saat diberi tahu oleh rekanan kerja mengenai hal ini. Lha, beneran angkanya segede ini ? ditanya begitu, dia hanya menjawab dengan senyuman. Itulah yang dimaksud oleh Pemerintah, bahwa hasil TKA 2025, jeblok !
Pantesan. Pantesan, menjadi bahan perbincangan dunia pendidikan. Pantesan, hasil TKA ini, kemudian menjadi viral di dunia maya, dan juga dunia pendidikan.
Beruntungnya, dengan hasil jeblok itu, beberapa pihak tidak langsung menyalahkan guru, atau tenaga pendidik. Beruntung banget. Kalau hal itu terjadi, walah....., guru lagi, guru lagi, yang terkena timpukan masalah ini.
Beberapa komentar atau analisis, mencoba untum melihat kelemahan-kelemahan itu, dengan memperhatikan perkembangan budaya dan teknologi zaman kiwari. Tentunya, pembaca sudah paham. Gadget adalah sasaran utama yang disalahkan, dalam kasus ini. Gara-gara gadget, budaya membaca dan menghitung atau literasi dan numerasi anak genZ menurun. Analisis ini, kelihatannya masuk akal, dan menjadi pokok pembicaran utama, dalam membahas anomalia potret pendidikan Indonesia saat ini.
Tentunya, kita semua juga mengerutkan dahi dan pikiran. Kehadiran gadget dan pemanfaatan teknologi daring, sejatinya adalah stimulasi dari ideologi-pemikiran mengenai merdeka belajar. Ide Merdeka Belaja, ideal dan menarik. Tetapi, tanpa diimbangi oleh penguatan karakter, mental dan pengawasan, ternyata gadget dan teknologi informasi termodern ini, malah menyebabkan genZ bangsa kita, terpuruk pada posisi sebagaimana yang digambarkan dalam TKA.
Setuju atau tidak dengan analisis serupa itu, semuanya diserahkan kepada pembaca. Namun, ada satu hal yang bisa membantu orang tua saat menghadapi angka atau score putra-putrinya menatap hasil TKA ini, tidak melulu pada angka.
Sekali lagi, saat menatap score TKA, usahakan tidak melulu menatap angka. Seperti disampaikan sebelumnya, angka 38 atawa 40 masih jauh dari raihan 100 point. Itu masih jauh. Kurang dari setengahnya. Kita paham itu, dan itu perlu ada penguatan banyak hal untuk meningkatkan kualitas peserta didik kita.
Namun, sisi penting, atau sekedar mencari pembenaran dan obat-penenang orangtua, dalam memahami masalah ini, yakni perhatikan kategorinya. Mengamati kategori ini, jauh lebih menarik dan membuka harapan, dibanding dengan sekedar angka-angka.
Mengapa demikian ?
Sekedar contoh. Dalam kasus Bahasa Inggris, ada raihan nilai 38.65 menduduki posisi kateori istimewa. Sekali lagi, Istimewa. Tetapi, raihan score 40.41 masuk kategori memadai. Kalau di Bahasa Indonesia, poin 41.15 masuk kategori memadai juga.
Lha mengapa demikian ?
Sedikit melihat pengelompokkan dari hasil TKA. Dalam panduan itu, ada yang disebut kelompok kurang, memadai, baik dan istimewa. Pengelompokkannya, sesuai dengan rentangan raihan pada kelompok mata pelajaran tertentu, dilihat dari yang terkecil sampai terbesar. Dengan kata lain, bisa jadi, ada kasus, angka 38-an, masuk Istimewa, jika peserta lainnya, mendapat raihan nilai banyak yang lebih kecil dari itu.
Pun, demikian adanya, bisa jadi, ada angka 38 point itu masuk kategori kurang atau memadai, bila saja, ada kelompok siswa lainnya, banyak yang mendapatkan nilai dua kali lipat dari angka itu. Sehingga mereka mendapat kategori istimewa.Kok bisa ya ? penilaian itu, menggunakan pola yang berbeda dengan ulangan harian di sekolah. Masalah ini, perlu ada pembahasan khusus.. oke !
Sehubungan hal ini, maka selain memperhatikan ANGKA atau SCORE, dapat pula diperhatikan kategorinya, apakah KURANG, MEMADAI, BAIK atau ISTIMEWA. Dengan memperhatikan itu, kita dapat melihat posisi anak kita, diantara teman sekelas atau teman sesekolah, atau teman seangkatan yang mengikuti Tes TKA tahun itu.
Bagaimana menurut pembaca ?

0 comments:
Posting Komentar